FLOWERS FOR YOU

By Dh_infinity

48.3K 4.8K 405

Aku kembali dengan bunga-bunga di tanganku❁|❁"Setiap bunga menyimpan makna tersirat dalam kelopaknya. Menyimp... More

[1] DANDELION
[2] GLOXINIA
[3] WHITE PERINWINKLE
[4] ACACIA FLOWER
[5] FREESIA
[6] RED ROSE
[7] BLACK ORCHID
[8] CLOVER
[9] RED TULIP
[10] WHITE ROSE
[11] FORGET ME NOT
[12] DAFFODIL
[13] PINK ROSE
[14] SUNFLOWER
[15] IRIS
[16] YELLOW TULIP ★
[17] FEVERFEW
[18] AZALEA
[19] PETUNIA
[20] WHITE CAMELIA
[21] ORANGE ROSE
[22] DAISY
[23] VERONICA FLOWER
[24] PEACH ROSE
[25] SNOWDROP
[26] STOCK
[27] CHAMOMILE
[28] WALLFLOWER
[29] LOTUS
[30] LAVENDER
[31] ALSTROMERIA
[32] ANGELICA
[33] CEDAR
[34] AMARANTH
[35] GARDENIA
[36] GERBERA
[37] HYDRANGEA
[38] AMBROSIA
[39] MISTLETOE
[40] ANEMONE
[41] PURPLE LILAC
[42] AGAPHANTUS
[43] SPEARMINT
[44] IVY
[45] WHITE CARNATION
[46] LUPINUS
[47] SCABIOUS
[48] ALMOND BLOSSOM
[49] COSMOS
[50] ROSEMARY
[51] PRIMROSE
[52] LINARIA
[54] AMARYLIS
[55] JONQUIL
[56] CACTUS
[57] COREOPSIS
[58] BITTERSWEET
[59] WHITE LILY
[60] WHITE CHRYSANTHEMUM ★
[61] BLUEBELL
[62] SCARLET ZINNIA
[63] BLUE PERIWINKLE
[64] PANSY
[65] EUCALYPTUS
[66] WHITE LILAC
[67] WHITE ZINNIA
[68] BLUE SALVIA
[69] YELLOW ZINNIA
[70] VERBENA
[71] ASTER
[72] EDELWEIS
[73] APPLE BLOSSOM
[74] CALLA LILY
[75] PURPLE ROSE
[76] CALENDULA
[77] PINK CARNATION

[53] SWEETPEA

205 19 4
By Dh_infinity

"Someday when the pages of my life end, I know that you will be the one of its most beautiful chapters."






-SWEETPEA-




Banyak orang yang hanya menilai sesuatu dari permukaan. Dari tampilan luar. Dari cover. Tanpa mencoba melihat lebih jauh, meneliti, menelaah ataupun memahami apa yang disembunyikan dibalik tampilan luar yang mungkin tampak mengagumkan atau justru biasa saja.

Dimata orang lain, mungkin ia tak lebih dari seorang remaja–ralat, pria muda arogan yang suka membuat masalah. Membolos, bahkan berkelahi hingga balapan liar adalah hal-hal yang biasa ia lakukan. Tanpa peduli sekitar selain dirinya, serta kesenangannya. Dan sejujurnya hal itu bukan hal baru lagi untuk seorang Johnny.

Johnny hanya bisa tertawa miris dalam hati kala mendengar bagaimana orang menilai dirinya. Mereka yang memberi nilai negatif besar-besaran tanpa sedikit pun berusaha membayangkan ada diposisinya. Hidup dengan nama Seo Youngho atau akrab disapa Johnny yang menuntut kesempurnaan tanpa cela sedikitpun.

Hidupnya tak lebih dari skenario yang sudah tersusun rapi bahkan sejak ia kecil, atau malah sejak ia belum muncul ke dunia. Kalau ada yang mengenal bagaimana rasanya terpenjara, mungkin Johnny layak mendapat predikat orang yang paling memahami bagaimana hidup terpenjara itu.

