TraveLove

By Marronad

3.4M 259K 7.5K

Maret, 2018 #2 chicklit #1 rank pilot #12 #14 Bea hampir yakin kalau apa yang dikatakan mamanya benar, berpak... More

Awal
Dua Orang Yang Berbeda
Dua Manusia
Pergi Tak Kembali
Merasa Kehilangan
Hari-Hari Setelah Kehilangan
Salah Sangka
Waktu Yang Sama
Gara-Gara Kopi
Surabaya
Seragam Pilot
Bertemu
Bertemu 2
Perjodohan Mendadak
Waktu
Lukisan
Saran Dari Mereka
Meminta Restu
Persiapan
Persiapan 2
Pernikahan
Pesta Pernikahan
After Marriage
Feeling
One Day With You
Abid Kecewa
Tentang Mereka
Tentang Mereka 2
Perhatian Abid
Tak Secanggung Saat Itu
Berdua
Bali?
Bali
Perasaan
Galeri Papa
Because Of You
Take Off
Awal Dari Perasaan
Realita
Tidak Tepat Janji
Surat Pemecatan
Teman Bercerita
Curiga
Bohong Dan Kenyataan
Kecurigaan Itu Berlanjut
Kepergian
Kekecewaan Bearista
Lebih Dari Cinta
Maafkan Bea
Epilog+Ekstra Part

Bad Day

54.4K 5K 170
By Marronad

Abid menepati janji, ia Abid datang sebelum Bea beristirahat, Abid juga rela menunggu istrinya dan mengobrol dengan satpam. Ia tidak akan mengecewakan Bea lagi. Ingatan Abid kembali saat ia masih bersama Gealina, ingat kalau dulu sama sekali ia tidak boleh masuk karena Gea tidak ingin Abid diketahui orang banyak. Namun, hanya bersama Bearista ia berani bahkan bercengkrama dengan para buruh atau sebagian karyawan pabrik tanpa canggung.

Gea tidak pernah membuat dirinya cemburu berlebihan apalagi dengan Lukas, mengingat tugas seorang sekretaris memang lebih sering berdua dengan Lukas. Berbeda dengan sekarang, mengetahui Bea bersama Lukas panas menyelimuti relung hati Abid. Entah apa yang ada dalam dirinya, hingga selalu dibayangi perasaan takut Bea akan meninggalkannya, padahal Abid yakin itu tidak mungkin. Abid menepis semua pikiran jelek di otaknya, tidak boleh berlebihan, nanti Bea tidak nyaman bersamanya. Ternyata mengenal bahkan menikah dengan Bea mampu mengalihkan perasaan yang dulu begitu menyakitkan dalam waktu yang begitu cepat.

“Kamu kenal Gealina?” tanya Abid.

“Kenal, Mas. Dia sekretarisnya Bos. Orangnya nggak pernah sedih, kembarannya Mbak Bearista,” jawab Aryo.

“Kembaran Bea?”

“Iya, kalau kata kami mereka kembar beda keluarga. Nama mereka aja mirip, terus sifat sedikit sama. Ramah sama kita-kita, bisa bergaul sama siapa aja,” jelas Aryo.

Abid mengangguk, yang dikatakan pria itu benar. Obrolan Aryo terputus saat melihat Bearista jalan ke arah pintu keluar.

“Mbak Bea, ini ada suaminya, kok malah nyelonong,” ucap Aryo, ia bangkit untuk menegur Bea.

Bea memperhentikan langkah, menoleh ke arah Aryo. Ada Abid?

“Mau ke mana?” Abid sudah menghampiri Bea.

“Kenapa ada di sini?” tanya Bea.

“Jemput kamu buat makan siang.”

“Kok nggak bilang?” Kemarin dikecewakan, jadi Bea tidak terlalu berharap Abid sungguh mengajak makan siang hari ini, ternyata siang ini Abid menepati janjinya.

“Semalam saya bilang, kamu yang lupa?” tanya Abid. “Sudah, ayo kita berangkat.” Abid mengenggam tangan Bea, meninggalkan area pabrik.

