Jodoh Spesial

By ukhfira

1.5M 50.4K 499

{Tamat} Bagaimana rasanya jika menikah dengan laki-laki yang belum pernah dikenal?, bahkan belum pernah melih... More

1. Keluarga Impian
2. Bersyukur Punya Aa'
3. Calon Imam Idaman
4. Doa terkabul cinta bersambut
5. Antara Lamaran Dan Salah Paham
6. Qodarullah
7. Jodoh Dari Allah
8. Resepsi Pernikahan
9. Si Anak Mama
10. Pangeran Burung Besi
11. Hanya Status Berubah
13. Ulat Bulu VS Es Balok
14. Berusaha Menerima
15. Menjaga Perasaan
16. Menjunjung Tinggi Gengsi
17. Sesaknya Rindu Ingin bertemu
18. Apa Yang Terjadi
19. Benar Pergi
20. Tak Berdaya
21. Duka Mendalam
22. Menjadi Pendiam
23. Rindu Kamu Yang Dulu
24. Berat Harus Meninggalkan
25. Antara Cinta Dan Kasihan
26. Cemburu
27. Berhak Dicintai
28. Si Ratu Lavender
29. Cinta Yang Halal
30. Semakin Mesra
31. Rezeki Dari Allah
32. Dua Sekaligus
33. Awal Kehamilan: Cemburuan
34. Pertengahan Hamil: Tak Mau Ditinggal
35. Hamil Tua: Ditinggal Kerja
36. Selamat Datang Generasi Althafurrahman
37. Pelengkap Cinta
38. Abba Siaga
39. Formasi Lengkap
40. Firasat Buruk
41. Ujian Terberat
42. Pulanglah Sayang
43. Mengikhlaskan
44. Kuasa Allah
45. Pengganti
46. Jodoh Dunia Akhirat {Tamat}

12. Berusaha Menerima Dan Melupakan

29.9K 1.2K 6
By ukhfira

Assalaamu 'alaikum Readers

Selamat membaca jodoh spesial

Semoga suka & semoga bermanfaat

❤❤❤


Hari ini tepat satu bulan Faysha menjabat sebagai gelar seorang istri, tetapi dia merasa seperti masih single saja, sama seperti apa yang dikatakannya kepada Fathian tempo lalu bahwa ia hanya status saja yang berubah. Memang sudah satu bulan ini Rafka belum juga pulang dari kerja namanya juga pangeran burung besi pasti akan terus menunggangi burung besinya. Faysha mencoba berusaha sabar dengan keadaan suaminya yang berstatus seorang Pilot, ya, resikonya tidak pulang-pulang. Awalnya Faysha merasa senang karena walaupun dia sudah menikah tetapi tetap bebas untuk bekerja di butiknya. Tetapi kini Faysha juga merasa digantung seperti jemuran, pernikahannya itu hanya sebagai pengikat dirinya saja.

"Sudah Fay, nggak usah manyun seperti itu, nanti kalau sudah waktunya Rafka pasti pulang kok, yang sabar saja ya Sayang," Nayfa menyemangati Faysha yang sedang duduk di sofa yang disediakan di butiknya dengan wajah yang manyun.

"Nggak enak juga ya Nay kalau seperti ini, rasanya seperti digantung, mana Rafka nggak pernah memberi aku kabar, ya aku tahu pernikahan kita memang bukan dilandasi rasa cinta, tapi seenggaknya dia kan sudah tahu aku istrinya, ya harusnya dia wajib dong memberi kabar," gerutu Faysha yang sudah tidak bisa memendam perasaan kesalnya terhadap suaminya yang tidak kunjung pulang bahkan tanpa memberi kabar kepadanya.

"Terus aku harus bagaimana Fay?, aku cuma bisa bilang sabar sama kamu," hanya kata sabar yang dapat Nayfa katakan kepada Faysha, memang jalan satu-satunya ialah Faysha harus bersabar menunggu sang pangeran burung besi pulang.

"Iya, memang jalan satu-satunya harus sabar, bahkan harus ekstra sabarrrrrr."

Tanpa disengaja tatapan Faysha beralih ke arah pintu butiknya yang terbuka dan menampilkan sepasang laki-laki dan perempuan memasuki butiknya. Faysha terkejut setelah mengetahui bahwa mereka adalah Zahir dan Zalika.