Seiring berjalannya waktu, ia bersyukur. Sungguh, bersyukur kala itu ia bertemu Im Yoona yang dengan baik hati menolongnya tanpa tahu darimana asal usulnya. Menyadarkannya bahwa masih ada, masih banyak orang yang peduli pada orang disekelilingnya. Dan tanpa sadar menariknya dari jurang hitam bernama kesepian itu.





-SWEETPEA-





"Youngho-ssi, kenapa melamun?" Ah, suara itu. Suara yang terdengar selalu merdu ditelinganya.

Suara yang selama sebulan ini selalu terdengar mengalun indah memasuki indra pendengarannya. Suara seseorang yang membuatnya tetap tegar menghadapi kenyataan yang hampir membuatnya berpikir untuk mengakhiri hidupnya.

"Tidak apa-apa noona. Bukankah sudah kubilang untuk tidak memanggilku dengan embel-embel 'ssi'. Aku merasa tua saja. Johnny, cukup itu saja." Katanya sambil menatap ke arah depan karena tak tahu dimana posisi lawan bicaranya itu berada.

"Baiklah, Johnny-ya. Sekarang biarkan aku memeriksa kondisimu."

Gadis itu, seorang dokter disebuah rumah sakit ternama di Seoul yang menolongnya. Im Yoona. Menyelamatkannya dari maut saat dirinya mengalami kecelakaan lalu-lintas karena terlibat balapan liar dijalanan, disaat teman-temannya pergi meninggalkannya.

"Noona, apa Tuhan membenciku karena sering berbuat kenakalan? Apa ini yang namanya karma karena aku memberontak pada orang tuaku. Kecelakaan itu hingga kebutaan ini–." Belum selesai dengan perkataanya Yoona yang tadinya akan menempelkan stetoskopnya guna pemeriksaan menghentikan kegiatannya.

"Kau salah. Tuhan tidak pernah membencimu. Dengar Johnny-ya ini semua hanya bagian dari takdir-Nya. Kau pasti bisa menghadapi semuanya, ada orang tuamu yang peduli padamu dan tentu saja ada aku. Jadi, berjanjilah untuk selalu bersyukur dan hidup dengan baik." Tanpa menunggu jawaban, Yoona kembali melakukan tugasnya.

"Baiklah pemeriksaan hari ini cukup, kau bisa beristirahat. Dan sepertinya aku harus mengganti bunganya. Mereka sudah layu." Yoona berjalan ke samping ranjang tempat Johnny berbaring dan mengamati bunga dalam vas yang telah layu dimeja itu.

"Ayolah noona, kau tak perlu membawakan bunga untukku setiap minggunya. Aku bukan seorang gadis. Aku bahkan tak bisa melihat mereka. Kau hanya merepotkan dirimu sendiri."

"Tapi kau bisa menghirup aromanya. Mereka–Sweetpea, membawa ketenangan. Alasan mengapa aku selalu memberikan bunga untuk setiap pasienku, karena aku ingin mereka merasa nyaman berada dirumah sakit seperti halnya saat dirumah–dikelilingi oleh keluarga dan orang yang mereka sayangi. Itu salah satu hal untuk menunjang proses penyembuhan dan tugasku sebagai seorang dokter." Yoona tersenyum lembut dan pergi keluar ruangan.

"Itu bukan tugasmu, tapi karena kau terlalu baik." Lirihnya.






-SWEETPEA-





Keluarga ya?

Mendengarnya saja sudah terasa asing ditelinga Johnny. Apalagi merasakannya.

Ia tidak ingat sama sekali pernah merasakan kehangatan itu. Ia tak bisa mengingat satu momenpun dimana ayah dan ibunya mau menemaninya bermain. Atau bahkan hanya sekedar menemaninya saat belajar.

Ingatan paling dalam yang pernah ia simpan pun hanya ada satu atau dua pelayan dirumahnya yang muncul untuk menemaninya menghabiskan waktu. Tanpa kedua orangtuanya. Mereka sibuk dengan urusan bisnis mereka.

Johnny kesepian. Sejujurnya hanya kata itu yang mampu dengan tepat menggambarkan apa yang Johnny rasakan sejak kecil. Tanpa ada kehangatan keluarga, tanpa ada teman bermain yang menerimanya tanpa memandang latar belakang keluarganya.

