Jodoh Spesial

By ukhfira

1.5M 50.4K 499

{Tamat} Bagaimana rasanya jika menikah dengan laki-laki yang belum pernah dikenal?, bahkan belum pernah melih... More

1. Keluarga Impian
2. Bersyukur Punya Aa'
3. Calon Imam Idaman
4. Doa terkabul cinta bersambut
5. Antara Lamaran Dan Salah Paham
6. Qodarullah
7. Jodoh Dari Allah
8. Resepsi Pernikahan
9. Si Anak Mama
10. Pangeran Burung Besi
11. Hanya Status Berubah
12. Berusaha Menerima Dan Melupakan
13. Ulat Bulu VS Es Balok
14. Berusaha Menerima
15. Menjaga Perasaan
16. Menjunjung Tinggi Gengsi
17. Sesaknya Rindu Ingin bertemu
18. Apa Yang Terjadi
19. Benar Pergi
20. Tak Berdaya
21. Duka Mendalam
22. Menjadi Pendiam
23. Rindu Kamu Yang Dulu
24. Berat Harus Meninggalkan
25. Antara Cinta Dan Kasihan
26. Cemburu
27. Berhak Dicintai
28. Si Ratu Lavender
29. Cinta Yang Halal
30. Semakin Mesra
31. Rezeki Dari Allah
32. Dua Sekaligus
34. Pertengahan Hamil: Tak Mau Ditinggal
35. Hamil Tua: Ditinggal Kerja
36. Selamat Datang Generasi Althafurrahman
37. Pelengkap Cinta
38. Abba Siaga
39. Formasi Lengkap
40. Firasat Buruk
41. Ujian Terberat
42. Pulanglah Sayang
43. Mengikhlaskan
44. Kuasa Allah
45. Pengganti
46. Jodoh Dunia Akhirat {Tamat}

33. Awal Kehamilan: Cemburuan

26.6K 1K 17
By ukhfira

Assalaamu 'alaikum Readers

Selamat membaca jodoh spesial

Semoga suka & semoga bermanfaat

❤❤❤


Pintu besar yang terbuat dari kaca bening mulai terbuka lebar-lebar tatkala kedua pasang kaki dengan terbalut dua pasang sepatu yang berbeda motif dan ukuran melangkah masuk ke dalam bangunan megah nan mewahnya dengan terlihat para pengunjung yang berlalu-lalang. Rafka dan Faysha tengah menikmati waktu berdua dengan mengunjungi salah satu mall terbesar yang berada di ibukota Jakarta tempat hunian mereka saat ini.

"Habity mau makan apa?," tanya Rafka disela-sela aktivitas langkah kakinya menyusuri koridor bangunan besar tersebut.

"Aku mau es krim, hmmmm mau banget," ujar Faysha dengan riangnya seakan membayangkan tengah asyik menyantap ice cream.

Rafka hanya bisa geleng-geleng kepala saja melihat tingkah manja sang istri karena baru kali ini ia merasa ada yang berbeda dengan istrinya. Mungkin ini yang dinamakan bawaan bayi.

"Lho, Habiby kok diam saja, ayo kita beli es krim."

Tanpa berlama-lama lagi Faysha langsung saja menarik lengan Rafka yang hanya bisa pasrah ketika sang istri menariknya dengan paksa.

❤❤❤


"Yey es krimnya sudah datang," Seru Faysha dengan wajah girang di tempat duduknya ketika melihat seorang pelayan tengah membawa dua mangkok es krim menghampiri meja pesanan mereka yang kini sudah mereka duduki.

Rafka yang tengah duduk di hadapan Faysha hanya bisa tersenyum geli melihat tingkah lucu istrinya yang seperti anak kecil. Kegirangan ketika melihat es krim.

Bukan hanya Rafka yang tersenyum geli, Pelayan yang tengah mengantar pesanan mereka juga ikut tersenyum karena memang tingkah Faysha malam ini benar-benar berbeda dan sudah seperti anak kecil.

"Selamat menikmati, Mbaknya girang banget sih, pencinta es krim ya?"

Faysha hanya bisa menganggukkan kepala karena mulutnya sudah penuh dengan lumeran es krim yang dingin dan manis.

"Istri saya sedang hamil Mbak, jadi dimaklumkan saja ya kalau tingkahnya lucu dan menggemaskan."

Mbak pelayan akhirnya mengagukkan kepala sambil ber-o ria ketika Rafka menjelaskan tentang kondisi istrinya yang tengah berbadan dua.

"Oh sedang hamil, pantas saja seperti anak kecil, semoga bayinya sehat-sehat saja ya Ibu Bapak."

Rafka langsung mengaminkan ucapan mbak pelayan tersebut dengan penuh harapan supaya Allah mengabulkan ucapan doa tersebut.

Setelah Pelayan meninggalkan meja mereka, lantas tidak membuat Rafka berselera untuk menyentuh es krim yang sudah bertengger di hadapannya. Bukannya Rafka fokus memandang es krim pesanannya tetapi malah fokus memandang sang istri yang tengah khusu' sekali mencicipi bukan sekedar mencicipi lagi tetapi menyantap es krimnya.

Meskipun sedang asyik menyantap es krimnya Faysha tetap dapat merasakan bahwa suaminya kini sedang menatapnya dengan ulasan senyuman termanisnya.

"Habiby kenapa malah memandangi aku terus sih?, itu es krimnya kok nggak dimakan?, nanti keburu mencair lho."

Rafka tersadar ketika mendapat teguran halus dari Faysha dan akhirnya mau juga memperhatikan sebuah mangkok berisikan es krim di hadapannya, tetapi tidak kunjung ia sentuh juga.

"Aku memandangi Habity terus soalnya Habity lucu, lahap banget makan es krimnya, sampai belepotan begitu."

Dengan sigap Rafka meraih selembar tisu yang memang sudah tersedia di meja tersebut lalu mengusap kedua ujung bibir Faysha yang terlihat ada sisa-sia es krim yang melekat.

"Terima kasih Habiby sudah mau membersihkan es krim di wajahku."

"Sama-sama, Habity makan es krimnya pelan-pelan saja ya biar nggak belepotan lagi."

Faysha mengangguk pertanda mengerti,  "Habiby nggak suka es krim ya?, kok es krimnya dikacangin, kan mubazir kalau nggak dimakan."

Sepertinya Rafka peka sekali dengan kode yang baru saja tersirat disela-sela ucapan Faysha. Tanpa menunggu kata-kata selanjutnya yang akan keluar dari mulut Faysha, semangkok es krim yang berada di meja tepat di hadapan Rafka langsung digeser ke depan menggantikan posisi mangkok es krim pesanan Faysha yang nyaris tersapu bersih.

"Habity makan saja nih, aku sedang nggak mau makan es krim kok."

"Alhamdulillah, Jazakallah khoiron Habiby," Faysha langsung mengambil alih jatah es krim milik Rafka.

"Wa jazakillah khoiron Habity, tapi Habity makannya pelan-pelan saja ya."

Faysha menganggukkan kepala seraya mengikuti arahan sang suami untuk menyantap es krimnya dengan pelan dan tenang. Rafka pun tersenyum dan sambil terus memperhatikan sang istri yang mulai detik ini menduakannya lebih tepatnya menduakan cintanya dengan es krim.

"Captain Rafka."

Tiba-tiba datang seorang perempuan cantik dengan memakai dress casual, berambut coklat yang terurai indah menghampiri tempat duduk Rafka dan Faysha.

Sepertinya Rafka mengenali perempuan tersebut sampai-sampai ia berdiri untuk membalas sapaannya. Faysha yang melihat kehadiran perempuan cantik di hadapannya mendadak lupa dengan es krimnya dan memfokuskan pandangannya untuk mengamati perempuan cantik yang tengah tersenyum kearah suaminya.

"Valerie."

"Kamu sedang apa di sini?, nggak kerja?," tanya Rafka kepada perempuan cantik tersebut yang bernama Valerie. Faysha langsung mendengus kesal ketika melihat sang suami membalas senyuman Valerie.

Jujur saja Faysha tidak suka dengan kehadiran perempuan yang super cantik dan fashionable di hadapannya itu, bagaimana tidak perempuan itu memiliki paras yang cantik kulit putih bening glowing dan tubuhnya tinggi bak model internasional. Sudah dipastikan lagi dari bentukannya sepertinya perempuan cantik tersebut adalah seorang pramugari, rekan kerja suaminya.

"Saya sedang libur Captain, oh iya Captain sendiri tumben di mall, biasanya kalau sedang libur Captain nggak suka kan kalau diajak jalan ke mall?"