"Maa syaa Allah Fay-Nay butik kedatangan pengantin baru nih, Mas Zahir Mbak Zalika apa kabar?"

Faysha masih terdiam di posisinya sementara Nayfa yang entah sejak kapan sudah berdiri di hadapan Zahir dan Zalika, Faysha pun menyusul Nayfa untuk menyambut pelanggan barunya yang tidak disangka-sangka, sebelum itu Faysha berusaha untuk bersikap biasa saja.

"Alhamdulillah kita baik," ucap Zalika menjawab pertanyaan ramah dari Nayfa.

"Mas Zahir Mbak Zalika, selamat datang di Fay-Nay butik," Faysha menyapa Zahir dan Zalika dengan ramahnya. Zahir dan Zalika saling melempar senyuman kepada Faysha yang menampilkan senyuman ramah.

"Apa kabar Mas Zahir?, apa kabar Mbak Zalika?"

"Alhamdulillah kami baik, kamu sendiri apa kabar?, Nyonya Rafka Althafurrahman?," Zahir menjawab pertanyaan Faysha sekaligus menanyakan kabar Fasyha dengan memanggilnya dengan sebutan nyonya Rafka Althafurrahman.

"Alhamdulillah aku baik juga Mas Zahir."

Faysha menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, Faysha salah tingkah ketika Zahir memanggil dirinya dengan sebutan Nyonya Rafka Althafurrahman. Perkataan Zahir memang benar lantaran Faysha memang sekarang sudah berstatus sebagai istri dari Rafka Althafurrahman itu artinya Faysha memang Nyonya dari seorang Rafka Althafurrahman. Namun entah mengapa bagi Faysha itu hal yang aneh dan asing sekali bagi dirinya.

"Oh iya Faysha, Rafka masih kerja ya?, apa kabarnya sepupuku itu?," entah ada angin apa Zahir tiba-tiba menanyakan kabar Rafka kepada Faysha, refleks Faysha sedikit kikuk lantaran Faysha sendiri tidak mengetahui kabar Rafka saat ini. 

"Alhamdulillah ba-baik."

"Mungkin," lanjut Faysha di dalam hatinya.

"Oh iya, Mas Zahir sama Mbak Zalika tumben ke sini?, ada perlu apa ya?," Faysha mengalihkan pembicaraan agar Zahir tidak menanyakan hal-hal tentang Rafka lagi. Bisa mati kutu mendadak Faysha nantinya.

"Oh iya hampir lupa kita, ini Fay, istri aku mau beli gamis di butik kalian."

Faysha ber-oria usai mengetahui tujuan utama Zahir dan Zalika bertandang ke butiknya. Berbeda hal dengan Nayfa yang antusias dengan kedatangan sepasang suami istri yang terlihat cocok sekali.

"Iya Fasyha, Nayfa, kemarin aku lagi cari-cari gamis untuk dipakai sekalian aku bagikan ke sahabat-sahabat aku, terus kata Mas Zahir kalian punya butik baju gamis, makanya sekarang kita ke sini, aku boleh lihat katalognya nggak?"

Kini Zalika membuka obrolan mereka usai Zahir menatapnya untuk mempersilakan Zalika bertanya langsung kepada kedua pemilik Fay-Nay butik. 

Dengan cekatan Nayfa langsung mempersilahkan Zahir dan Zalika untuk duduk di sofa yang telah disediakan. Kemudian Nayfa mengambil buku katalog gamisnya lalu diberikan kepada Zalika yang dengan senang hati menerima katalog tersebut untuk melihat koleksi gamis yang disediakan di Fay-Nay butik.

"Maa syaa Allah gamisnya bagus-bagus, warnanya juga cantik dan kalem, sepertinya ini menyamakan sama pemiliknya deh, cantik dan kalem juga," puji Zalika ketika melihat-lihat koleksi gamis-gamis di buku katalognya, baik Faysha maupun Nayfa terbawa suasana hingga akhirnya sama-sama tersenyum malu lantaran dipuji dengan kata cantik dan kalem oleh Zalika.  

