Jodoh Spesial

By ukhfira

1.5M 50.4K 499

{Tamat} Bagaimana rasanya jika menikah dengan laki-laki yang belum pernah dikenal?, bahkan belum pernah melih... More

1. Keluarga Impian
2. Bersyukur Punya Aa'
3. Calon Imam Idaman
4. Doa terkabul cinta bersambut
5. Antara Lamaran Dan Salah Paham
6. Qodarullah
7. Jodoh Dari Allah
8. Resepsi Pernikahan
9. Si Anak Mama
10. Pangeran Burung Besi
11. Hanya Status Berubah
12. Berusaha Menerima Dan Melupakan
13. Ulat Bulu VS Es Balok
14. Berusaha Menerima
15. Menjaga Perasaan
16. Menjunjung Tinggi Gengsi
17. Sesaknya Rindu Ingin bertemu
18. Apa Yang Terjadi
19. Benar Pergi
20. Tak Berdaya
21. Duka Mendalam
22. Menjadi Pendiam
23. Rindu Kamu Yang Dulu
24. Berat Harus Meninggalkan
25. Antara Cinta Dan Kasihan
26. Cemburu
27. Berhak Dicintai
28. Si Ratu Lavender
29. Cinta Yang Halal
30. Semakin Mesra
31. Rezeki Dari Allah
32. Dua Sekaligus
33. Awal Kehamilan: Cemburuan
34. Pertengahan Hamil: Tak Mau Ditinggal
35. Hamil Tua: Ditinggal Kerja
36. Selamat Datang Generasi Althafurrahman
37. Pelengkap Cinta
38. Abba Siaga
39. Formasi Lengkap
40. Firasat Buruk
41. Ujian Terberat
42. Pulanglah Sayang
43. Mengikhlaskan
44. Kuasa Allah
46. Jodoh Dunia Akhirat {Tamat}

45. Pengganti

19.1K 668 27
By ukhfira

Assalaamu 'alaikum Readers

Selamat membaca jodoh spesial

Semoga suka & semoga bermanfaat

❤❤❤


Keadaan Faysha kini sudah sedikit lebih baik dari hari kemarin. Ia sudah mencoba untuk mengikhlaskan kepergian Rafka dengan perlahan tetapi tidak dengan Hasna yang justru semakin lebih buruk kondisinya dari yang kemarin. Hasna memang tidak sekuat Faysha dalam menghadapi ujian yang Allah berikan ini.

Dan hari ini adalah hari terakhir Faysha menepati rumah keluarga Rafka yang sudah lama ia tempati. Detik ini juga Hasna dan Ilyas akan pindah ke Singapura dan rumah keluarga mereka akan dijual, mau tidak mau Faysha juga harus mengkosongkan rumah tersebut.

"Mama sama Papa hati-hati ya, Acha akan sangat merindukan Mama dan Papa," ucap Faysha dengan berat hati harus merelakan kepergian Hasna dan Ilyas yang ia sudah anggap seperti kedua orang tuanya sendiri.

"In syaa Allah Cha, kamu juga jaga diri kamu baik-baik ya, Mama titip Nufael cucu Mama ya."

Faysha hanya bisa menganggukkan kepala dan langsung menghambur kepelukan Hasna yang sudah tidak dapat menahan tangisannya. Ilyas juga belum sanggup rasanya untuk memberikan Nufael kepada Fahdah yang saat ini sedang berdiri disamping Faysha dengan raut wajah yang sedih juga.

"Maafkan Mama dan Papa ya Cha, kami harus pergi dari sini, karena rumah ini, rumah ini terlalu banyak kenangan bersama Aka, dan Mama, Mama pasti akan selalu teringat sama Aka, jadi Mama nggak ada pilihan lain, kecuali Mama harus keluar dari rumah ini, agar Mama bisa mengikhlaskan kepergian Aka."

Faysha dapat memahami keinginan Hasna untuk mengkosongkan rumah mereka bahkan menjualnya karena memang rumah mereka tersimpan banyak kenangan indah bersama Rafka yang pastinya akan selalu terngiang diingatan dan jalan keluar satu-satunya mereka harus keluar dari rumah itu agar bisa mengikhlaskan kepergian Rafka untuk selama-lamanya.

"Mama sama Papa jangan lupakam Acha ya, Acha tetap menantu Mama dan Papa, walaupun Rafka sudah meninggal tapi Mama sama Papa masih punya Acha dan Nufael, kami sayang sama Mama dan Papa."

