FLOWERS FOR YOU

By Dh_infinity

48.3K 4.8K 405

Aku kembali dengan bunga-bunga di tanganku❁|❁"Setiap bunga menyimpan makna tersirat dalam kelopaknya. Menyimp... More

[1] DANDELION
[2] GLOXINIA
[3] WHITE PERINWINKLE
[4] ACACIA FLOWER
[5] FREESIA
[6] RED ROSE
[7] BLACK ORCHID
[8] CLOVER
[9] RED TULIP
[10] WHITE ROSE
[11] FORGET ME NOT
[12] DAFFODIL
[13] PINK ROSE
[14] SUNFLOWER
[15] IRIS
[16] YELLOW TULIP ★
[17] FEVERFEW
[18] AZALEA
[19] PETUNIA
[20] WHITE CAMELIA
[21] ORANGE ROSE
[22] DAISY
[23] VERONICA FLOWER
[24] PEACH ROSE
[25] SNOWDROP
[26] STOCK
[27] CHAMOMILE
[28] WALLFLOWER
[29] LOTUS
[30] LAVENDER
[31] ALSTROMERIA
[32] ANGELICA
[33] CEDAR
[34] AMARANTH
[35] GARDENIA
[36] GERBERA
[37] HYDRANGEA
[38] AMBROSIA
[39] MISTLETOE
[40] ANEMONE
[41] PURPLE LILAC
[42] AGAPHANTUS
[43] SPEARMINT
[44] IVY
[45] WHITE CARNATION
[46] LUPINUS
[47] SCABIOUS
[48] ALMOND BLOSSOM
[49] COSMOS
[50] ROSEMARY
[51] PRIMROSE
[52] LINARIA
[53] SWEETPEA
[55] JONQUIL
[56] CACTUS
[57] COREOPSIS
[58] BITTERSWEET
[59] WHITE LILY
[60] WHITE CHRYSANTHEMUM ★
[61] BLUEBELL
[62] SCARLET ZINNIA
[63] BLUE PERIWINKLE
[64] PANSY
[65] EUCALYPTUS
[66] WHITE LILAC
[67] WHITE ZINNIA
[68] BLUE SALVIA
[69] YELLOW ZINNIA
[70] VERBENA
[71] ASTER
[72] EDELWEIS
[73] APPLE BLOSSOM
[74] CALLA LILY
[75] PURPLE ROSE
[76] CALENDULA
[77] PINK CARNATION

[54] AMARYLIS

234 37 6
By Dh_infinity



"Seperti halnya kertas lakmus, orang itu harus jelas. Dirinya merah atau biru."







-AMARYLIS-





Laboratorium itu terbagi menjadi dua ruangan–yang satu lebih kecil, untuk menyimpan berbagai cairan Kimia dan berbagai perlengkapan praktikum. Sedangkan ruang yang lebih besar adalah tempat para siswa belajar dan melakukan praktikum dengan meja kursi yang sudah tertata sedemikian rupa.

"Doyoung-ah, akhirnya kau datang juga." ucap guru Lee. Sedang Doyoung hanya membungkukkan badannya dan segera menghampiri gurunya itu. "Kau akan mengikuti olimpiade Kimia." Lanjutnya.

"Eh?" kaget lelaki bernama lengkap Kim Doyoung itu.

Doyoung pun hanya mengangguk pasrah. Cukup senang rasanya dapat mengikuti olimpiade Kimia, itu tandanya ia cukup 'ahli' dalam bidang itu sehingga terpilih dari ratusan siswa kelas 1 dan 2 yang ada disekolah ini.

"Begini, Olimpiadenya akan diselenggarakan bulan depan. Masih ada 30 hari untuk mempersiapkannya. Seharusnya, aku yang menjadi pembimbingmu. Tetapi, aku sangat sibuk. Aku khawatir kau tidak mendapat bimbingan yang intens." sesal guru Lee.

Hanya saja, pengalaman yang membuatnya cukup trauma mengikuti sesuatu yang berbau olimpiade. Doyoung hanya takut kembali mengecewakan dirinya dan orang lain. Ia tipikal orang yang kalau sudah jatuh susah untuk bangkit lagi.

