FLOWERS FOR YOU

By Dh_infinity

48.3K 4.8K 405

Aku kembali dengan bunga-bunga di tanganku❁|❁"Setiap bunga menyimpan makna tersirat dalam kelopaknya. Menyimp... More

[1] DANDELION
[2] GLOXINIA
[3] WHITE PERINWINKLE
[4] ACACIA FLOWER
[5] FREESIA
[6] RED ROSE
[7] BLACK ORCHID
[8] CLOVER
[9] RED TULIP
[10] WHITE ROSE
[11] FORGET ME NOT
[12] DAFFODIL
[13] PINK ROSE
[14] SUNFLOWER
[15] IRIS
[16] YELLOW TULIP ★
[17] FEVERFEW
[18] AZALEA
[19] PETUNIA
[20] WHITE CAMELIA
[21] ORANGE ROSE
[22] DAISY
[23] VERONICA FLOWER
[24] PEACH ROSE
[25] SNOWDROP
[26] STOCK
[27] CHAMOMILE
[28] WALLFLOWER
[29] LOTUS
[30] LAVENDER
[31] ALSTROMERIA
[32] ANGELICA
[33] CEDAR
[34] AMARANTH
[35] GARDENIA
[36] GERBERA
[37] HYDRANGEA
[38] AMBROSIA
[39] MISTLETOE
[40] ANEMONE
[41] PURPLE LILAC
[42] AGAPHANTUS
[43] SPEARMINT
[44] IVY
[45] WHITE CARNATION
[46] LUPINUS
[47] SCABIOUS
[48] ALMOND BLOSSOM
[49] COSMOS
[50] ROSEMARY
[51] PRIMROSE
[52] LINARIA
[53] SWEETPEA
[54] AMARYLIS
[55] JONQUIL
[56] CACTUS
[57] COREOPSIS
[58] BITTERSWEET
[59] WHITE LILY
[60] WHITE CHRYSANTHEMUM ★
[62] SCARLET ZINNIA
[63] BLUE PERIWINKLE
[64] PANSY
[65] EUCALYPTUS
[66] WHITE LILAC
[67] WHITE ZINNIA
[68] BLUE SALVIA
[69] YELLOW ZINNIA
[70] VERBENA
[71] ASTER
[72] EDELWEIS
[73] APPLE BLOSSOM
[74] CALLA LILY
[75] PURPLE ROSE
[76] CALENDULA
[77] PINK CARNATION

[61] BLUEBELL

280 36 5
By Dh_infinity

"Apapun yang kau lakukan dan bagaimanapun kau berubah, itu tidaklah penting. Lagipula kau tetaplah dirimu. Tidak peduli apapun, aku akan tetap memegang tanganmu. Kita akan berbagi beban dan saling mendukung."





-BLUEBELL-





Namanya Im Yoona, mahasiswi. 18 tahun. Tercatat sebagai salah satu mahasiswi di kampus bermotto Veritas luxmea, Department of Civil Engineering. Gadis dengan surai coklat gelap yang saat ini tampak awut-awutan berjalan menuju arah utara di sebuah taman. Tangannya sesekali mengacak rambutnya dengan frustasi, disertai makian kasar yang tak perlu disebutkan disini. Salah satu tangannya sibuk meremas beberapa kertas bergambar sebuah desain jembatan dengan berbagai hitungan rumitnya.

Beberapa jam yang lalu, gadis itu baru saja mengikuti sebuah kompetisi desain dan dianggap sebagai biang kekalahan timnya-mereka, para senior menyudutkannya. Menyalahkannya karena ia membuat sebuah kesalahan kecil dalam perhitungan yang berakibat fatal. Hey dirinya hanya anak baru semester dua yang dilibatkan. Harusnya para senior lebih teliti. Sejak awal Yoona sudah meminta mereka untuk mengecek pekerjaannya, tapi para seniornya yang menyebalkan itu percaya pada hitungannya. Dan setelah semuanya baru mereka menyalahkannya. Pintar.