Rasanya, kasih sayang itu adalah suatu kemewahan yang jauh untuk digapai bahkan untuk orang yang berkecukupan macam Johnny. Pelupuk matanya terasa berat mendadak, pandangannya yang memang telah gelap terasa basah. Belum sempat bulir bening itu keluar, Johnny sudah menyeka wajahnya dengan kasar.

Ini bukan dirinya sama sekali! Bagaimana pun keadaannya, ia tidak boleh menangis. Tak ada yang boleh melihat tangisan itu keluar. Tidak ada, semestinya. Sebelum akhirnya ada yang berhasil menembus dinding pertahanan itu dan melihat sisi lain dalam diri Johnny.

Sisi rapuh yang bahkan mungkin tak Johnny sadari keberadaannya. Dan melihat sendiri saat mata itu melelehkan likuid bening dengan suara isakan pelan yang membuat hatinya berdenyut nyeri. Siapa lagi jika bukan Im Yoona–malaikat penolongnya.

"Kenapa menangis Johnny-ya? Aku bahkan baru meninggalkanmu satu jam yang lalu." Heran Yoona saat dirinya memasuki ruang rawat pasiennya itu.

"Yoona-noona, terimakasih. Terimakasih banyak untuk semuanya." Yoona tersentak setelah selesai dengan acaranya mengganti bunga dalam vas.

"Sama-sama." Balas Yoona tersenyum kemudian membawa Johnny dalam pelukan hangatnya.

Sudah sebulan Yoona mengenal Johnny sejak ia menolong lelaki itu, kebetulan ia juga dokter yang merawatnya dirumah sakit. Ia tahu anak itu hanya kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Johnny hanya anak kesepian yang tersesat. Dan Yoona sudah menganggapnya sebagai keluarga. Yoona sangat menyayanginya.

'Setidaknya aku ingin kau merasakan hangatnya mempunyai keluarga. Jadi, anggap aku noonamu. Okay.'






-SWEETPEA-






"Nah, selesai. Sepertinya ini terakhir kalinya aku memeriksa kondisimu Johnny-ya. Tugasku akan digantikan oleh dokter Kwon." Ujar Yoona seraya membereskan peralatannya.

"Kenapa? Noona tidak ingin merawatku lagi? Apa aku terlalu merepotkan?" lirihnya

"Hey, tentu saja tidak. Aku menjadi salah satu dokter sukarelawan dalam perang yang terjadi di Timur Tengah. Kami juga menjadi bagian dari pasukan perdamaian untuk membantu korban-korban perang yang membutuhkan. Disana sangat kekurangan tenaga medis dan aku juga ingin membantu." Yoona tersenyum kecil–tulus.

"Tapi itu sangat berbahaya. Noona–"

"Tidak Johnny-ya, tim medis berada dibawah naungan Palang Merah Internasional. Posisi kami netral, jadi tidak akan ada yang menyakiti atau menyerang kami. Sudah sejak dulu aku ingin mengikuti misi kemanusiaan seperti ini dan meringankan penderitaan korban adalah kewajiban seorang dokter."

"Baik. Tapi berjanjilah noona akan pulang dan baik-baik saja."

"Tentu, aku hanya satu bulan disana. Baiklah, aku pergi dulu. Banyak yang perlu kusiapkan karena besok pagi-pagi buta kami akan berangkat. Jaga kesehatanmu dan hiduplah dengan baik, okay. Jangan terlalu merindukanku."

"Noona, aku melihat begitu banyak manusia dimuka Bumi ini. Tapi, sangat sedikit yang punya rasa kemanusiaan sepertimu. Yoona-noona semoga tidak terjadi apa-apa–kumohon jangan pergi." Lirihnya saat suara langkah kaki Yoona telah hilang dari pendengarannya.






-SWEETPEA-





Putih.

Semuanya serba putih. Langit-langitnya, selimut yang membalut tubuhnya, serta cat temboknya sewarna dengan awan dikala cuaca cerah. Apakah kamar ini sengaja di-desain seperti kamar dirumah sakit? Ah, rupanya ini memang kamar rumah sakit—masih sama seperti beberapa minggu setelah Yoona pergi.