"Ja-jadi?" tanya Doyoung mulai cemas.

"Kau dibimbing oleh sunbaemu. Tahun lalu, ia berhasil membawa gold medal untuk negara kita dalam olimpiade Kimia tingkat internasional. Sebentar lagi ia akan datang." lanjut guru Lee.

"Ah, maaf guru Lee. Kalau boleh tahu selain saya apakah ada siswa lain yang mengikuti olimpiade seperti ini?"

"Tentu saja ada. Sekolah kita memiliki tim khusus untuk setiap bidang olimpiade sains. Tapi, mereka semua berasal dari kelas 2. Aku khawatir kau cukup sulit mengikuti mereka karena masih kelas 1. Jadi, sebagai pembiasaan awal aku menyuruh seseorang untuk membimbingmu menggantikanku."

Ia tidak tahu siapa yang akan membimbingnya. Tapi dari kabar yang didengarnya sebelum memutuskan masuk ke sekolahnya ini, ia sudah tahu bahwa sekolahnya yang sekarang ini terkenal dengan kemampuan akademik para siswanya yang memiliki otak brilliant hampir setara ilmuwan terkenal dunia. Meskipun tidak semuanya sih.

Pintu putih laboratorium terbuka. Munculah seseorang dari sana.

"Kau mengenalnya 'kan? Im Yoona dari kelas 3 Sains-A", ucap guru Lee dengan bangga.

"Nah, Yoona-ya anak ini yang akan kau bimbing. Tolong ajari semua yang kau ketahui," ucap guru Lee yang di balas anggukan oleh Yoona.

"Kim Doyoung, kelas 1 Sains A. Mohon bimbingannya sunbae.", ucap Doyoung membungkukkan badannya.

Yoona tersenyum padanya.

"Baiklah, aku pergi dulu. Akan ada rapat dewan guru setelah ini." pamit guru Lee segera berlalu.

Suasana hening. Saat ini, Doyoung mencoba tetap tenang. Senang? Tentu saja. Siapa yang tidak mau berlama-lama bersama gadis dengan paket komplit seperti sunbaenya ini. Sudah cantik, cerdas, menawan, baik pula dan semua hal positif tentangnya Doyoung sematkan di belakang nama sunbae yang menjadi 'guru' pembimbingnya.

"Cukup sampai disini perkenalannya, nanti sepulang sekolah kita bertemu lagi disini. Sekarang kembalilah." ucap Yoona memecah keheningan. Sedang Doyoung mengangguk. 







Day 1

"Materi olimpiade Kimia mencakup empat garis besar: Kimia Anorganik, Kimia Fisika, Kimia Organik, dan Kimia Analitik." Yoona mengawali pembelajaran mereka. Sedang Dooyoung tampak menatap ke sekeliling lab seolah mencari sesuatu.

"Kau mencari yang lainnya? Mereka berada di ruang khusus. Tim Kimia sekolah ini punya ruang khusus belajar tiap olimpiade. Karna kau satu-satunya dari kelas 1 entah mengapa guru Lee menyuruhku untuk membantumu. Anggap ini debutmu, setelahnya kau akan resmi bergabung dengan yang lain." Jawabnya mengerti maksud tatapannya.

"Baik, sunbae."

"Tolong jangan terlalu kaku. Aku bukan guru Lee." Yoona tersenyum kecil, sedang Doyoung mengangguk kaku. "Baiklah kita lanjutkan. Pertama, kita punya Kimia Anorganik–untuk konsep dasarnya kau pasti sudah mendapatkannya: mencakup struktur atom dan tabel periodik model ionik, hitungan kimia, spektrum elektronik senyawa kompleks dan mungkin beberapa soal pengembangan. Kedua, Kimia Fisika–seperti namanya kau perlu pemahaman lebih terkait konsep Fisika, ada hukum termodinamika dan kawanannya. Ketiga, Kimia Organik dan Biokimia–gugus fungsi–alkana, alkena, alkuna, bensena, alkil halida, alkohol, eter, tiol, tioeter, aldehida, keton, asam karboksilat dan derivatnya, amina. Lalu ada–"

"Sunbae." Doyoung menginterupsi perkataannya

"Ada apa?" sedang objek yang ditanyai bergerak gelisah dari balik meja lab tempatnya duduk.