Lelah mengelilingi taman, gadis dengan marga Im itu berniat duduk di bangku taman yang tak jauh darinya. Namun, tanpa sadar ia justru menabrak seseorang yang membuat mereka sama-sama terjatuh-di hujani berlembar-lembar kertas yang berterbangan. Yoona sudah siap menghadapi makian orang di depannya, itu salahnya karena ceroboh. Di luar dugaan orang, atau tepatnya lelaki yang berjarak satu meter di depannya ini hanya diam seraya memunguti berlembar-lembar kertas ditanah.

"Maaf." Yoona segera tersadar dan membantu lelaki itu memungut kertasnya. "Aku sungguh minta maaf agashi." Lelaki itu tetap diam membisu.

Yoona menatapnya, menimbang-nimbang sejenak, kemudian matanya mulai tertarik pada kertas-kertas yang ia pungut. Matanya tampak berbinar membaca baris demi baris dalam kertas yang di pegangnya itu dan berjalan mendekat, menghampiri seorang lelaki yang tampaknya tidak menyadari kehadirannya.

"K-kau yang membuat ini, kau seorang penulis?" tanyanya gugup. Ia terlalu canggung dan malu setelah peristiwa beberapa menit yang lalu.

'A-Apa ia tidak mengerti bahasa Korea?!' panik Yoona mulai menerka-nerka. Tapi, kertas yang di bawa lelaki itu bertuliskan hangul. Jadi, tidak mungkin.

"H-hallo," ujarnya sedikit bingung sambil menatap lelaki itu. Tak ada reaksi sesuai yang ia harapkan. Lelaki itu tetap asyik dengan kertasnya sendiri.

Kesal karena diabaikan, Yoona menepuk bahu lelaki itu, "Hey! Aku bicara padamu. Tapi, kau terus mengabaikanku. Aku bahkan meminta maaf dan membantumu mengumpulkan ini." Yoona mulai kesal seraya menunjukkan kertas-kertas tadi.

Perhatian si lelaki terarah pada Yoona, atau mungkin kertas dalam genggamannya. Lelaki itu menatapnya, membuat Yoona merasa bersalah. Belum sempat membuka mulut untuk bicara,

"Ada masalah apa? Kenapa kau menggangguku? Kau membuatku jatuh dan membuat naskahku berantakan." Lelaki itu seperti berbicara. Namun tidak dengan suara, melainkan serangkaian bahasa isyarat yang digerakkan dengan tangannya.

Yoona tidak tahu pasti apa yang lelaki itu katakan, ia tidak mengerti bahasa isyarat, tapi setidaknya ia mengerti apa yang lelaki itu hendak katakan, pasti ia marah karena Yoona menabraknya dan membuat kertas-kertasnya berhamburan.

"M-Maaf, aku tak tau kalau kau..." cicitnya pelan.

"Tidak apa-apa." Lelaki itu mendengus pelan.

"Ini milikmu" Yoona menyerahkan kertas-kertas tadi "Kau seorang penulis?" Tanya Yoona penasaran.

Lelaki itu menggangguk.

Yoona mengambil kertas desainnya yang lusuh akibat dari sakunya dan menulis, 'Namaku Im Yoona.'

Lelaki manis itu tersenyum tipis melihat tulisan itu. Diambilnya kertas dan pena yang dipegang Yoona, kemudian menulis dibawahnya, 'Zhang Yixing. Kau bisa panggil aku Lay.'

Yoona tersenyum senang melihat jawaban itu. Kembali ia menuliskan sesuatu diatas kertas dan memberikannya pada Lay.

'Daebak! Kau dari China. Apa kau berkuliah disini? Dimana kau tinggal? Dan ya aku minta maaf atas apa yang barusan terjadi. Ayo makan, aku yang traktir.'

Lay berusaha menahan tawanya, gadis di depannya ini sangat ekspresif. Ia akhirnya kembali mengangguk. Tidak masalahkan mempunyai seorang teman? Apalagi gadis di depannya ini, bukan merendahkannya. Ia justru terlihat bersemangat mengulik semua tentang Lay. Haruskah ia bersyukur sekarang?







-BLUEBELL-





Lay.