Bea hanya mengikuti walau ia sempat kecewa karena kemarin, tetapi cukup bahagia Abid mengajaknya hari ini.

“Mau makan di mana?” tanya Abid. Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil.

“Di warung nasi terdekat aja deh.”

“Kenapa suka sekali makan di warung, suamimu ini masih mampu lho, buat bayar makanan mahal. Jangan warung, sekali-kali ke restoran,” ujar Abid.

“Aku kan merakyat, lebih suka masakan warung dari pada restoran,” balas Bea.

“Tapi, saya kurang suka.” Jujur, Abid bukan tidak pernah makan masakan warung nasi di jalanan, tetapi ia lebih suka masakan dibuat oleh Leli atau Bearista, baru akan makan dengan lahap.

“Pria kayak kamu mana suka makanan warung, kalian kalau makan yang berlevel gitu.”

“Maaf,” ucap Abid.

“Nggak apa-apa, terserah kamu aja mau makan di mana.” Bea memasang sabuk pengaman, kemudian bersandar santai di kursi penumpang sebelah kemudi.
Abid yang masih mengenggam tangan Bea langsung mencium punggung tangan Bea tanpa canggung. Istrinya ini memang pengertian. Abid mulai menyalakan mesin mobilnya dan menuju ke restoran yang biasa ia kunjungi.

***

Bagi Bearista masakan warung nasi dekat pabriknya memang terbaik, rasanya pas di lidah Bea, dibandingkan dengan makanan yang sedang mereka makan. Ternyata Abid mengajak ke salah satu restoran bernuansa Eropa, tentu saja masakan di sini juga ala Eropa. Lidah Bea Indonesia sekali, saat mencoba memakan masakan Eropa rasanya sangat susah ditelan. Bahkan Bea menggeleng, tidak percaya saat pria di depannya memakan semua makanannya dengan begitu lahap.
Di sela-sela makan Abid dengan giat memberi Bea makanannya untuk dicicipi. Percuma, Bea hanya memakan setengah saja, selebihnya ia tidak bisa menelan, Bea tidak suka. Makan dengan sambal serta ikan jauh lebih nikmat.

“Suka?” tanya Abid.

“Iya,” jawab Bea. Bea menghargai Abid, tidak enak kalau seandainya bilang ia tidak suka makan di sini.

Abid melanjutkan makan siangnya, tetapi ada yang membuat Bea merasa tidak enak. Abid memang sedang makan, tetapi pria itu selalu mengecek ponselnya, membuat Bea jengah. Ada hal penting apa hingga Abid seperti itu? Bea merebut ponsel Abid, membuat Abid benar-benar terkejut, buru-buru Abid ingin mengambil lagi ponselnya, bisa bahaya jika Bea sampai membaca pesan di ponselnya.

“Bea, ponsel saya!” Abid menaikkan nada bicaranya.

Bea tetap mengenggam ponsel Abid, tidak akan memberikan ponsel Abid sebelum pria itu menghabiskan makanannya dengan tenang.

“Nggak.”

“Sedang penting, Sayang. Please, give me,” kata Abid dengan nada rendah.

“Kamu terlalu sibuk dengan ponsel. Apakah ponsel lebih penting dibanding makanan?”

Abid diam. Ia tidak sadar dari tadi sibuk dengan ponselnya, ia berkomunikasi dengan Dimas tentang kabar Alex yang katanya semakin membaik.

“Biar aku patahin ponselnya.”

“Jangan!”

“Kalau makan bisa kan, meninggalkan ponsel? Makan itu nggak sampai satu jam, jadi please stop main ponsel saat makan,” tegas Bea.

“Iya saya minta maaf. Tadi memang ada urusan penting dengan  Rio,” jawab Abid.

“Kamu bisa balas setelah makanmu habis.”

“Iya Sayang, iya. Kembalikan ponselnya.” Abid menengadahkan tangan. Abid bisa bernapas lega, setidaknya Bea tidak memeriksa ponselnya.

“Simpan ponselnya!”

Abid mengiyakan, menaruh ponselnya ke kantong celana. Mereka kembali makan dengan tenang tanpa ada gangguan ponsel atau apa pun.