"Aku mual. Maafkan aku." Ucap Doyoung refleks berlari keluar dari lab. Meninggalkan Yoona yang menganga ditempatnya–'Apa separah itu? Ia phobia pada Kimia? lalu kenapa guru Lee merekomendasikannya?' batin gadis dengan iris madu itu.

Beberapa saat kemudian, Doyoung masuk kembali dengan wajah sendunya.

"Sunbae, maafkan aku sudah membuang waktumu yang berharga. Aku merasa tidak mampu untuk mengikuti ini. Aku tidak sepandai itu, mungkin nanti aku hanya akan menyusahkanmu dan membuat sekolah kita malu. Sunbae sudah kelas 3, lebih baik waktunya digunakan untuk belajar sebelum menghadapi ujian akhir dan ujian masuk perguruan tinggi dibanding membuang waktu dengan berada disini. Sekali lagi mohon maaf." Doyoung membungkuk sembilan puluh derajat pada gadis yang berdiri dua meter didepannya.

"Sudah selesai dengan ceramahnya. Dan jangan membungkuk seperti itu aku bukan atasanmu." Seketika Doyoung kembali menegakkan tubuhnya, menatap gadis yang tersenyum tipis disana.

"Sekarang aku tahu mengapa guru Lee mempercayakanmu padaku–." Doyoung bingung di tempatnya. "Kau harus tahu, orang kimia adalah orang yang harus dan mau menghafal, walaupun hafalannya tidak sebanyak biologi, kebumian, ataupun geografi. Orang kimia dituntut untuk teliti dalam mengerjakan soal yang ada, misalnya tentang fase, tentang suhu, tentang jumlah atom, dan lainnya. Dapat bernalar dalam mengerjakan soal yang rata-rata bukan soal dasar, namun merupakan soal terapan. Dasar matematika sangat penting meski yang dipakai oleh kimia tidaklah sekuat fisika, perhitungan kimia hanyalah perhitungan dasar saja. Dan yang terpenting saat kau menekuninya. Tidak peduli dirimu pandai atau tidak–kau hanya perlu mengenali maksudnya. Aku memang sudah kelas 3, aku masih punya delapan bulan lagi sebelum ujian akhir. Itu masih lama, dan terkait masuk perguruan tinggi–aku bahkan sudah dapat tiket masuk gratis ke salah satu universitas terbaik di Amerika tanpa harus mengikuti tes tulis. Terakhir, aku tidak merasa membuang waktuku hanya untuk belajar disini bersamamu. Bukankah kita sama-sama belajar?"

Setelah mendengar perkataan Yoona yang panjang lebar itu, Doyoung merutuki dirinya yang seolah lupa bahwa yang saat ini didepannya bukanlah gadis biasa–ia pernah menjadi juara dunia dibidang Kimia.

"Aku mengerti sunbae." Doyoung kembali duduk ke tempat semula. Baik kembali fokus.

"Okay, kita lanjutkan. Terakhir yang belum kusebuatkan tadi adalah Kimia Analitik–sebenarnya aku juga kurang begitu baik dalam hal ini tapi kita akan sama-sama belajar. Nanti juga akan ada pembinaan dari tim, ditambah dengan praktikum. Kau tak perlu khawatir dan melarikan diri lagi."

Doyoung tersenyum canggung. Mulai sekarang ia akan berusaha, ia bertekad didalam hati. Yoona sudah mengajarinya sedetail mungkin. Jadi, tak mungkin ia mengkhianati usaha gadis itu.







Day 7

Di dalam laboratorium mereka berdialog. Ini sudah hari ketujuh. Semua mengalir begitu saja. Hanya dengan dua botol cokelat yang menemani, satu botol biuret, dan satu botol phenolphtalein. Suara yang mereka dengar hanyalah deru berisik dari lemari asam.