Mereka berbicara banyak hal kemarin. Ternyata Lay adalah mahasiswa SNU yang seangkatan dengannya, hanya beda departement. Lelaki itu dari Department of Literature dan mahasiswa penerima beasiswa penuh yang berasal dari Beijing-China. Hebatnya lagi diam-diam ia juga seorang penulis novel yang beberapa tahun ini sedang cukup ramai di bicarakan karena sosoknya yang misterius. Sebenarnya 'Lay' adalah pennamenya.

Yoona bergegas menuju rak buku milik kakaknya. Ia tahu Yuri menggemari novel-novel. Kakaknya itu pasti memilikinya. Berbeda dengan Yoona yang tidak begitu tertarik sampai bertemu dengan Lay dan membaca sekilas kertas-kertasnya yang ternyata bakal naskah novel berikutnya.

Ya, aku memang tuli dan bisu.

Aku tidak dapat mendengar, tapi aku merasakan.

Aku tidak dapat berbicara, tapi aku mengerti.

Lagipula, sesuatu yang indah cukup dirasakan oleh hati, bukan?

Bahkan, aku merasa aku dapat mendengar lebih dari yang didengar orang lain.

Seperti saat ini, aku dapat mendengar...

Detak jantungku yang mengatakan...

Aku tak jauh berbeda dari orang biasa,

Setidaknya, itu yang kupikirkan.

Apa aku salah jika aku bertingkah seperti orang normal?

#Xexilia#

"Apa? Jadi anak itu cacat?"

Lay hanya bisa terdiam seraya menggigit bibir.

"Ia bertingkah seperti orang normal, memalukan sekali."

Jujur, rasanya Lay ingin menangis, sekarang kelemahannya telah diketahui seisi kelas bahkan nanti seisi sekolah, dan itu hal terakhir yang tak Lay inginkan terjadi.

"Astaga, seharusnya anak itu pergi ke sekolah luar biasa! Ia terlalu memaksakan diri pergi ke sekolah normal."

Lay hanya ingin hidup seperti orang normal, bukan dilihat sebagai orang cacat, apa hal itu tak bisa terjadi?

"Dasar tak tau diri, sudah cacat, berlagak normal pula. Harusnya ia tak perlu pergi sekolah saja."

Ia juga tak ingin menjadi orang cacat. Tapi, ia harus bisa menerimanya. Neneknya selalu mengatakan itu.

Bisikan-bisikan terdengar dari seluruh penjuru kelas, semuanya tertuju pada Lay yang masih bertahan di tempatnya.

Memang, ia tak bisa mendengarnya, tapi ia bisa membacanya dari tatapan semua orang. Lay hanya bisa menunduk sambil mencengkram dada, menahan rasa sakit di relung hatinya.

Rasanya seperti berdiri di tengah pengadilan terbuka dan dipermalukan secara tak manusiawi.

"Apa salah jika aku berlaku seperti orang normal? Aku juga sama seperti kalian, aku juga manusia, lalu kenapa kalian mengasingkanku seperti seorang penjahat?"

Saat itu seorang guru menjadi penyelamatnya, wanita yang mungkin seusia ibunya. Ah ibunya, apa Lay dapat mengakui wanita yang melahirkannya itu ibu?

Wanita yang dikenal sebagai diva kebanggaan China itu bahkan tak pernah mengakui Lay sebagai anaknya. Begitu juga ayahnya.

Hanya neneknya yang merawatnya.

Mungkin juga seorang guru yang saat ini berdiri di sebelahnya. Wanita itu membuat seisi kelas diam dan membawa Lay pergi dari sana.

"Jangan hiraukan perkataan temanmu. Kau tetap muridku yang terbaik." Ujar gurunya dengan beberapa gerakan tangan yang mengisyaratkan untuk tenang.

Dengan tubuh bergetar karena menahan tangis, Lay memandangnya dan mulai mengisyaratkan beberapa kata melalui gerakan tangannya.

"Apa aku bisa hidup bahagia?"