"Maa syaa Allah Mbak Zalika bisa saja, kita jadi malu dipuji seperti itu, Oh iya Mbak Zalika tahu nggak kalau designer Fay-Nay butik itu sih Nayfa, hebat kan, dia merangkap dua jabatan, rakus banget ya."

Mendengar ucapan jahil dari sahabatnya itu Nayfa tidak diam saja melainkan langsung menyenggol lengan Faysha sehingga membuat pemiliknya langsung menoleh ke arahnya dengan wajah yang tidak kalah kesalnya dengannya. Namun keduanya sama-sama mengembangkan senyuman setelah menoleh ke arah Zalika dan Zahir yang saling tersenyum ketika melihat tingkah Faysha dan Nayfa.

"Maa syaa Allah Nayfa, aku nggak menyangka lho kamu sehebat ini mendesain gamis, simple tapi elegan, aku suka banget sama semua model gamisnya, jadi bingung nih mau pilih yang mana."

Desain gamis hasil jerih payah Nayfa nyatanya berhasil membuat seorang Zalika kebingungan untuk memilihnya, bukan Faysha namanya jika hanya berdiam diri saja tanpa membantu pelanggannya untuk memilih gamis yang akan dipinang. 

"Menurut aku sih semuanya bagus Mbak, jadi ya, pilih yang mana saja nggak masalah, kalau perlu pilih semuanya juga nggak apa-apa, alhamdulillah malah, hehehe."

Lagi-lagi Nayfa menyenggol lengan Faysha yang membuat Faysha tersentak dan langsung menoleh ke arah Nayfa yang sudah bermuka masam kemudian kembali tersenyum kearah Zalika dan Zahir yang saling memperhatikan mereka untuk yang kedua kalinya.

"Apa sih Nay, diam dong, ini bagian aku kan, namanya juga bagian marketing ya harus pandai ambil hati pelanggan," seru Faysha dengan lirih, Nayfa hanya bisa menghela napas, entah sudah ke berapa kalinya Nayfa selalu kalah jika beradu mulut dengan yang namanya Faysha.

"Benar juga kamu Fay, ya sudah aku ambil yang model terbaru ya?"

Faysha tersenyum puas ke arah Nayfa karena berhasil mengelabuhi hati Zalika yang saat ini statusnya adalah pelanggan baru di butik mereka. Nayfa membalas senyuman Faysha dengan senyuman keterpaksaan namun itu hanya sebuah candaan saja dan Faysha sudah tahu akan hal itu.

"Alhamdulillah, oh iya Mbak Zalika mau ambil berapa gamis?," tanya Faysha kepada Zalika yang sepertinya dilanda kebingungan untuk yang kedua kalinya.

"Hmmm, memang yang model terbaru ini mengeluarkan berapa warna?"

"Ada berapa ya? Nay ada berapa?"

"Ada dua belas warna Mbak Zalika."

"Ya sudah kalau begitu saya beli gamis terbaru ini dengan dua belas warna, tolong dibungkus sekarang ya."

Faysha dan Nayfa saling tercengang akan ucapan Zalika barusan. Mereka tidak salah dengar kan? Zalika memborong gamis-gamisnya. Tidak main-main juga sekali memborong langsung satu lusin.

"Alhamdulillah," puji syukur Faysha dan Nayfa secara bersamaan.

"Sekali lagi terima kasih Mbak Zalika sudah memborong gamis terbaru kami."

Zalika tersenyum ramah, "Iya sama-sama."

Zalika menolehkan pandangannya ke arah Zahir, "Mas aku nggak apa-apa kan beli gamisnya sebanyak itu?, soalnya sekalian nanti aku bagikan sama sahabat-sahabat aku, pasti mereka senang."

Ada rasa ketidak enakan saat Zalika membeli begitu banyaknya gamis maka dari itu Zalika menanyakan apakah Zahir tidak mempermasalahkan akan hal itu, meskipun Zalika membayarnya menggunakan uangnya sendiri namun sebagai seorang istri yang taat kepada suaminya harus meminta izin kepada suaminya dalam hal apapun. Sejujurnya tadi di rumah Zalika sudah meminta izin kepada Zahir namun saat ini Zalika ingin memastikan kembali bahwa suaminya tidak berubah pikiran. 