Sambil meneteskan biuret pada sampel, gadis itu mengawali percakapan mereka."Kau tahu Doyoung-ah, ini cerita lucu tim olimpiade sekolah kita tahun lalu. Berjanjilah untuk merahasiakannya." Yoona terkekeh.

"Memang bagaimana ceritanya, noona?" tanya Doyoung yang sudah akrab dengan gadis bermarga Im yang berusaha menghentikan tawanya.

"Kau tahu Moon Taeil?" Doyoung mengangguk. "Ini semua berhubungan dengannya." Yoona kembali tertawa, disaat Doyoung menatap bingung kearahnya. "Jadi, saat itu adalah tes praktikum. Taeil memang sangat baik dalam teori tapi tidak begitu baik dipraktikum. Ia orang yang sangat kikuk. Sedangkan kimia hanya omong kosong tanpa praktik."

"Lalu apa hubungannya?" sela Doyoung bingung.

"Hey aku belum selesai! Bagian yang tak bisa dilupakan adalah saat Moon Taeil memecahkan lima gelas beaker. Kau tahu, ia membuat heboh semuanya bahkan aku jadi sulit berkonsentrasi karenanya–termasuk menguji kesabaran panitia. Entah bagaimana cara anak itu memegang gelas beakernya hingga pecah. Tapi, aku bersyukur ia tetap bisa mengikuti praktik setelahnya dan tidak diusir dari ruangan. Anak itu bahkan berhasil meraih perunggu berkat nilainya–sampai sesuatu yang buruk atau memalukan kembali terjadi. Ia terjatuh saat akan naik keatas panggung menerima penghargaan. Kau tahu sejak saat itu seluruh orang yang ada disana sepakat menjulukinya Mr. Kikuk dari Korea yang sangat berbakat."

"Jika aku jadi Taeil-hyung, mungkin aku akan menangis dan berlari keluar. Pasti rasanya sangat memalukan." Yoona mengiyakannya.

"Kau mungkin benar, jika orang itu bukan si Mr. Kikuk itu. Moon Taeil yang kikuk dari kelas 2 Sains-A harapan ditahun ini, sekolah bahkan negara kita berharap banyak padanya. Kau dapat belajar banyak darinya, ia cukup baik. Kuharap anak itu bisa mengurangi kecerobohannya, akan sangat berbahaya jika berkutat dengan senyawa korosif kalau tidak berhati-hati tamatlah."

Mereka kembali melajutkan praktikum yang tertunda, sesekali tertawa saat Yoona membagikan pengalaman-pengalaman serunya sebagai peserta olimpiade.

"Noona, senyawa yang ini bagaimana?" tanya Doyoung seraya menggoyangkan gelas beaker ditangannya.

"Seberapa banyak? Kau mencampurkannya?" selidiknya

"Maksudnya?"

"Komposisinya akan memengaruhi reaksinya, jika terlalu banyak maka akan–"

Duar.

"–Meledak!"

Ia meringis, sementara Yoona menahan tawanya melihat wajah juniornya yang tadinya putih bersih menjadi hitam arang akibat ulahnya.

"Hahaha kau beruntung yang tadi itu low explosive, aku tak bisa bayangkan kacaunya lab bahkan sekolah kalau yang tadi ledakan besar. Berhati-hatilah julukan the next Mr. Kikuk bisa menurun padamu nanti."









Day 17

"Kupikir, untuk hari ini cukup sekian. Aku melihat kau banyak meningkat mulai dari penguasaan materi, pengerjaan soal terapan hingga praktik. Mulai besok kau akan bergabung dengan tim."

"Apa?! Noona bercanda." Yoona tertawa melihat ekspresi kaget lelaki didepannya.

"Tentu saja tidak. Kalian akan menjadi perwakilan darisini. Sudah tentu kau harus mengenal empat lainnya. Kalian akan belajar bersama dengan lebih intensif dikelas khusus. Tentu dengan pembimbing yang lebih berpengalaman. Ia seorang professor dari Seoul National University."

"Tapi, aku tidak mau kalau bukan dengan noona." Doyoung tiba-tiba berdiri mendekatinya.