"Tentu, kau akan mendapatkannya suatu hari nanti. Sekarang kau harus lebih semangat belajar di sekolah. Lalu pergilah ke universitas dan jadilah penulis yang hebat. Buat gurumu ini bangga."

Wanita itu, guru yang baik. Song Qian. Lay akan selalu mengingatnya.

.

Lay tersadar bahwa saat ini ia sedang teringat akan masa lalunya dulu, ia jadi merindukan gurunya itu. Selain neneknya, hanya guru Song yang mengerti betul bagaimana Lay. Rasanya ingin sekali ia terbang ke China untuk bertemu mereka.

Entah karena refleks atau apa, "Ah, apa aku mengganggumu? Padahal aku sudah sepelan mungkin." Cengir seorang gadis yang akhir-akhir ini sering menghabiskan waktu bersamanya.

Kepalanya langsung ia tolehkan ke kanan dan memberi gadis itu senyum tipis beserta selembar kertas yang diatasnya tertulis beberapa kata. 'Aku senang kau disini.'





-BLUEBELL-





Satu tepukan lembut di bahu membuat Lay kembali menatap Yoona yang tampak gugup. Gadis itu tampak sangat cantik dalam balutan dress warna navy, tapi terlihat kurang nyaman dengan pakaiannya. Yah, gadis tomboy dari Department of Civil Engineering itu pasti kesusahan saat mengenakannya.

Tapi, apa yang gadis itu lakukan selanjutnya lebih membuat Lay tertegun melihat gerakan yang Yoona lakukan. Yoona melakukan bahasa isyarat, seperti yang biasa ia lakukan, sambil mengucapkannya, dengan lancar dan benar,

"Selamat untuk kelulusanmu. Kau luar biasa, Lay."

Lay menatap Yoona dengan tatapan tak percaya, "Yoona, kau..."

"Iya, aku belajar menggunakan bahasa isyarat seperti yang kau gunakan," Jawab Yoona dengan muka memerah.

Lay menghapus air matanya dan menatap Yoona kagum, "Sejak kapan?"

Yoona hanya bisa tersenyum malu. Sejujurnya, ia sengaja belajar bahasa isyarat sejak pertemuan mereka dua tahun yang lalu. Yoona ingin mengerti dan berkomunikasi dengan Lay. Ia ingin lebih banyak lagi mengetahui banyak hal tentang lelaki yang baru saja mendapat gelar sarjana di depannya ini.

Yoona meminta diajari Yuri-kakaknya, seorang psikolog dan kebetulan mengerti bahasa isyarat karena Yuri memang aktif di beberapa lembaga sosial. Ia bahkan masih ingat bagaimana Yuri terus meneriakinya karena salah mengisyaratkan sesuatu hingga memiliki makna yang berbeda. Telinganya bahkan sampai berdengung nyeri karena kakaknya itu.

"Apa aku melakukannya dengan benar?" Tanya Yoona ragu.

"Sangat benar, Yoong." Lay mengangguk semangat, kagum pada gadis dihadapannya yang dapat belajar bahasa isyarat disaat tugas-tugas kuliahnya menumpuk, sementara dirinya butuh waktu bertahun-tahun untuk menguasainya.

"Lay," Yoona menatapnya dengan serius, "Aku tahu ini sedikit konyol." gadis itu memberikan sebuket bunga Bluebell yang cantik. "Lay, seperti makna dari Bluebell ini, aku bersyukur bertemu denganmu. Aku hanya tak bisa berpikir jernih mungkin karena kau lulus lebih dulu. Jadi, setelah ini maukah kau menghabiskan sisa hidupmu bersamaku?"

Lay ternganga untuk beberapa detik. Gadis bermarga Im ini baru saja melamarnya, benarkah itu? Tapi, tidak lama berselang Lay mengangguk dengan senyum sumringahnya. Sebuah kecupan singkat mendarat di pipi Yoona, gadis itu langsung bungkam dengan wajah yang bisa menyaingi tomat merah segar yang di tanam di kebun kakeknya.