"Iya nggak apa-apa kok Sayang, justru aku senang dan bangga bisa punya istri seperti kamu, pokoknya aku bersyukur sama Allah bisa memiliki kamu my lovely."

Zalika tersipu malu mendengar ucapan Zahir yang terdengar lirih namun nyatanya baik Faysha dan Nayfa sama-sama mendengar gombalan maut ala Zahir tersebut. Faysha dan Nayfa saling melempar senyuman melihat sepasang suami istri di hadapannya saling menatap satu sama lain dengan tatapan penuh cinta. Faysha baik-baik saja, hatinya tidak bergemuruh hebat menyaksikan keromantisan Zahir dan Zalika, itu artinya hati Faysha sudah dapat menerima kenyataan bahwa Zahir sudah bukan pemilik hatinya lagi. Faysha bersyukur karena rasa itu sudah memudar dengan sendirinya.

"Maa syaa Allah, jazakumullah khoiron Mbak Zalika, Mas Zahir sudah mau mengeluarkan banyak uang untuk membeli gamis dari Fay-Nay butik, dan semoga rezeki kalian dilancarkan oleh Allah, aamiin Allahumma aamiin," Faysha sangat-sangat berterima kasih lantaran Zalika rela menghabiskan uang yang lumayan besar jumlahnya untuk memborong belasan gamis di Fay-Nay butik.

"Waiyyaki Faysha, aamiin, aku doakan juga semoga butik kalian semakin sukses dan jaya."

Faysha dan Nayfa buru-buru mengaminkan ucapan Zalika yang mendoakan atas kesuksesan serta kejayaan Fay-Nay butik. 

"Ya Allah, ternyata Mbak Zalika bukan perempuan sembarangan, dia bukan hanya cantik tapi baik, dan nggak pelit, sekarang aku sadar Mbak Zalika memang pantas bersanding dengan Mas Zahir, dan mulai sekarang aku harus buang jauh-jauh rasa cinta ini, biarlah Mas Zahir menjadi masa laluku yang sudah berlalu, aku harus move on, berusaha melupakan masa lalu dan menerima kehidupan baruku, sebagai seorang istri dari laki-laki bernama Rafka Althafurrahman," ucap Faysha dalam hati dengan tekad yang bulat serta mantap. Memang sudah seharusnya Faysha melupakan masa lalu dan menerima masa kini, yang akan menjadi masa depannya.

❤❤❤


"Assalamualaikum."

Faysha baru saja masuk ke dalam rumahnya, lebih tepatnya rumah orang tua suaminya. Dengan langkah gontai dan lemas Faysha menuju ruang tengah di mana Ilyas dan Hasna sedang duduk bersama di sofa depan televisi. Mereka sedang asyik menonton televisi, betapa irinya Faysha melihat keromantisan mertuanya itu meski sudah tidak muda lagi, berbeda dengan Faysha yang masih muda tetapi belum pernah beromantis ria dengan Rafka, sang suami.

"Acha kamu baru pulang Sayang," sapa Hasna setelah melihat kemunculan Fayhsa yang akhirnya bergabung duduk di sofa bersamanya dan suaminya.

"Iya Ma, Acha capek banget, api alhamdulillah dari tadi pagi sampai malam ini banyak pelanggan yang datang, dan tadi pagi Mbak Zalika sama Mas Zahir ke butik terus borong gamis, maa syaa Allah senang deh Acha Ma," ucap Faysha yang masih sempat-sempatnya curhat padahal tadi dia mengeluh kecapean sekarang sudah bersemangat lagi karena mengingat kejadian tadi pagi ketika Zalika memborong gamis di butiknya.

"Alhamdulillah kalau begitu, Mama bangga sama kamu, sudah cantik sukses lagi, memang menantu semata wayang Mama ini kesayangan Mama pakai banget," puji Hasna sambil mengelus pundak Faysha dengan perasaan bangga dianugerahi menantu yang pekerja keras dan tidak ada habis-habisnya stok semangatnya.

"Oh iya Ma, ini sudah satu bulan Faysha menjadi menantu kita lho, nggak terasa ya," Ilyas mengingatkan Hasna bahwa tepat hari ini adalah satu bulan Faysha menyandang status istri dari anak semata wayang mereka sekaligus sebagai menantu kesayangan mereka.

"Iya ya Pa, ya Allah Mama kok nggak menyadari ya, ternyata sudah satu bulan Mama punya menantu sebaik Acha."

"Alhamdulillah sudah satu bulan Acha merasakan bagaimana bahagianya punya orang tua yang lengkap, disayang, dimanja pokoknya Acha bersyukur banget bisa jadi menantu Mama dan Papa."

Faysha bersyukur sudah satu bulan merasakan kebahagiaan hidup bersama kedua orang tua yang lengkap, mendapatkan kasih sayang yang selama ini Faysha damba-dambakan, meskipun di satu sisi ada rasa sedih dibalik senyuman mereka yang Faysha tampilkan di hadapan mama dan papa mertuanya yaitu Faysha sedih karena belum mendapatkan kasih sayang dari seorang suami.

"Acha, maafkan Mama ya."

Tiba-tiba Hasna mengucapkan kata maaf kepada Faysha alhasil Faysha kebingungan lantaran Hasna tidak memiliki salah kepada Faysha.

"Maaf kenapa Ma?, Mama nggak salah apa-apa kok sama Acha."

Hasna berucap kembali, "Acha, sudah satu bulan kamu menyandang status seorang istri, tetapi kamu belum merasakan bagaimana bahagianya mempunyai seorang suam, karena Rafka yang sibuk bekerja, maafkan Mama ya, Mama terlalu egois menginginkan kamu menjadi menantu Mama dan sekarang kamu menderita karena mempunyai seorang suami yang tidak punya banyak waktu untuk kamu."

Hal ini yang membuat Hasna meminta maaf kepada Faysha. Hasna merasa bersalah dan egois kepada Faysha, meskipun Faysha membenarkan pengakuan sang mama mertua namun tidak lantas menjadi alasan Faysha untuk menyalahkannya. Faysha sudah ikhlas menerimanya dengan lapang dada, Faysha sudah memulai untuk menerima takdirnya.

"Ya Allah Mama nggak perlu minta maaf sama Acha, Acha baik-baik saja Ma, Acha santai saja kok, lagi pulakan memang ini risikonya punya suami Pangeran burung besi yang kerjanya memang terbang terus."

"Terima kasih Acha kamu sudah mau mengerti dengan keadaan Rafka, semoga kamu bisa sabar ya menghadapi semuanya,  Mama percaya kamu adalah perempuan yang hebat," Hasna tersenyum lega setidaknya ia sudah tidak merasa bersalah lagi sebab Faysha sudah ikhlas menerima semua kenyataan hidupnya menjadi seorang istri pilot yang selalu ditinggal bekerja.

"Mama juga wanita hebat, Mama kan senior Acha, dulu Mama kan juga merasakan hal yang sama seperti Acha, ditinggal pergi terus sama suami, benar seperti itu kan Pa?"

Hasna tidak kuasa menahan tawanya ketika Faysha mengingatkan dirinya bahwa Ia adalah seniornya Faysha. Ilyas bahkan sudah terbahak-bahak dengan perkataan Faysha yang sempat meminta pembenaran kepadanya.

"Iya Faysha kamu benar sekali, Mama ini juga perempuan hebat, yang mau bertahan menjadi istri seorang pilot yang jarang pulang, terima kasih ya Mama my Darling," puji Ilyas yang seketika itu membuat Hasna tersenyum bahagia namun sedikit malu-malu ketika mendengar ucapan terakhir Ilyas yang memanggilnya dengan sebutan my darling, pasalnya di samping mereka ada Faysha yang sudah tersenyum kegirangan melihat mertuanya sangat harmonis serta romantis sekali, meskipun disisi lain Faysha jelas iri hati. 

Tingtung… tingtung…

Mendengar suara tombol bel di depan berbunyi, Hasna dan Ilyas saling tersenyum sementara Faysha dilanda kebingungan lantaran selama satu bulan tinggal di rumah keluarga Rafka baru kali ini ada yang bertamu di malam hari, tepatnya saat ini jam 21.00 malam. 

"Kok tumben ada yang bertamu malam-malam seperti ini?," tanya Faysha kepada dirinya sendiri.