"Tenanglah sang profesor akan lebih membantumu. Kau akan terbiasa. Taeil dan yang lain juga pasti akan membantumu. Sesekali aku juga akan datang kesana untuk menengok kalian" Yoona tersenyum menenangkan.









Day 27

"Moon Taeil." Panggil seorang lelaki paruhbaya seraya memberikan beberapa lembar kertas yang telah dikoreksi. "Seperti biasa, kau sangat baik dalam teori begitupun praktik. Tapi berhati-hatilah pada soal penerapan analitik."

"Baik prof."

"Kim Namjoon, kau banyak meningkat. Baik dalam teori maupun praktik."

"Terimakasih prof."

"Untuk Kang Seulgi dan Kim Hanbin kalian juga sudah baik. Namun, kurangi kecerobohan saat perhitungan. Itu akan sangat fatal."

"Baik prof." Koor mereka berdua.

"Dan untuk Kim Doyoung, kau yang paling muda disini tapi kau yang mengalami peningkatan yang paling banyak. Yoona sudah membimbingmu dengan baik rupanya." Sang profesor tersenyum kecil, disaat lima lainnya bingung.

"Profesor mengenal Yoona-noona?" tanya Doyoung mewakili yang lain.

"Tentu saja seorang ayah mengenal putrinya."

"Hahhh.. Apaa!!!" Koor mereka berlima.

"Jadi, Yoona-sunbae putri profesor." Tanya Seulgi kembali memastikan dan mendapat anggukan sang profesor.

Harusnya mereka menyadarinya. Bahwa Yoona dan sang profesor mempunyai marga yang sama 'Im'. Dari ciri fisik Yoona juga tampak sangat mirip dengan sang ayah dalam wujud perempuan dan jangan lupakan ciri khas senyum mereka. Itu benar-benar sama persis. Ayolah kenapa mereka berlima baru menyadarinya, lebih-lebih Doyoung.

"Aku bahkan baru tahu putriku menggeluti bidang yang sama denganku saat ia meminta izin mengikuti IchO di Swiss tahun lalu. Kupikir ia seperti Marie Curie."

"Ia bukan hanya Marie Curie, prof. Yoona-noona adalah ratu Kimia disini." Balas Doyoung seraya tersenyum yang mendapat anggukan dari yang lain.

Satu lagi, yang ia ketahui dari Im Yoona. Gadis itu berusaha keras, berjuang sendiri tanpa bersembunyi dibalik nama besar ayahnya yang seorang profesor di bidang Kimia.







Day 30

"Noona, besok pagi-pagi sekali kami akan berangkat menuju Tokyo,"

"Hmm aku tahu. Semoga berhasil."

"Noona, kenapa tidak pernah bilang kalau profesor Im itu ayahmu?"

"Kau tidak bertanya."

"Baik. Tapi, aku masih penasaran saat kau bilang 'Sekarang aku tahu mengapa guru Lee mempercayakanmu padaku' memang apa maksudnya?"

"Kau akan tahu nanti saat kau sudah kembali. Dan ini jimat untukmu."

Yoona mengulurkan setangkai bunga berkelopak merah, ia tidak tahu bunga apa itu. Tapi, tetap menerimanya karena itu berasal dari 'guru'nya.

"Amarylis. Nama bunga itu. Ia akan jadi jimatmu" Seolah Yoona dapat membacanya seraya tersenyum.

"Terimakasih banyak noona." Gumamnya riang mengamati si merah menyala.

"Ingat tips-tips yang sudah kuberikan. Dan tolong jangan seperti Taeil di tahun lalu."

"Tentu. Hahahhahha."

"Kita tertawa seperti sepasang orang gila sok ilmiah yang berusaha mencapai ekuilibrium di tengah laboratorium."













"Amarylis hanya sebagai katalis. Bagaimanapun hasilnya nanti, aku tahu kau sudah berjuang keras. Aku bangga padamu."









-AMARYLIS-END-

Continue Reading

You'll Also Like

72.8K 7.1K 20
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
77.6K 7.7K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
237K 35.4K 64
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
127K 9.1K 57
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote