Jodoh Spesial

By ukhfira

1.5M 50.4K 499

{Tamat} Bagaimana rasanya jika menikah dengan laki-laki yang belum pernah dikenal?, bahkan belum pernah melih... More

1. Keluarga Impian
2. Bersyukur Punya Aa'
3. Calon Imam Idaman
4. Doa terkabul cinta bersambut
5. Antara Lamaran Dan Salah Paham
6. Qodarullah
7. Jodoh Dari Allah
8. Resepsi Pernikahan
9. Si Anak Mama
10. Pangeran Burung Besi
11. Hanya Status Berubah
12. Berusaha Menerima Dan Melupakan
13. Ulat Bulu VS Es Balok
15. Menjaga Perasaan
16. Menjunjung Tinggi Gengsi
17. Sesaknya Rindu Ingin bertemu
18. Apa Yang Terjadi
19. Benar Pergi
20. Tak Berdaya
21. Duka Mendalam
22. Menjadi Pendiam
23. Rindu Kamu Yang Dulu
24. Berat Harus Meninggalkan
25. Antara Cinta Dan Kasihan
26. Cemburu
27. Berhak Dicintai
28. Si Ratu Lavender
29. Cinta Yang Halal
30. Semakin Mesra
31. Rezeki Dari Allah
32. Dua Sekaligus
33. Awal Kehamilan: Cemburuan
34. Pertengahan Hamil: Tak Mau Ditinggal
35. Hamil Tua: Ditinggal Kerja
36. Selamat Datang Generasi Althafurrahman
37. Pelengkap Cinta
38. Abba Siaga
39. Formasi Lengkap
40. Firasat Buruk
41. Ujian Terberat
42. Pulanglah Sayang
43. Mengikhlaskan
44. Kuasa Allah
45. Pengganti
46. Jodoh Dunia Akhirat {Tamat}

14. Berusaha Menerima

32.2K 1.2K 18
By ukhfira

Assalaamu 'alaikum Readers

Selamat membaca jodoh spesial

Semoga suka & semoga bermanfaat

❤❤❤

Hari ini Faysha bersama Hasna sedang berkutat di dapur dengan senjatanya masing-masing. Faysha sedang belajar memasak bersama Mama mertuanya, meskipun hanya memasak nasi goreng tetapi itu suatu kemajuan yang pesat, bahkan Faysha begitu semangat sekali menggoreng nasinya.

"Ma sepertinya ini sudah masak," ucap Faysha memberitahu Hasna bahwa nasi gorengnya sudah matang.

"Iya Acha, ini sudah masak nasinya, kamu angkat saja ya, bisa kan?"

Faysha mengangguk pertanda bisa melakukan apa yang Hasna perintahkan yaitu mengangkat nasi gorengnya dari kuali ke wadah khusus untuk nasi.

Selang beberapa menit kemudian makanan untuk sarapan sudah tersaji di meja makan plus dengan telur mata sapi yang baru saja Faysha goreng dengan tenaga ekstra. Maklum baru pertama kalinya Faysha menggoreng telur jadinya ia ribet sendiri, takut terkena cipratan minyak yang mendidih.

"Alhamdulillah akhirnya selesai juga, Mama terima kasih sudah sabar mau mengajari Faysha masak, sayang deh sama Mama," Faysha terharu sekali lantaran berhasil memasak nasi goreng plus telur mata sapi tentunya berkat Hasna yang menjadi guru Faysha yang sedang belajar memasak.

"Iya Acha sayang sama-sama, Mama juga sayang sama kamu," Hasna tidak kalah terharunya melihat sang menantu begitu bahagia lantaran sudah bisa memasak nasi goreng yang saat ini menjadi menu hidangan sarapan pagi keluarga mereka.

"Assalaamu 'alaikum."

"Wa 'alaikumus salaam."

Ilyas beserta Rafka sudah pulang dari masjid usai menunaikan sholat subuh berjamaah.

"Alhamdulillah Papa sama Aka sudah pulang, ya sudah ayo kita sarapan."

"Ayo," ucap Ilyas bersemangat.

"Raf aku saja yang ambilkan buat kamu ya."

Rafka mengurungkan niatnya mengambil nasi goreng untuk dirinya sendiri lantaran Faysha sudah menawarkan diri lebih tepatnya sudah mengambil nasi goreng untuk Rafka, seperti biasa Rafka hanya diam saja tanpa suara.

Sementara Hasna dan Ilyas saling melirik ke arah pasutri baru di hadapan mereka, senyuman pun mengembang di wajah keduanya. Ini adalah pemandangan yang indah bagi Hasna dan Ilyas lantaran Faysha begitu perhatian kepada Rafka.

"Ini Raf, silakan dimakan."

Faysha memberikan sepiring nasi goreng lengkap dengan telur mata sapinya kepada Rafka sekaligus mempersilakan Rafka untuk menyantap sarapan paginya hasil jerih payahnya memasak tadi.

Rafka mulai mencicipi nasi gorengnya. Sementara Faysha malah asyik memperhatikan Rafka yang sedang makan. Hasna dan Ilyas yang melihatnya dibuat senyum-senyum saja.

"Kamu kenapa lihat saya makan?, nggak pernah lihat orang makan ya?"

Faysha menghela napas gusar karena mendapatkan teguran keras yang tanpa basa-basi dari Rafka. Faysha akhirnya memfokuskan dirinya untuk menyantap nasi goreng yang tadinya ia abaikan begitu saja padahal Faysha ingin sekali melihat reaksi Rafka saat mencicipi nasi goreng buatan tangan Faysha namun apa daya Rafka malah menegur Faysha yang tertangkap basah sedang memperhatikan Rafka makan.

"Aka, nasi gorengnya enak nggak?"

"Maa syaa Allah enak banget Ma, Mama yang buat kan?, enak banget soalnya."

"Itu Faysha yang buat Aka."

Uhuk uhuk uhuk

Tiba-tiba saja Rafka terbatuk, lebih tepatnya terbatuk saat mengetahui bahwa nasi goreng yang sedang dimakan olehnya adalah buatan Faysha, perempuan yang saat ini sedang duduk di sampingnya. Pantas saja tadi Faysha memperhatikan dirinya yang sedang makan ternyata lantaran sarapan pagi kali ini adalah buatan Faysha.

Melihat sang suami terbatuk-batuk, dengan sigap Faysha segera meraih gelas yang sudah berisi air namun Faysha terkejut lantaran secara bersamaan Rafka juga meraih gelas tersebut.

Deg

Kedua pasang bola mata saling beradu pandang kearah gelas yang sama-sama mereka pegang kemudian beralih memandang satu sama lain.

"Hm," Hasna sengaja berdehem lantaran tidak tahan melihat anak dan menantunya saling menatap satu sama lain. Keduanya saling tersadar kemudian Faysha melepas gelas tersebut agar Rafka dapat mengambilnya.

Rafka segera meminum airnya lantaran tenggorokannya masih tidak enak. Sementara Faysha memperhatikan kedua mertuanya yang saling tersenyum memandangi dirinya dan Rafka secara bergantian.

"So sweet banget sih kalian, malu-malu."

"Namanya juga pengantin baru Ma, seperti kita dulu."

Faysha hanya menanggapinya dengan tersenyum. Sementara Rafka malah melanjutkan kegiatan sarapannya, seolah tidak tertarik untuk menanggapi perbincangan Mama dan Papanya.

❤❤❤

Kini kedua tangan Faysha sedang fokus memegang secangkir teh untuk Ilyas yang tadi memintanya untuk dibuatkan kopi sekaligus meminta untuk dibawakan ke teras rumah dimana Ilyas sedang duduk bersantai di kursi sembari menikmati udara pagi. Faysha berjalan dengan sangat pelan karena takut tehnya tumpah. Di sepanjang perjalanan aman-aman saja. Dan kini Faysha hendak keluar dari rumah untuk menemui Ilyas namun ketika sampai di ambang pintu

Bruggg

Faysha bertabrakan dengan seseorang yang tiba-tiba saja muncul di hadapannya bahkan mengejutkannya sehingga secangkir teh yang berada di genggamannya membasahi baju kaos berwarna putih yang dipakai seseorang yang bertabrakan dengannya, seketika kaos putih tersebut kotor di bagian dada.

"Allahu akbar," pekik Faysha dengan sangat terkejut.

"Rafka?," Faysha tidak menyangka bahwa seseorang yang tidak sengaja bertabrakan dengannya adalah Rafka. Wajah Rafka sudah memerah lantaran kaos yang dipakainya basah terkena siraman teh yang menghangatkan dadanya. Untung saja tehnya hangat jika panas bisa melepuh dada bidang Rafka.

"Bisa hati-hati nggak?"

"Jalan tuh pakai mata!"

"Basah kan jadinya."

Faysha hanya terdiam tidak tahu harus berbuat apa, bahkan Faysha tidak berani menatap wajah Rafka yang terlihat sedang kesal, tetapi ini bukan serta merta kesalahannya. Rafka juga yang salah tiba-tiba muncul di hadapannya begitu saja, siapapun jika di posisi Faysha pasti akan mengalami hal yang sama dengannya.

"Ma-"

"Raf."

Faysha belum sempat mengucapkan kata maaf lantaran Rafka sudah berlalu meninggalkannya. Kebiasaan memang si Rafka seenaknya meninggalkan Faysha begitu saja. Tetapi bukan Faysha namanya jika tidak menyusul Rafka apalagi saat ini Faysha sedang berbuat kesalahan kepada Rafka jadi Faysha harus meminta maaf kepada Rafka yang nyebelinnya minta ampun.

"Rafka tunggu."

Faysha mempercepat langkahnya untuk menaiki anak tangga agar bisa menyusul Rafka yang sudah berada di anak tangga bagian atas.

"Ahhhh"

Tiba-tiba saja kaki Faysha tergelincir ketika akan menaiki anak tangga selanjutnya. Rafka yang berada di anak tangga kedua di atas Faysha langsung menarik lengan Faysha yang hendak terhempas ke lantai bawah. Otomatis tubuh Faysha terangkat dan secara tidak sengaja mereka berpelukan.

Deg

Faysha dan Rafka saling terdiam dengan tubuh yang saling berpelukan. Faysha bernapas lega lantaran tidak jadi terjatuh, namun Faysha tersadar bahwa kini ia sedang berpelukan dengan Rafka. Begitu juga Rafka yang merasakan jantungnya berdetak kencang lantaran sedang berpelukan dengan Faysha.

Akhirnya Rafka menyudahi pelukan mereka dengan melepaskan tubuh Faysha sedikit keras. Faysha pun membenarkan khimarnya yang kusut lantaran habis berpelukan dengan Rafka. Sebenarnya itu hanya pengalihan Faysha saja yang saat ini dilanda salah tingkah.

"Lain kali hati-hati, kalau jatuh dari atas tangga bisa langsung mati di tempat."

Faysha bergirik ngeri saat mendengar nasihat singkat Rafka yang menakutkan sampai membawa-bawa kata mati. Rafka seperti malaikat pencabut nyawa saja yang bisa memprediksi bahwa jika Faysha terjatuh dari tangga akan langsung mati di tempat.

"Term-"

Untuk yang kedua kalinya Rafka berlalu begitu saja meninggalkan Faysha yang hendak mengucapkan terima kasih sebab Rafka sudah menolongnya tadi.

"Kebiasaan tuh orang, belum selesai ngomong sudah main pergi saja, nggak sopan," Faysha sudah tidak dapat menahan rasa kesalnya terhadap sikap Rafka yang selalu main pergi begitu saja. Dengan wajah yang kesal Faysha segera menyusul Rafka yang sudah masuk ke dalam kamar mereka.

Bruggg

"Allahu akbar."

Faysha menjerit dan langsung menutupi kedua matanya dengan kedua tangannya. Ia terkejut usai membuka pintu dengan keras dan mendapati Rafka yang sedang bertelanjang dada.

"Makanya jangan sembarangan masuk"

"Ketok pintu dulu kek."

Rafka tersenyum geli melihat Faysha yang berusaha mati-matian menutupi kedua matanya lebih tepatnya menutupi seluruh wajahnya.

"Sudah selesai belum?"

Tidak ada jawaban. Faysha penasaran dan akhirnya memberanikan diri untuk mengintip dari cela-cela jarinya. Terlihat  Rafka sudah duduk santai di depan televisi dan tentunya sudah berganti baju.

"Ish, kok nggak bilang sih kalau sudah selesai."

"Lebay banget, seperti nggak pernah lihat cowok bertelanjang dada saja."

"Memang belum pernah ya."

"Itu tadi melihat."

"Itu nggak sengaja."

Perdebatan singkat itu memecahkan keheningan suasana kamar yang tadinya tenang-tenang saja. Namun tak beringsut lama keduanya saling terdiam kembali dan hanya terdengar suara bising dari televisi yang dinyalakan oleh Rafka.

Kini Faysha ikut bergabung dengan Rafka yang sedang fokus menonton pertandingan bola yang akan segera dimulai. Awalnya Rafka tidak mempermasalahkan Faysha yang asal duduk saja disampingnya namun lama kelamaan Rafka merasa terganggu sebab Faysha sedang memperhatikannya.

"Ngapain sih memperhatikan saya sampai segitunya?"

Faysha tersenyum mendapati Rafka yang sedang menoleh ke arahnya dengan wajah kesal. Tetapi tidak memudarkan ketampanan wajah Rafka yang haqiqi.

"Memang nggak boleh ya memandang wajah suami sendiri?"

Rafka kembali fokus menghadapkan pandangannya ke arah layar televisi yang mana pertandingan sudah dimulai. Faysha menghela napas kasar lantaran Rafka kembali mengabaikannya.

Satu jam berlalu. Rafka masih asyik menonton pertandingan bola. Sementara yang disampingnya sudah tumbang. Namanya juga perempuan normal jadi wajar bila Faysha tertidur. Bukannya ikut serta menonton pertandingan bola.

Awalnya Rafka mengabaikan keberadaan Faysha di sebelahnya namun Rafka tanpa sengaja menoleh kearah Faysha yang tertidur dengan posisi duduk dan kepalanya hampir terjatuh dari sandaran sofa untungnya dengan sigap Rafka langsung menyandarkan kembali kepala Faysha ke sandaran sofa.

Wajah tenang Faysha sukses mengalihkan perhatian Rafka yang sudah tidak memperdulikan pertandingan bola yang sedang seru-serunya. Rafka menatap lekat wajah cantik Faysha yang terlihat berkali-kali lipat cantiknya disaat tertidur seperti ini. Senyuman mulai mengembang di wajah Rafka. Manis sekali mungkin jika Faysha sedang terbangun Faysha akan meleleh melihat senyuman manis itu. Sayangnya Faysha sedang tertidur dengan nyenyaknya sampai suara keras dari layar televisi saja telinga Faysha tidak mendengarnya.

"Kamu itu sebenarnya baik, hanya saja saya belum bisa mencintai kamu, tapi saya akan berusaha untuk bisa menerima kamu, karena sekarang kamu adalah istri saya, kamu adalah tanggung jawab saya."

Rafka menghela napas pelan, "Tapi maaf sampai saat ini saya belum bisa bersikap baik sama kamu, saya nggak bisa bersikap ramah seperti kamu, karena saya nggak terbiasa dengan orang asing, dan bagi saya kamu adalah orang asing yang menyelinap masuk ke dalam kehidupan saya"

"Saya akan berusaha untuk menerima kamu sebagai istri saya seperti Mama dan Papa saya yang menerima kamu sebagai menantunya."

Baru kali ini Rafka berbicara panjang lebar bahkan ia mengungkapkan isi hatinya kepada Faysha. Hanya saja Rafka mengungkapkan isi hatinya di waktu yang tidak tepat, di mana Faysha sedang berada di bawah alam sadarnya. Rafka sengaja mengutarakan isi hatinya kepada Faysha disaat Faysha tertidur seperti ini sebab Rafka tidak ingin Faysha mengetahuinya. Biarlah Allah dan Rafka sendiri yang mengetahui isi hatinya.

Ada rasa ketidak-tegaan Rafka melihat Faysha tertidur dengan posisi duduk, pasti nanti saat Faysha terbangun akan merasakan kesakitan di seluruh tubuhnya sebab tertidur dalam posisi duduk. Namun Rafka juga tidak tega harus membangunkan Faysha yang tertidur nyenyak sekali. Alhasil Rafka berinisiatif menggendong tubuh Faysha ala bride style untuk menuju ranjang.

Rafka berhasil membaringkan tubuh Faysha di ranjang, namun ia sempat memandangi wajah Faysha yang nampak tenang dan damai ketika sedang tertidur, tanpa tersadar kedua ujung bibirnya  tertarik, membentuk senyuman. Namun tiba-tiba Faysha terbangun dari tidurnya dan langsung mendudukkan dirinya. Rafka dibuat terkejut hingga akhirnya mundur beberapa langkah untuk menjauh dari Faysha.

"Kamu sedang apa?," tanya Faysha sambil memperbaiki khimarnya yang sedikit berantakan.

Pikiran Faysha sudah ke mana-mana. Ia berspekulasi bahwa Rafka akan berbuat yang tidak-tidak kepadanya. Namun jika Rafka benar berbuat hal yang demikian sah-sah saja sebab Rafka adalah suaminya yang berhak mengambil haknya. Namun Faysha tidak suka dengan cara yang diam-diam, Apalagi disaat ia yang sedang tak sadarkan diri.

"Memang kamu pikir saya mau berbuat apa?"

"Kamu mau melakukan itu kan?," tuduh Faysha terang-terangan.

Rafka tersenyum sinis. Ia tidak menyangka bahwa Faysha akan sampai berpikir sejauh itu. Mana mungkin Rafka meminta haknya secara paksa. Jika Rafka mau ia akan memintanya secara terang-terangan. Namun nyatanya saat ini Rafka tidak berniat sama sekali untuk meminta haknya.

"Nggak usah GR."