"Acha tolong bukakan pintunya ya."

Faysha menganggukkan kepala seraya beranjak dari tempat duduknya untuk membuka pintu rumahnya.

Kreggg

Pintu rumah sudah terbuka, seketika kedua bola mata Faysha membulat dengan sempurna seakan tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Seorang laki-laki berseragam putih dengan memegang koper sedang berdiri tepat di hadapan Faysha. Laki-laki tersebut mengernyitkan dahinya lantaran kebingungan melihat ekspresi wajah Faysha yang seakan sedang melihat hantu. 

"Assalamualaikum."

"Wa- wa 'alaikumus salaam, Ra-Rafka?"

Faysha masih tidak percaya bahwa saat ini laki-laki yang berdiri di hadapannya adalah Rafka, suaminya yang sudah satu bulan lamanya menghilang bak di telan bumi.

"Boleh saya masuk?," Rafka meminta izin kepada Faysha untuk memasuki rumahnya. Faysha berdiri tepat di ambang pintu sehingga membuat Rafka tidak bisa memasuki rumahnya.

"Bo-boleh," ucap Faysha dengan gugup.

Faysha mengulurkan tangannya tepat di hadapan Rafka dengan senyuman yang mengembang. Rafka yang memperhatikannya nampak kebingungan.

"Mau salim," sambung Faysha menjelaskan maksud dirinya yang mengulurkan tangan.

Rafka ber-o saja kemudian mengangkat tangan kanannya untuk mempersilakan Faysha melakukan apa yang seharusnya dilakukan.

"Alhamdulillah akhirnya Pangeran burung besiku pulang juga," ucap syukur Faysha lantaran suami yang ditunggu kepulangannya akhirnya pulang juga.

Rafka sama sekali tidak memberikan respon apapun atas ucapan syukur yang baru saja keluar dari mulut Faysha, parahnya lagi Rafka malah berlalu begitu saja masuk ke dalam rumahnya tanpa menghiraukan Faysha yang masih setia dengan senyuman manis yang dipersembahkan hanya untuk Rafka seorang.

"Astaghfirullahal adzim, cueknya nggak nanggung-nanggung si Rafka, memang senyumanku kurang mempesona ya sampai dilewati begitu saja?," Faysha hanya bisa geleng-geleng kepala saja mendapati sikap Rafka yang cuek sekali terhadapnya tetapi Faysha tidak akan pantang menyerah untuk meluluhkan hati suaminya. Karena kini pemegang kunci surganya adalah Rafka, suaminya.

"Assalamualaikum."

"Wa 'alaikumus salaam."

Rafka segera berhambur ke pelukkan Mama dan Papanya untuk menebus rindu yang selama ini bersemayam di relung hatinya.

"Alhamdulillah putra kesayangan Mama dan Papa kembali lagi ke rumah ini."

"Mama dan Papa sehat kan?"

Hasna dan Ilyas saling menganggukkan kepala pertanda bahwa kondisi tubuh mereka sehat dan baik-baik saja.

"Oh iya Aka, Acha ke mana?, bukannya tadi Acha yang bukakan kamu pintu?," Hasna menanyakan keberadaan Faysha yang entah di mana padahal tadi Hasna ingat betul bahwa ia meminta tolong Faysha untuk membukakan pintu tetapi Rafka malah masuk ke dalam rumah seorang diri tanpa Faysha yang menyusulnya dari belakang.

"Acha di sini Ma."

Yang dicari keberadaannya akhirnya memunculkan dirinya sendiri, Rafka yang hendak berdiri seketika mengurungkan niatnya, bahkan Rafka menghela napas saat melihat wajah tanpa dosa milik Faysha.

"Alhamdulillah, Mama pikir kamu ke mana Cha, hampir saja Rafka mau menyusul kamu tadi," Faysha tersipu malu mendengar ucapan Mama mertuanya yang katanya Rafka hendak menyusul dirinya karena belum kunjung masuk ke dalam, manis sekali bagi Faysha perlakuan suaminya.

"Oh iya?, Rafka mau menyusul Acha Ma?, ya sudah kalau begitu Acha keluar lagi ya Ma."

"Receh," gumam Rafka lirih.