Hasna menganggukkan kepalanya, menyetujui ucapan Faysha, "Iya Acha, kamu tetap menantu kesayangan Mama, sampai kapanpun kamu tetap menantu Mama, dan Mama sangat sayang sama kamu dan Nufael, tapi izinkan Mama untuk pergi dari sini ya, Mama ingin menenangkan diri Mama dulu, in syaa Allah nanti Mama akan ke Indonesia lagi bertemu menantu dan cucu kesayangan Mama."

"Acha, kamu juga jangan lupakan Papa ya, walaupun Rafka sudah tidak ada kamu tetap menantu Papa, dan Nufael tetap menjadi tanggung jawab kami, sebagai Kakek dan Neneknya, In syaa Allah suatu saat nanti kami akan kembali lagi, tapi kami tidak akan tinggal di rumah ini lagi," sambung Ilyas yang tetap menganggap Faysha sebagai menantunya. Sampai kapanpun.

"Kami pergi ya Cha, jaga diri kamu baik-baik."

"Fahdah kami titip menantu dan cucu kami ya."

Fahdah hanya bisa tersenyum sembari menganggukkan kepala untuk mengiyakan permintaan Ilyas yang menitipkan Faysha dan Nufael kepadanya.

Setelah berpelukan dengan penuh isak tangis, Hasna dan Ilyas mulai melangkah meninggalkan Faysha yang tak hentinya menangisi kepergian Mama dan Papa mertuanya.

Perlahan mobil taxi yang Hasna dan Ilyas tumpangi akhirnya melaju meninggalkan Faysha dan Fahdah yang masih setia memandangi kepergian mereka dengan lambaian tangan sebagai tanda perpisahan. Mobil yang membawa Hasna dan Ilyas kini sudah benar-benar meninggalkan area rumah mereka.

"Fay, ayo kita pulang."

Dengan berat hati Faysha melangkahkan kakinya dengan digandeng Fahdah yang tengah menggendong Nufael.

Pandangan Faysha masih saja tertuju kearah rumah yang pintunya sudah tertutup rapat dan bertuliskan "rumah dijual".

"Rumah ini, terlalu banyak kenangan indah yang takkan pernah terlupakan bersama Rafka, suamiku."

Kini memori ingatan Faysha berputar kebelakang mengingat banyaknya kenangan bersama Rafka di rumah mereka yang mulai saat ini sudah tidak bisa mereka tempati lagi, terlalu indah kenangan itu untuk Faysha lupakan tetapi terlalu menyakitkan jika Faysha masih terus saja mengingat kenangan indah itu.

❤❤❤


"Huwek huwek huwek."

Perut Faysha mendadak tidak enak dan terasa mual sekali sampai ia bolak balik ke kamar mandi untuk memuntahkan isi makanan yang ada di dalam perutnya.

Bukan hanya perut yang dirasa Faysha tidak enak tetapi juga kepalanya terasa pusing sekali sampai ia tidak kuat untuk berdiri lagi dan memilih kembali terbaring di tempat tidurnya.

"Fay..."

Kedua mata Faysha kembali dibuka setelah mendengar ada yang memanggil dirinya. Fahdah baru saja masuk ke dalam kamarnya sekaligus menghampirinya yang masih terbaring di kasurnya.

"Fay, kamu kenapa?, wajah kamu pucat sekali, kamu sakit?"

Faysha tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang nampak pucat. Sekuat tenaga Faysha mencoba beranjak dari posisi tidurnya, memposisikan tubuhnya untuk duduk tetapi ia merasa tidak kuat dan langsung duduk bersendar di kepala ranjangnya.

"Nggak tahu nih Teh, perut aku tiba-tiba nggak enak dan pengen muntah terus, kepalaku juga pusing banget, mungkin karena aku telat makan dan kurang istirahat," jawab Faysha dengan suara lirih.

"Ya Allah Fay, kamu harus jaga kesehatan, Teteh nggak mau kamu sakit, kita ke rumah sakit saja ya, Teteh nggak mau kamu kenapa-kenapa."

Sebenarnya Faysha tidak mau jika harus ke rumah sakit untuk periksa kesehatannya karena ia merasa baik-baik saja dan mungkin hanya masuk angin saja tetapi karena desakan sang Teteh yang sangat ia sayangi jadi Faysha harus mengalah dan mau menuruti ajakan Fahdah untuk periksa ke rumah sakit.