***

Sembari menunggu Abid yang ke toilet, Bea mencoba menghubungi Alex yang sudah beberapa minggu tidak tahu kabarnya, Bea merindukan suara papanya.

“Assalamualaikum, Papa.”

“Waalaikumussalam.”

Kenapa Papa terdengar melemah.

“Papa sehat, kan?”

“Sehat, Nak. Kamu apa kabar?”

“Bea baik, ini habis makan siang sama Abid. Papa mau dibawakan apa? Biar nanti Bea beli terus Bea antar ke galeri Papa.”

“Tidak usah. Papa sedang diet. Kamu sama Abid puas-puasin berdua sebelum Abid terbang.” Papanya tertawa di sana. Bea senang dan lega jika keadaan Alex baik-baik saja.

“Ih, Papa. Jangan diet Pa, nanti makin kurus. Oh iya Pa, kok suaranya beda. Papa sakit?” Entah kenapa Bea merasa tidak enak.

“Papa sehat, Papa baru bangun tidur jadi suaranya lemas. Banyak pesanan lukisan, baru tidur jam tiga pagi. Kamu yang sehat-sehat, jangan merepotkan Abid.”

“Alhamdulillah ... lukisannya makin banyak peminat. Papa juga harus sehat. Love you, Pa.”

“Love you too. Papa tutup ya, mau melanjutkan tidur.” Kemudian Alex kembali tertawa.

“Oke deh. Assalamualaikum.”

“Waalaikumussalam.” Bea memutuskan sambungan telepon, perasaannya kembali hangat setelah mendengar suara Alex.

“Nelpon siapa?” Abid baru kembali dari toilet.

“Papa,” jawab Bea.

“Diangkat sama Papa?” tanya Bea.

“Iya, cuma nanya kabar aja.”

Abid sekarang yakin yang dikatakan Dimas benar, terbukti Alex sudah bisa mengangkat telepon dari Bea.

“Balik yuk, antar aku kembali ke tempat kerja.” Bea menengok jam tangannya, sebentar lagi waktu istirahat habis.

“Padahal masih mau berdua.”

“Tapi, aku harus kembali. Maaf ya,” ucap Bea. Ia juga ingin hari ini menghabiskan waktu bersama suaminya, setidaknya untuk melupakan sejenak masalah di kantornya.

“Ya sudahlah. Nanti saya jemput, ya. Jangan pulang sendirian.”

Bea mengangguk. Ia berjanji akan meluangkan waktu untuk suaminya setelah masalah di kantor tidak berat seperti sekarang, Bea takut masalah ini berlarut dan semakin besar.

Mereka keluar area restoran untuk kembali ke kantor Bea, tetapi belum saja mereka keluar suara teriakan membuat Abid menghentikan langkah. Lalu melepas sejenak genggamannys di tangan Bea.

“MAS ABID!!!” Seorang perempuan memekik, berlari menghampiri Abid, lalu memeluk pria itu, Abid pun membalasnya.

“Ya ampun Mas, tidak menyangka bertemu di sini,” ucapnya.

Pelukan mereka tidak terlepas, membuat Bea bertanya-tanya, sekaligus kesal melihat Abid dengan santainya memeluk wanita di depannya.

“Kamu kapan pulang?” tanya Abid.

“Sudah dua hari, Mas.” Perempuan terkikik.

Abid mencubit hidung perempuan itu, membuat Bea terbelalak kesal, rasanya ingin menimpuk perempuan di depannya ini.

“Kenapa nggak bilang? Kan, Mas jemput di bandara. Terus, kenapa nggak ke rumah?”

“Kejutan buat Mas Abid sama Tante Leli. Nanti aku ke sana. Sekarang mau puas-puasin dulu sama Mama dan Papa,” jawabnya.

Mereka berbincang saling antusias, Abid terlihat tertarik mendengarkan perempuan itu berbicara, hingga Bea merasa diabaikan. Menyebalkan!
Dehaman Bea menyadarkan mereka jika ada orang yang terabaikan.

“Lho, ini pasti istrinya Mas, ya?” tanya perempuan itu.