"Itu kan dulu sekarang saya suka kok ke mall, oh iya saya minta maaf ya kalau kemarin-kemarin kamu dan yang lainnya mengajak saya ke mall saya selalu menolak, soalnya dulu itu saya pikirannya kerjaan terus jadi nggak suka kalau buang-buang waktu yang nggak jelas."

Faysha yang merasa terabaikan tidak bisa tinggal diam saja. Apalagi hatinya kini tiba-tiba panas ditambah lagi Ia harus melihat pemandangan kurang mengenakkan di hadapannya yang menyajikan suaminya tengah berbincang asyik dengan seorang perempuan super cantik sampai lupa bahwa ada istrinya bersamanya.

"Hmm." Faysha berdehem sangat keras, menyadarkan Rafka yang tadinya asyik berbincang singkat dengan Valerie.

"Oh iya Valerie, perkenalkan ini Faysha, istri saya," Rafka memperkenalkan Faysha kepada Valeri.

Senyuman puas langsung terlukis indah di wajah Faysha ketika sang suami akhirnya peka akan kode yang ia berikan baru saja. Sebagai seorang istri Faysha merasa wajib untuk dikenalkan kepada teman-teman suaminya apalagi ini teman perempuan. Fardhu ain bagi Faysha.

Valerie mengulurkan tangannya kepada Faysha sembari memperkenalkan dirinya sendiri dengan wajah yang terlihat kurang tidak suka dengan keberadaan Faysha. Bukan Faysha namanya jika tidak bisa membaca ekspresi wajah Valerie tersebut tetapi Faysha tidak mempermasalahkannya.

"Oh iya Maaf ya Captain, kemarin saya nggak bisa hadir di acara pernikahan Kapten, soalnya waktu itu saya sedang bertugas."

"Oh iya nggak apa-apa Valerie santai saja."

Tanpa sepengetahuan Faysha, Valerie memperhatikan Faysha lebih tepatnya memperhatikan tubuh Faysha dari bawah sampai atas dan itu cukup membuat Faysha merasa aneh dan kebingungan, kenapa sampai segitunya wanita cantik tersebut memperhatikan dirinya padahal kalo dilihat-lihat menurut Faysha dia jauh sekali perbedaannya dengan Valerie si pramugari style model tersebut.

"Istri Captain cantik ya, pantas saja Captain tergila-gila dan sampai menikahinya, selamat ya Mbak Faysha, Mbak Faysha beruntung lho mendapatkan Kapten Rafka, banyak lho Mbak Faysha teman-teman saya yang mengidam-idamkan Captain Rafka untuk menjadi suaminya, tapi rupanya Mbak Faysha yang beruntung bisa menjadi istri Captain Rafka."

Awalnya Faysha sempat tersanjung atas pujian yang dilontarkan oleh Valerie tetapi setelah Valerie melanjutnya ucapannya tersebut sontak membuat Faysha langsung menarik senyumannya dan seketika itu juga Faysha langsung merespon ucapan Valerie yang tidak dapat ia terima.

"Oh maaf ya Mbak Valerie, saya menjadi istrinya Captain Rafka bukan karena keberuntungan, tapi lebih tepatnya karena berjodoh, Allah yang menjodohksn kami, sehingga kami bisa menikah."

Valerie hanya bisa menganggukkan kepala seraya tersenyum untuk menghargai jawaban bijaksana dari Faysha.

Rafka pun sepertinya merasakan bahwa suasana mulai memanas, ditambah lagi senyuman Faysha terhadap Valerie adalah senyuman keterpaksaan.

"Habiby kita pulang ya, aku kan harus banyak istirahat, supaya calon anak kita baik-baik saja, ya kan?"

Valerie terkejut mendengarnya, terlihat sekali dari ekspresi wajahnya justru itu yang membuat Faysha tersenyum puas karena misinya berhasil untuk membuat Valerie sadar bahwa Rafka sudah mempunyai istri dan sebentar lagi akan memiliki anak.

"Ya sudah ayo kita pulang Habity, Valerie sepertinya kami harus pulang, kami duluan ya, mari."

Valerie hanya bisa menganggukkan kepala seraya tersenyum mempersilakan Rafka untuk pergi meninggalkannya bersama Faysha yang terlihat manja sekali dengan menggandeng lengan Rafka dengan erat.

"Aku harus move on, Rafka sudah menemukan kebahagiaannya, dan aku nggak boleh merusak kehabahagiannya." ucap Valerie yang sadar diri bahwa dirinya sudah tidak boleh mencintai laki-laki yang sudah berstatus seorang suami dan sebentar lagi akan berstatus juga menjadi seorang ayah.