Tapi, tunggu dulu. Bagaimana ia bisa kembali melihat?

Johnny melupakannya, beberapa hari yang lalu dokter Kwon mengatakan ada yang ingin mendonorkan kornea untuknya. Dan perban telah dilepaskan kemarin. Ia berusaha menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya yang menyeruak ke dalam retinanya. Entah kabar gembira atau duka, ia tak merasa bahagia sama sekali.

Di samping kanannya ada jendela yang dengan seenaknya membiarkan cahaya mentari memasuki kamar rumah sakit. Darisini, ia bisa melihat cuaca yang begitu cerah hari ini. Dan disamping kirinya terdapat sebuah meja yang diatasnya terdapat vas dengan bunga yang sudah mengering–.

"Sweetpea. Yoona-noona." Gumamnya parau.

Suara pintu terbuka. Johnny menolehkan kepalanya pada pintu. Sebuket Sweetpea segar nan cantik yang dibawa oleh orang yang membuka pintu itu. Dokter Kwon.

"Kau sudah bangun?" Senyumnya lembut,

Sebuah pertanyaan melintas pada benaknya, 'siapa orang itu?'

"Maaf, Anda siapa?"

"Ah iya, aku melupakannya. Sebelumnya kau tidak pernah melihatku."

'Ia bukan Yoona-noona.'

"Aku Kwon Yuri yang menggantikan dokter Im Yoona. Dan selamat sekarang penglihatanmu sudah kembali, mungkin beberapa hari lagi kau bisa keluar dari rumah sakit." Senyumnya dengan terpaksa.

Tapi, ada yang salah disini. Johnny tidak bodoh untuk menyadari bahwa dokter Kwon terlihat sangat sedih. Ekspresinya 'aku sangat sedih' terbaca dengan sangat jelas dari tatapan mata dokter cantik yang memiliki kulit eksotik itu.

"Dokter Kwon, apa yang terjadi pada Yoona-noona?"

"Yoona, ia sedang bertugas–"

"Tolong katakan yang sebenarnya padaku. Terjadi sesuatu padanya 'kan?"

"Yoona ia sahabatku. Sahabat baikku, tidak–ia saudariku. Tapi, karena terlalu bodoh ia tak mendengarkanku padahal disana sangat berbahaya. Ia tertembak saat misi penyelematan yang dilakukannya. Gadis bodoh itu pergi untuk selamanya, dasar keras kepala. Dan–"

"–memberikan korneanya untukku. Cih, sudah ku duga. Yoona-noona.."

"Kau benar. Yoona memberikannya padamu. Tolong jaga apa yang di berikannya, ia juga menitipkan ini."







-SWEETPEA-






Johnny terdiam memandangi dua benda yang tergeletak di atas ranjangnya–dokter Kwon yang tadi memberikannya. Sebuket Sweetpea. Dan sebuah–iphone? Itu milik Yoona-noonanya. Mengapa secepat ini. Ia berjalan mendekati jendela. Mengamati awan-awan yang bergerak itu.

Tersenyum miris lalu berkata, "Aku bahkan belum sempat memandang wajahmu secara langsung, noona."

Johnny kembali mendekat, duduk ditepi ranjang. Ia mengambil sebuket sebuket Sweetpea itu dan memutar-mutarnya. "Sweetpea ini," ia memberi jeda, "adalah bunga yang memberiku ketenangan, kau benar. Aku selalu ingat padamu dan jadi membayangkan bagaimana rupamu."

'Sweetpea–terimakasih untuk saat yang menyenangkan.'

Merasa penasaran dengan isi iphone Yoona, ia mulai mengutak-atik isinya. Dan menemukan sesuatu yang membuatnya kembali menangis. Sebuah pesan video dengan judul 'untuk Johnny' memaku atensinya.

'Hi, Johnny-ya!'

Seorang gadis berjas dokter menyapanya dalam video dengan senyum cerahnya.

"Itu.."