“Iya, ini istri Mas. Kamu nggak datang pas nikahan.”

“Maaf, aku lagi sibuk banget, jadi nggak bisa pulang.”

“Nggak apa-apa.”

“Cantik banget istrinya, Mas. Aku pergi dulu. Nanti dilanjut,” bisiknya, tanpa menunggu jawaban Abid perempuan itu masuk ke restoran. Abid hanya menggeleng melihat kelakuan gadis tadi.

Bea tidak bicara, ia berjalan meninggalkan Abid dengan hati kesal karena perempuan tadi berani sekali memeluk suaminya. Bea saja tidak berani memeluk duluan.

“Bea, tunggu.” Abid mengejar Bea.
Bea menunggu di samping mobil Abid dengan wajah masam. Hingga Abid membuka pintu dengan remot alarm mobil, barulah Bea masuk lebih dahulu.

Bea masih tidak menyahuti setiap panggilan dari suaminya, pandangannya masih lurus. Sikap Bea yang berubah  membuat Abid bertanya-tanya.

“Bea, kenapa?” tanya Abid. Bea tidak menjawab. Abid menarik bahu wanita itu untuk menghadapnya. “Kenapa?”

“Nggak usah pegang-pegang.” Bea menepis tangan Abid dari bahunya.

“Tunggu, tunggu, kamu kenapa?”

“Enak habis dipeluk sama cewek cantik?”

Abid hanya bisa tersenyum mendengar kalimat istrinya, Abid tahu kenapa Bea seperti ini.

“Enak dong. Nyaman banget dipeluk,” jawab Abid, batinnya tertawa. Ia akan menanggung risiko saat Bea mengetahui siapa gadis tadi. “Ternyata meluk anak gadis bisa bikin nyaman, ya.”

Bea semakin kesal, gemas hingga mencubit perut Abid, membuat pria itu meringis menahan sakit.

“Cubitan mantan gadis lebih enak daripada pelukan anak gadis!” ucap Bea ketus. Ia mengalihkan pandangan.
Semenit kemudian senyum Abid muncul begitu lebar.

“Kamu cemburu, ya?” Abid menepuk bahu Bea agar menghadapnya, tetapi Bea tetap diam dengan posisi sama.
“Padahal tadi itu sepupu saya, dari kecil dirawat Mama, orang tuanya terlalu sibuk dengan bisnis. Kuliah di Singapura, wajar kalau ketemu berpelukan. Tenang saja, saya bukan pria yang suka meluk sembarangan gadis,” jelas Abid.

Namun, Bea pura-pura tidak mendengar. Harusnya bilang kalau gadis tadi sepupunya, jadi Bea tidak perlu berpikir yang tidak-tidak, lebih parahnya merasa cemburu.

“Tapi, saya senang kalau kamu cemburu, berarti kita impas. Itulah  rasanya saat saya cemburu dengan bos kamu.”

Bea masih bermain dengan pikirannya, ia menyesal telah menampakkan jelas kalau sedang cemburu.

Cemburu itu wajar. Saya suka saat kamu cemburu itu bertanda jika kamu telah jatuh cinta sama saya.

-Tbc-

Tinggalkan vote dan komentar.

Instagram: Marronad.wp

Marronad

Continue Reading

You'll Also Like

94.9K 6.6K 11
Tahun ini usia Katrina genap 26 tahun. Dan dalam jangka waktu setahun kemarin, sudah ada dua pria yang berani datang ke rumahnya. Bermaksud melamarny...
7.9K 937 58
Pertemuan Hafika dengan Haydan Acisclo membuat Hafika harus terjebak bersama lelaki itu. Hafika terpaksa menjadi pacar pura-puraan Haydan untuk memba...
5.5M 287K 58
Serina, seorang gadis cantik yang sangat suka dengan pakaian seksi baru lulus sekolah dan akan menjadi aktris terkenal harus pupus karena meninggal o...
1.4M 6.5K 14
Area panas di larang mendekat 🔞🔞 "Mphhh ahhh..." Walaupun hatinya begitu saling membenci tetapi ketika ber cinta mereka tetap saling menikmati. "...