❤❤❤


"Habity kok tumben diam saja, biasanya berisik," ujar Rafka yang sempat menoleh ke arah sang istri yang duduk disampingnya. Sementara Faysha malah fokus melihat jalanan di depannya yang ramai kendaraan berlalu lalang.

"Habity ada apa?, kok jadi pendiam seperti ini?, nggak seperti biasanya."

"Lagi nggak mau ngomong," jawab Faysha dengan singkat plus wajah datar bahkan tanpa menoleh sedikit pun kearah suaminya yang tengah menatapnya penuh dengan senyuman lucu.

"Itu ngomong."

"Nggak lucu," oceh Faysha ketus.

Seketika Rafka langsung terdiam dan menarik senyumannya kemudian mulai fokus menyetir karena lampu lalu lintas sudah berwarna hijau.

Selama perjalanan Faysha benar-benar mengunci rapat-rapat mulutnya membuat Rafka dilanda kebingungan dan tidak fokus menyetir karena pikirannya sedang dipenuhi dengan tingkah Faysha yang berubah drastis.

"Apa ini bawaan bayi juga?," ucap Rafka dalam hatinya yang tengah menerka-nerka tingkah Faysha yang berubah pendiam itu diakibatkan karena bawaan bayi yang di kandungannya. Sepertinya kali ini Rafka kurang peka terhadap perasaan Faysha yang lagi kurang baik usai bertemu dengan Valerie.

"Valerie cantik banget, apa iya semua pramugari yang kerja sama Rafka cantik-cantik semua?, dan semuanya mengidam-idamkan Rafka?, kalau Rafka tergoda bagaimana?, secara mereka kan cantik-cantik, glowing lagi pasti pada punya body goals semua, beda banget sama aku, yang apa adanya banget, sudah jarang perawatan dan sepertinya sekarang badan aku sudah mulai gendutan deh, ah nyebelin banget, terus aku harus bagaimana?, masa iya aku nggak memperbolehkan Rafka kerja, tapi aku nggak mau kalau Rafka tergoda sama pramugari yang cantik-cantik itu."

Rupanya Faysha tengah dilanda kekesalan plus kegalauan setelah bertemu dengan Valerie tadi. Pikiran negatifnya kini bermunculan dan mulai gelisah dengan pekerjaan sang suami yang sehari-harinya dikerumuni wanita-wanita centi. Entah mengapa baru kali ini Fayhsa ke pikiran akan hal itu padahal mereka menikah sudah lumayan lama dan pikiran itu baru kali ini bersarang di otaknya.

❤❤❤


Mobil yang Rafka kendalikan sukses terparkir dengan rapi di garasi rumahnya. Dengan secepat kilat Rafka bergegas turun lebih dulu untuk membukakan pintu mobil istrinya tetapi Faysha sudah turun lebih dulu bahkan langsung membuang pandangan di hadapan Rafka yang hanya bisa terdiam kebingungan melihat Faysha yang sudah berwajah mendung padahal langit sedang tidak mendung.

"Mungkin lagi badmood," pikir Rafka tanpa mempersoalkan tingkah Faysha yang cuek.

kreggg

Gagang pintu kamarnya berhasil Rafka raih. Ia segera masuk ke dalam kamarnya tidak lupa menutup pintunya lagi dengan rapat.

"Habity," Rafka mendekati ranjang kamarnya dimana Faysha sedang bersembunyi dibalik selimut tebal.

"Habity kenapa?, aku minta maaf ya kalau aku ada salah, tapi tolong jangan diamin aku seperti ini, besok aku harus kerja lagi meninggalkan Habity, pasti nanti aku nanti rindu banget sama Habity."

Tiba-tiba saja Faysha langsung bangkit dari tidurnya untuk memandangi wajah sang suami yang sudah tampak sedih. Rafka malah terkejut melihat Faysha yang sudah bercucuran air mata memandanginya padahal yang sedih dirinya tetapi yang menangis malah istrinya.

"Habiby, aku minta maaf ya tadi aku cuekin Habiby, soalnya nggak tahu kenapa aku kesal sama Habiby, apalagi waktu Habiby ngobrol sama Valerie, aku cemburu, dan aku nggak suka melihat Habiby tersenyum ke perempuan lain, hiks hiks hiks."