'Aku Im Yoona, dokter yang bertugas merawatmu.'

Suara itu. Tidak salah lagi.

"Nee aku tahu.."

'Aku cantik 'kan'

Ia tersenyum lebar dalam video.

"Cantik. Kau sangat cantik noona. Seperti dewi, ah goddes."

'Aku tahu aku memang cantik. Sebelumnya aku tak menyangka akan membuat ini sebelum keberangkatanku. Aku merasa akan pergi jauh dan tak akan kembali. Mungkin ini sebagai salam perpisahan dariku, keke. Jadi tolong jangan tertawakan aku saat pesan ini sampai padamu dan kita kembali bertemu. Atau aku akan memukul kepalamu.'

Yoona pura-pura cemberut.

"Akan lebih baik kau memukul kepalaku setiap waktu noona. Daripada kau pergi meninggalkanku seperti ini."

'Nee, sebenarnya aku bingung ingin berkata apa. Tapi, kau harus tahu ini. Aku menganggapmu keluargaku sendiri. Aku anak tunggal, jadi kuanggap kau adikku. Adik manisku.'

Gadis itu berusaha menahan air matanya, tapi mencoba tetap tersenyum.

"Kau bahkan segalanya bagiku, noona.."

'Ah, sepertinya aku kelilipan. Nee Johnny-ya, jika kau tidak bisa melakukan sesuatu. Jangan stress, Jangan menyerah. Biarkan semuanya berjalan seperti biasa. Ada banyak orang yang peduli padamu.'

Setetes kembali jatuh menuruni pipinya.

"Noona.."

'Alasan mengapa kita dilahirkan, karena Tuhan menciptakan kita. Ini semua bagian dari kekuasaan-Nya. Tuhan memberi kita ujian dan kau harus bisa menyelesaikannya sendiri.
Inilah hidup yang sesungguhnya.'

Tetap tersenyum.

"Aku benci fakta ini.."

'Dulu saat aku kelas tiga SMA, orang tuaku meninggal dalam sebuah kecelakaan beruntun. Sejak saat itu aku hidup sebatang kara dengan uang yang orang tuaku tinggalkan. Aku berusaha keras untuk mencapai impianku dan menempuh pendidikan setinggi mungkin sesuai amanat mendiang orang tuaku. '

Senyuman pahit yang menyakitkan.

"Aku tak tahu, kau bahkan hidup seperti itu noona."

'Tapi semua sudah terlewati. Aku berhasil dan banyak orang yang peduli padaku. Jadi, tidak ada yang perlu ditakutkan, ini hanya sebuah ujian. Kau hanya perlu menggambar kisah hidupmu dan milikilah tujuan. Terus percaya dan pantang menyerah sampai kau mencapai tujuanmu.'

Tetes demi tetes mengalir.

"Noona, kau.."

'Jaga dirimu baik-baik. Annyeong.'

Ini batasnya ia tak bisa menahannya lagi. Isak tangis memecah keheningan.

"Kau mengingkari janjimu. Kembalilah. Kumohon jangan pergi dariku."






-SWEETPEA-






Johnny tersenyum, memandang lurus ke depan.

"Noona, bagiamana kabarmu?"

Ia berjongkok, meletakan sebuket Sweetpea disana.

"Aku merindukanmu. Kau pergi terlalu cepat bahkan mengingkari janjimu. Jujur, aku masih marah padamu. Tapi, kau harus tenang disana. Jangan mengkhawatirkanku, aku akan berusaha untuk hidup dengan baik. Terimakasih banyak."

Johnny berdiri, melangkah pergi darisana.

"Terima kasih untuk saat-saat menyenangkan yang kau bagi bersamaku, aku takkan melupakannya-selamat tinggal."






-SWEETPEA-






"I wrote you down in my memories, you can't be erased. Thankyou for being born, and being my everything"








-SWEETPEA-END-






----------------------------------

A/N: Aku kembali setelah sekian lama, dengan bunga yang baru^^

Continue Reading

You'll Also Like

127K 9.1K 57
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
1M 84.6K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
59.5K 5.4K 47
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
46.9K 3.3K 49
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...