"Jadi bagaimana Dok?, Adik saya sakit apa?," tanya Fahdah ketika seorang dokter perempuan telah selesai memeriksa Faysha yang kembali duduk di sampingnya untuk menunggu pernyataan dokter tentang penyakitnya.

"Ibu Fahdah tenang saja, Ibu Faysha memang sedang sakit tapi ya biasa sakitnya orang hamil, yaitu mual-mual dan sakit kepala."

Faysha tersentak ketika mendengar ungkapan dokter yang menyatakan bahwa dirinya kini tengah hamil, anak kedua. Faysha benar-benar tidak menyangka bahwa saat ini ia sedang mengandung, bahkan Faysha lupa bahwa ia sudah telat datang bulan yang disebabkan karena dirinya ternyata sedang hamil.

"A-apa Dok?, sa-saya hamil?"

"Iya Ibu Faysha, sekali lagi saya ucapkan selamat ya atas kehamilan Ibu Faysha yang sudah memasuki minggu ketiga."

Lagi-lagi Faysha tidak menyangka bahwa kini dirahimnya sedang ada calon bayi yang diamanahkan lagi kepadanya. Faysha tidak tahu harus sedih atau bahagia, perasaannya sedang bercampur aduk.

"Alhamdulilah kamu hamil Fay, kamu hamil anak Rafka, kamu harus kuat ya, demi anak di kandungan kamu, meskipun Rafka sudah nggak ada disamping kamu, in syaa Allah Teteh akan selalu ada untuk menemani kamu."

Senyuman manis terukir di wajah cantik Faysha ketika mendengar ucapan sang Tetehnya yang bersedia menemaninya dalam menjalani masa kehamilannya dan untuk ke depannya.

"Jazakillah khoiron Teh, aku bersyukur Allah menghadirkan Teteh dalam hidupku."

"Wa jazakillah khoiron Fay," ucap Fahdah sembari menguatkan dirinya sendiri agar tidak rapuh di hadapan sang Adik.

❤❤❤


Kabar gembira atas kehamilan Faysha kini sudah terdengar ke keluarga dan kerabat dekat keluarga Faysha terutama kepada Ilyas dan Hasna yang kini sudah berada di Singapura. Mereka ikut bahagia ketika mendengar kabar bahagia itu. Mereka tidak menyangka bahwa Faysha kini tengah mengandung cucu kedua mereka meskipun kini tanpa Rafka disamping Faysha. hal ini justru membuat Hasna semakin terpukul dan merasa prihatin karena Faysha harus berjuang sendiri dalam menjalani masa kehamilan keduanya.

"Kasihan Acha Pa, dia hamil cucu kedua kita tanpa Aka di sampingnya, Mama merasa bersalah juga karena meninggalkan Faysha dalam keadaan hamil, tapi Mama belum siap untuk pulang lagi ke Indonesia, Mama masih teringat dengan Aka."

"Ma, sudah Mama nggak usah merasa bersalah, Faysha pasti mengerti keadaan Mama sekarang, ini sudah menjadi suratan takdir hidup kita, kita nggak boleh mengeluh, kita tetap harus bersyukur, nanti kalau kondisi Mama sudah stabil lagi, kita pulang ke Indonesia untuk menjenguk cucu kedua kita, ya."

Hasna menganggukkan kepalanya seraya mengamini ucapan Ilyas yang berniat akan pulang lagi ke Indonesia walau hanya sekedar menjenguk cucu kedua mereka bukan untuk menetap lagi di Indonesia.

❤❤❤


"Aku masih nggak menyangka Nay, Allah mengamanahkan aku seorang anak lagi yang saat ini ada di kandunganku."

Nayfa yang baru saja menidurkan Nufael di tempat tidurnya segera menghampiri dan duduk disamping Faysha.

"Fay, kita nggak tahu bagaimana Allah mengatur skenario kehidupan kita, tapi kamu sekarang kamu harus percaya bahwa yang pergi akan diganti."

"Iya Nay kamu benar, Rafka memang sudah pergi tapi sekarang Allah menggantinya dengan calon anakku yang kedua ini, semoga kamu menjadi anak yang sholih atau sholihah ya Nak, agar suatu saat kamu bisa mendoakan Abba kamu bisa masuk syurga."