"Sebenarnya aku tidak pernah menyangka akan di lamar oleh seorang gadis. Aku bahkan tidak berpikir untuk menghabiskan sisa hidupku dengan seseorang. Tapi karena kau sudah melakukannya aku akan menerimanya saja." Yoona mengerti apa yang Lay katakan lewat gerakan tangannya. Gadis itu tersenyum cerah, akhirnya perasaannya tersampaikan.

Mereka masih saling menatap, Lay masih tersenyum kepadanya. Senyum lebar merekah menghiasi wajahnya, dan tanpa membuang waktu, Yoona langsung merengkuh tubuh itu, mendekapnya erat untuk beberapa saat.

"Tunggu aku lulus dan menjadi seorang insinyur. Setelah itu ayo menikah dan hidup bersama. I love you, Lay." Ucap Yoona dengan bahasa isyarat.

"Setidaknya, aku dapat mencintai seperti orang lain. Dan aku bersyukur, dari sekian banyak orang, Yoonalah yang datang dan menerimaku apa adanya."





-BLUEBELL-





Sepuluh tahun kemudian,

"Dengan ketulusan dan kerendahan hati, saya berterimakasih dan menerima penghargaan International Lifetime Contribution Award dari Korean Society of Civil Engineers ini dengan penuh tanggungjawab dan sikap profesional. Saya berharap penghargaan ini akan membuat semua insinyur, khususnya diri saya sendiri menjadi produktif dalam berkontribusi pada pembangunan infrastruktur di dalam maupun di luar negeri. Tidak hanya itu, saya juga ingin berterimakasih pada suami dan putra saya yang selalu menjadi penyemangat. Keluarga dan semua pihak yang mendukung sampai sejauh ini, terimakasih banyak." kata seorang insinyur wanita mengakhiri sambutannya.

Ya, insinyur wanita itu adalah Im Yoona atau kini kita dapat memanggilnya Zhang Yoona. Ia telah menikah dengan seorang bermarga Zhang yang sudah pasti bernama Zhang Yixing atau dikenal sebagai Lay, seorang novelis dengan karya-karya best seller nya. Mereka dikaruniai seorang putra yang kini berusia lima tahun, Zhang Ziyu.

Baru beberapa menit yang lalu Yoona turun dari panggung penghargaan, dirinya langsung menghampiri suami dan putranya yang juga hadir sebagai tamu undangan.

"Mom sangat hebat, Ziyu bangga sekali." Bocah lima tahun itu memberikan sebuket bunga yang sedari tadi ia sembunyikan di belakang punggungnya.

Mata Yoona membulat kaget, ia menerima sebuket bunga yang diberikan Ziyu padanya. "Bluebells..." kemudian memandang Lay yang berdiri dengan senyum kecil di belakang putranya.

"Daddy yang menyuruhku memberikannya." Ziyu memeluk ibunya erat,

Secara teknis, Ziyu memang tidak pernah belajar bahasa isyarat seperti yang Lay dan dirinya pelajari. Namun, bocah itu secara ajaib paham dan dapat berkomunikasi dengan Lay. Mungkin itulah yang dinamakan ikatan ayah dan anak.

"Aku sangat bersyukur karena memilikimu. Terimakasih sudah menjadikanku suamimu. Terimaksih telah menghadirkan Ziyu untukku. Dan terimakasih untuk mencintai segala kekuranganku. Saranghae."











"Mungkin kau tidak sempurna, tapi terima kasih. Kau membuatku melihat dunia dari sudut yang berbeda. Dan aku sangat bersyukur bertemu denganmu. Mari menghabiskan waktu bersama, sampai waktu memisahkan kita."





-BLUEBELL-END-







A/N: Veritas luxmea (motto Seoul National University/SNU) : "Kebenaran adalah cahayaku" | Xexilia (latin): bisu.









Continue Reading

You'll Also Like

74.2K 7.2K 20
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
46.7K 6.3K 38
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
61.9K 5.6K 47
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
616K 61.2K 48
Bekerja di tempat yang sama dengan keluarga biasanya sangat tidak nayaman Itulah yang terjadi pada haechan, dia menjadi idol bersama ayahnya Idol lif...