Hasna langsung menatap tajam Rafka yang berani-beraninya mengatakan kata receh, seharusnya Rafka tertawa atau paling tidak tersenyum untuk menghargai Faysha yang mencoba mencairkan suasana.

"Ya sudah Ma, Pa, Aka ke kamar dulu ya."

Usai mendapat persetujuan dari mama dan papanya yang mempersilakan dirinya untuk ke kamarnya. Rafka langsung beranjak menuju kamarnya di lantai atas,  Faysha juga segera menyusul Rafka tentunya dengan meminta izin terlebih dahulu kepada Mama dan Papa mertuanya yang mendukung penuh agar Faysha segera menyusul Rafka.

Ketika sampai di lantai atas lebih tepatnya di depan kamarnya Rafka langsung membuka pintu kamarnya untuk segera memasuki kamarnya dan beristirahat. Namun alangkah terkejutnya Rafka ketika pintu kamarnya telah dibuka, Rafka masih ingat betul satu bulan yang lalu kamarnya itu masih bernuansa hitam dan putih namun kini kedua mata Rafka seakan silau dan tidak sanggup memperhatikan  kamarnya yang sudah seperti pelangi yang beraneka ragam warna. 

"Apa ini?"

"Raf, aku minta maaf, kamu nggak suka ya barang-barang di kamar kamu jadi warna-warni seperti ini?, lalau begitu aku ganti dulu ya."

Entah sejak kapan Faysha sudah berada di samping Rafka, ditambah lagi Faysha main menyerocos begitu saja bahkan Faysha hendak bergegas masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti sprei dan yang lainnya menjadi warna hitam dan putih, namun secara spontan Rafka menahan Faysha dengan menarik lengannya, alhasil Faysha tidak jadi melangkahkan kakinya bahkan pusat perhatiannya tertuju ke arah tangan kekar Rafka yang sedang memegangi lengannya.

Jantung Faysha berdegup kencang, tubuhnya bagaikan tersengat aliran listrik yang timbul dari tangan kekar Rafka yang masih menempel di lengannya, tubuh Faysha hampir ambruk sehingga ia langsung menyentuh tangan Rafka yang membuat Rafka langsung menatap tangan mereka yang saling berpegangan kemudian keduanya saling beralih menatap satu sama lain.

Deggg

"Alhamdulillah."

Faysha dapat bernapas lega selega leganya lantaran Rafka sudah melepaskan tangannya dari lengan Faysha. Suasana dibuat canggung oleh sikap keduanya yang sama-sama salah tingkah, hingga pada akhirnya Rafka memecahkan kecanggungan itu.

"Nggak perlu diganti, ini sudah malam, waktunya istirahat bukan waktunya untuk memberantakan kamar orang."

Usai berbicara tanpa menatap kelawan bicaranya Rafka langsung berlalu masuk ke dalam kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang membutuhkan banyak istirahat. Sementara Faysha masih pada posisinya, berdiri sambil memegangi lengan bekas pegangan Rafka.

"Jadi seperti ini ya rasanya dipegang sama suami, seperti tersengat listrik," ucap Faysha sambil tersipu malu lantaran ini kali pertamanya Rafka memegang lengannya lumayan lama dan Faysha merasakan betul rasanya dipegang oleh suami yang sudah halal menyentuhnya.

❤❤❤❤❤


~Cerita ini hanyalah karangan Ukhfira semata, dan berharap dapat diambil manfaat serta pelajaran yang tertuang dalam cerita ini untuk kehidupan kita agar lebih baik lagi~

Continue Reading

You'll Also Like

143K 10.5K 72
[Sequel Ameera] "Jikalau kamu mengajarkan aku pergi saat pergantian hari, aku akan mengajarkanmu menunggu setiap hari." "Tiada yang lebih indah saat...
1M 46.3K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
170K 16K 53
Kisah Binar Anjani yang tanpa sadar mengagumi sosok Alwitra Dwitama. Kekagumannya tersebut lantas berujung pada rasa cinta dalam diam. Keduanya terp...
111K 8.1K 49
Pertemuan awal dengan seorang Komandan Pleton baru pasukan pengamanan perbatasan itu cukup memberikan kesan buruk bagi Arum. Letnan Zyan Athalla Hasa...