Bukannya ikut sedih karena melihat istrinya menangis tersedu-sedu justru Rafka malah tersenyum geli sembari mengelus pucuk kepala sang istri dengan penuh kasih sayang.

"Oh jadi Habity cemburu sama Valerie, Habaty dengarkan aku ya, Habity nggak perlu capek-capek cemburu apalagi sama Valerie, Valerie itu cuma rekan kerja aku, nggak lebih dari itu sedangkan Habity adalah teman hidupku, selamanya, in syaa Allah."

"Aamiin."

Faysha akhirnya bisa luluh menerima penjelasan Rafka yang sejelas-jelasnya. Kini ia hanya bisa mengusap air matanya sembari menyandarkan kepalanya di dada bidang Rafka. Faysha merasakan ketenangan setiap kali bersandar pada suaminya.

"Oh iya Habiby sepertinya Valerie suka deh sama Habiby, dan aku bisa merasakan itu, dari cara Valerie pandangi Habiby itu beda banget, aku nggak suka kalau ada yang suka sama Habiby, Habiby kan punyaku seorang."

Rafka kembali terkekeh mendengar keluh kesah sang istri yang justru terlihat lucu karena tidak seperti biasanya Faysha cemburu apalagi sampai berlebihan seperti ini. Rafka merasa bahwa istrinya benar-benar mencintainya sama seperti dirinya yang juga benar-benar mencintai sang istri.

"Ya biarkan saja kalau memang Valerie suka sama aku, itu hak dia untuk menyukai siapa saja, yang penting kan aku nggak menyukainya, karena aku hanya menyukai dan mencintai Habity seorang, sudah ya nggak usah cemburu lagi, aku cuma milik Habity seorang kok, Habity nggak usah banyak pikiran ya, kasihan calon anak kita, Habity harus tenang dan nggak boleh banyak pikiran ya?!"

Faysha pun bangkit dari aktivitas bersandarnya di dada sang suami. Kemudian fokus menatap lekat wajah sang suami yang menampilkan senyuman terbaik plus termanis untuknya seorang.

"Siapa juga sih yang mau cemburuan seperti ini, sebenarnya aku nggak mau cemburu seperti ini, cuma menguras pikiran dan tenaga saja, tapi nggak tahu kenapa aku nggak suka kalau Habiby mengobrol sama perempuan lain, mungkin ini bawaan anak kita Habiby yang nggak suka kalau ayahnya dekat-dekat sama perempuan lain."

"Ih siapa yang dekat-dekat Habity, tadi Habity lihat sendiri kan, aku cuma mengobrol doang kok sama Valerie nggak lebih dari itu."

"Ih jangan salahkan aku dong, salahkan anak kita kenapa dia baper lihat Ayahnya mengobrol sama perempuan lain."

Rafka pun tertawa mendengar ucapan sang istri yang tidak mau disalahkan dan malah menyuruh dirinya untuk menyalahkan anak mereka yang masih di dalam kandungan itu.

"Habiby, besok sudah kembali kerja ya?, ya aku ditinggal lagi deh, tapi nggak apa-apa deh, Habiby kan kerja untuk cari uang buat aku sama calon anak kita, ya kan Habiby?"

"Iya dong Habity, aku rela banting tulang, menaklukkan kejamnya langit ketika cuaca buruk, itu semua demi Habity, demi calon anak kita dan demi masa depan kita, Habity yang sabar ya."

Faysha hanya bisa mengangguk-anggukkan kepala seraya tersenyum membalas senyuman manis Rafka yang dipersembahkan untuknya hanya untuknya seorang, lebih tepatnya untuk Faysha dan juga calon anaknya.

"Tapi Habiby harus janji ya sama aku."

Rafka bingung mendengar perkataan serius yang sengaja dilontarkan oleh sang istri. Refleks Rafka mengangkat sebelah alisnya sembari fokus untuk mendengar lanjutan perkataan istrinya tersebut.

"Habiby harus janji ya sama aku untuk nggak tergoda sama pramugari-pramugari cantik yang sengaja godai Habiby ataupun nggak, apalagi modelnya seperti Valerie yang nyaris sempurna itu."

Rafka hanya bisa geleng-geleng kepala saja mendengar permintaan istrinya yang ada-ada saja itu. Rafka pikir Faysha akan mengucapkan sesuatu yang lebih penting dari itu namun ternyata Faysha masih cemburu saja.