"Terus tadi kamu sedang apa?, kok tadi wajah kamu dekat banget wajah aku?,"

"Dan-"

Faysha baru menyadari bahwa dirinya kini sedang berada di atas ranjang. Seingatnya ia tadi duduk di sofa lalu mengapa saat ini sudah berada di atas ranjang.

"Kenapa aku bisa di kasur? bukannya tadi aku di sofa?"

Rafka mengabaikan pertanyaan Faysha yang nampak serius. Rafka lebih memilih naik ke atas ranjang untuk bersiap-siap tidur. Sementara Faysha masih penasaran dan terus mencerca Rafka agar menjawab pertanyaannya.

"Raf, jawab dong"

"Aku lagi bertanya ini"

"Kenap-"

Seketika Faysha tidak dapat melanjutkan ucapannya karena tiba-tiba sebuah jari telunjuk sudah berdiri tegak tepat di bibirnya. Rafka berhasil membuat Faysha berhenti mengoceh dengan meletakkan jari telunjuknya tepat di bibir Faysha yang secara refleks mengatup rapat.

"Ini sudah malam, saya mau tidur."

Usai memastikan bahwa Faysha tidak akan mengoceh lagi Rafka pun menurunkan jari telunjuknya dari bibir Faysha.

"Raf, aku akan diam asal kamu jawab dulu pertanyaan aku," Faysha masih mengoceh saja. Bahkan Rafka sampai kehabisan cara untuk menghentikan Faysha agar tidak mengoceh lagi.

"Saya yang memindahkan kamu ke kasur"

"Sudah saya jawab kan?"

"Sekarang tidur!!!"

Faysha tersipu malu atas jawaban yang diberikan oleh Rafka. Jadi Rafka yang memindahkannya ke atas kasur. Faysha tidak menyangka seorang Rafka si laki-laki es balok bisa melakukan hal seromantis itu, ini kemajuan yang pesat.

"Berarti tadi kamu gendong aku?"

Bukannya sudah mengunci rapat mulutnya, Faysha malah kembali bertanya. Rafka tidak menghiraukannya justru ia malah membaringkan tubuhnya membelakangi Faysha.

Faysha sengaja menggoda Rafka. Ia ingin tahu apa reaksi Rafka jika terus digoda. Sejujurnya Faysha geli sendiri karena selama hidupnya ia tidak pernah bersikap seperti ini kepada pria lain kecuali Aa'nya. Namun saat ini Rafka adalah suaminya jadi tidak masalah jika Faysha bersikap demikian. Ini juga untuk membangun hubungan yang baik dengan suaminya yang berwatak kaku, cuek dan dingin.

"Raf aku berat nggak?, kamu kesusahan nggak tadi gendong aku?," Faysha sengaja mendekatkan dirinya kepada Rafka yang sedang terbaring agar Rafka dapat mendengar dengan jelas ucapannya.

"Sepertinya badan aku nggak berat deh Raf, aku enteng kan tadi kamu gendong?"

"Tidur Faysha!!!"

Faysha tertawa puas. Ia berhasil membuat Rafka salah tingkah dan tidak dapat menjawab pertanyaannya. Faysha memang usil sekali kepada Rafka padahal Rafka suaminya namun Faysha berharap dengan keusilannya itu Rafka tidak lagi bersikap kaku, cuek dan dingin kepadanya, mana bisa tahan Faysha hidup dengan orang yang berwatak seperti itu. Makanya Faysha ingin mengubah watak Rafka menjadi ramah meskipun tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Namun Faysha percaya cepat atau lambat watak Rafka akan berubah. Sama halnya seperti batu yang jika terus dialirkan air maka suatu saat akan berlubang juga. Siapa sangka nyatanya keusilan Faysha berhasil mengembangkan senyuman di wajah Rafka. Tentunya di luar sepengetahuan Faysha.

❤❤❤❤❤

~Cerita ini hanyalah karangan Ukhfira semata, dan berharap dapat diambil manfaat serta pelajaran yang tertuang dalam cerita ini untuk kehidupan kita agar lebih baik lagi~

Continue Reading

You'll Also Like

135K 2.4K 14
#Karya 13 Naura tak akan lupa bagaimana Polisi muda itu menginterogasi dan menahannya tanpa permisi. Setelah tahu kesalahannya, pria berpangkat Inspe...
2.4M 163K 49
[PART LENGKAP] "Satu kekurangan tak bisa menutupi seribu kelebihan." Erina gadis baik yang kehilangan salah satu kakinya karena sebuah kecelakaan. Ta...
5.1M 274K 54
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
6.1M 318K 73
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...