"Aamiin Allahumma aamiin."

"Tapi Nay," ucapan Faysha berikutnya membuat Nayfa serius memperhatikan Faysha yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu hal.

"Tapi kenapa Fay?"

"Apa aku bisa mendidik anak-anakku menjadi anak-anak yang sholih tanpa seorang suami di sampingku Nay, ya aku tahu nggak ada yang nggak mungkin bagi Allah, tapi aku sadar aku bukan perempuan sholihah dan aku bukan ibu yang baik, aku masih terus belajar agar menjadi ibu yang baik untuk anak-anakku, tapi aku nggak yakin aku bisa mendidik mereka hanya seorang diri."

"Fay, Allah nggak akan menguji kamu di luar kemampuan kamu, Allah menguji kamu seberat ini karena Allah tahu kamu sanggup menghadapinya, kamu tenang saja, in syaa Allah masih ada aku yang akan membantu kamu untuk merawat dan mendidik anak-anak kamu menjadi anak-anak yang sholih yang dapat membanggakan kamu dan juga Rafka."

Faysha terharu ketika mendengar ucapan sahabatnya yang begitu tulus membantu dirinya dan selalu berusaha untuk berada disampingnya menemani dirinya disaat-saat yang kalut seperti saat ini.

"Maa syaa Allah, jazakillah khoiron Nay, kamu adalah sahabat surgaku, in syaa Allah, aamiin Allahumma aamiin."

"Wa jazakillah khoiron Fay, aamiin Allahumma aamiin."

Kini kedua sahabat yang saling mencintai karena Allah itu berpelukan dengan cucuran air mata yang mengalir di wajah keduanya.

❤❤❤


"Assalaamu 'alaikum anak sholihnya Umma, kok sudah bangun Nak?"

Faysha langsung menggendong tubuh mungil sang bayi yang kini sudah berusia empat bulan.

"Alhamdulilah sekarang Nufael sudah umur empat bulan ya Nak, dan sebentar lagi Nufael akan menjadi seorang Abang, karena Umma sedang mengandung Adik Nufael, Nufael doain ya semoga Adik bayi di kandungan Umma baik-baik saja sampai lahiran nanti dan sehat seperti Nufael sekarang, Nufael harus jadi anak yang sholih ya Nak."

Di peluknya dengan erat putra sulungnya itu dengan linangan air mata. Kini yang Faysha punya hanya Nufael. Faysha bisa sekuat ini juga karena Nufael yang sangat membutuhkan dirinya sebagai ibu yang telah melahirkan bayi mungil yang kini sudah berstatus menjadi anak yatim.

"Semenjak Abba kamu meninggal, Umma sadar kalau semua yang hidup di dunia ini pasti akan kembali kepada Allah, dan seharusnya dari awal Umma menikah dengan Abba, Umma harus sudah siap untuk kehilangan Abba, karena di dunia ini memang tidak ada yang abadi, akan ada yang meninggal dan akan ada yang ditinggalkan, in syaa Allah hari ini Umma juga sudah harus siap jika suatu saat Allah lebih dulu mengambil kamu dari Umma Nak, termasuk Adik kamu nanti jika sudah lahir ke dunia Umma juga harus siap untuk kehilangannya."

Dibelainya kepala Nufael dengan penuh kasih sayang, "Nufael doakan ya semoga kelak di akhirat nanti Umma, Abba, Nufael dan Adik Nufael bisa berkumpul lagi di syurganya Allah, aamiin Allahumma aamiin."

Faysha berharap kelak keluarga kecilnya bisa menjadi salah satu keluarga yang menjadi penghuni syurga.

❤❤❤❤❤


~Cerita ini hanyalah karangan Ukhfira semata, dan berharap dapat diambil manfaat serta pelajaran yang tertuang dalam cerita ini untuk kehidupan kita agar lebih baik lagi~

Continue Reading

You'll Also Like

1M 46.5K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
693K 56.1K 46
[END] Hidupku yang biasa saja tiba-tiba memusingkan ketika dua lelaki melamarku. Apa yang harus aku lakukan? Memilih perjaka yang merupakan teman ke...
2.2M 18.7K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
2.4M 163K 49
[PART LENGKAP] "Satu kekurangan tak bisa menutupi seribu kelebihan." Erina gadis baik yang kehilangan salah satu kakinya karena sebuah kecelakaan. Ta...