"Aku janji Habity, aku nggak akan tergoda dengan perempuan lain siapapun kecuali sama Habity, tapi Habity kok aneh begini sih, Habity nggak percaya sama ketulusan cinta aku?, mana mungkin sih aku tergoda dengan yang haram-haram, mending tergoda sama yang halal seperti Habity, justru malah dapat pahala kan."

"Aku bukannya meragukan ketulusan cinta Habiby, tapi yah namanya setan pasti akan selalu menggoda manusia kan, aku cuma takut saja Habiby tiba-tiba khilaf karena melihat pramugari yang cantik-cantik itu, aku mah apa atuh dibanding mereka, kalah jauh mah aku sama mereka."

Ada ketidaksukaan yang Rafka tampakkan ketika mendengar ucapan istrinya yang merendah dan mengaku kalah saing dengan pramugari-pramugari rekan kerja Rafka. Menurut Rafka itu tidak benar. Istrinya lah yang menjadi pemenang jika dibandingkan dengan perempuan-perempuan cantik rekan kerjanya yang berprofesi sebagai pramugari.

"Kata siapa Habity kalah jauh dari mereka, dengarkan aku ya Habity, mereka memang cantik-cantik, dan bisa dikatakan dari segi fisik mereka sempurna, tetapi mereka tidak menjaga kecantikannya, mereka mengumbarnya secara gratisan, dan mereka tidak merasa berdosa karena telah membuka aurat yang seharusnya mereka tutup karena itu perintah agamanya, tapi aku tahu mereka melakukan itu semua karena tuntutan pekerjaan, tetapi seharusnya mereka bisa menghargai dirinya sendiri untuk bisa memilih pekerjaan yang tidak merugikan dirinya apalagi ini masalah agama, jika mereka beralasan terpaksa membuka aurat hanya karena mencari rezeki mereka salah, dan mereka tidak percaya bahwa Allah adalah pemberi rezeki."

Rafka menghela napas sejenak, kemudian melanjutkan ucapannya, "Tapi ya sudahlah itu sudah menjadi urusan mereka dengan Allah, tugas kita, tugas aku hanya mengingatkan saja, selebihnya biarkan mereka memilih sendiri jalan hidupnya, dan bagiku, Habity adalah bidadari surgaku, jazakillah khoiron Habity sudah menjaga auratnya dari laki-laki lain dan hanya mempersembahkan untuk aku seorang, aku bersyukur karena Allah menghadirkan bidadari syurga di hidupku, yaitu Habity."

Ucapan panjang Rafka cukup membuat Faysha sangat puas dan bahkan terkagum-kagum karena tidak menyangka suaminya akan berpikiran sampai sejauh itu. Berarti sudah tidak ada alasan lagi bagi Faysha untuk cemburu kepada Rafka toh Rafka memang tidak tertarik dengan kecantikan pramugari-pramugari rekan kerjanya. Jadi Faysha dapat bernapas lega sekarang karena sang suami tidak akan pernah tergoda akan kecantikan perempuan-perempuan ke luaran sana. 

Beruntung sekali rasanya bagi Faysha mendapat seorang suami sebaik dan sesholeh Rafka. Meskipun pekerjaannya tidak ada sangkut pautnya dengan keagamaan bahkan lebih berat godaannya justru Rafka sangat luas pengetahuan tentang ilmu agama Islam, memang laki-laki yang seperti itulah yang diimpi-impikan Faysha selama ini, dapat menyeimbangi bekal untuk kehidupan dunia dan juga bekal di kehidupan akhiratnya.

❤❤❤❤❤


~Cerita ini hanyalah karangan Ukhfira semata, dan berharap dapat diambil manfaat serta pelajaran yang tertuang dalam cerita ini untuk kehidupan kita agar lebih baik lagi~

Continue Reading

You'll Also Like

LILLAH By Chacha

Teen Fiction

128K 7.1K 66
Kamila Putri Pujiantoro baru saja menyelesaikan pendidikan SMA nya. Ia merupakan wanita cantik dan pintar. Bukan seperti orang lain yang memanfaatkan...
6.2M 318K 73
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
369K 14.1K 37
Sequel SYAR'I KU DALAM ABDIMU [Terbit Ebook) Link https://play.google.com/store/books/details?id=KOEIEAAAQBAJ Serial ♡Abang Aldzi♡ Genre cerita (Roma...
2.1M 17.6K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...