TAMAT - Magnolia Secrets

By fuyutsukihikari

396K 32.3K 2.4K

(The Land of Wind Series #2) VERSI EBOOK SUDAH TERSEDIA DI GOOGLE PLAY/BOOK. LINK E-BOOK ADA DI PROFILE SAYA... More

Prolog
Pengenalan Tokoh
Bab 1
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Keluarga besar Kerajaan Angin
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Pengumuman

Bab 2

9.7K 1.1K 34
By fuyutsukihikari

Author playlist : Painting Heart Expert Theme Song

***

Enjoy!

***

Jian Gui menatap langit gelap di kejauhan. Sebentar lagi hujan pasti akan turun. Lihat saja; awan hitam kini telah menutup langit biru seutuhnya. Petir menyambar-nyambar disusul oleh suara gelegar guruh beberapa saat kemudian.

Tatapan Putra Mahkota Kerajaan Angin itu terlihat kosong. Entah apa yang dipikirkannya saat ini, Yao Zu masih terlalu sungkan untuk bertanya walau ia sudah beberapa lama menemani Jian Gui dalam perjalanan ini.

"Hujan akhirnya akan turun."

Ucapan Jian Gui mengembalikan Yao Zu dari lamunan pendeknya. Keduanya masih duduk di atas punggung kuda mereka masing-masing saat ini. Yao Zu akhirnya tahu, Jian Gui bukan hanya menatap langit di kejauhan, tapi dia menatap langit yang menaungi wilayah Kerajaan Angin.

Sebuah helaan napas berat meluncur dari mulut Jian Gui. "Setidaknya aku bisa merasa sedikit tenang karena rakyat Kerajaan Angin akhirnya mendapatkan hujan yang sudah lama mereka tunggu," sambungnya membuat perasaan Yao Zu tersentuh.

Bagaimana tidak? Kehidupan Jian Gui sudah sangat sulit. Dia menjadi buronan tiga kerajaan, dia juga terus berusaha membebaskan prajurit-prajurit Kerajaan Angin yang ditangkap oleh kaum pemberontak dan selama pelarian itu dia tidak pernah sekali pun melupakan rakyatnya.

"Paceklik berkepanjangan bisa membunuh rakyat Kerajaan Angin secara perlahan," kata Jian Gui. Dadanya terasa sesak meningat besarnya pajak yang dibebankan oleh penguasa yang baru terhadap rakyatnya. Rasa bersalah menyelimuti dirinya. Andai saja dia memiliki kemampuan tentu rakyat Kerajaan Angin tidak perlu menderita dibawah kepemimpinan Bangsawan Liang yang tamak. "Setidaknya sekarang mereka bisa bernapas lega untuk beberapa saat."

Jian Gui menjeda. Untuk sesaat dia menoleh ke arah Yao Zu sebelum kembali menatap langit mendung di kejauhan. "Tanaman pangan bisa mereka tanam setelah tanah diguyur hujan," sambungnya dengan suara tercekat.

Yao Zu tidak mengatakan apa pun. Namun, Jian Gui cukup puas karena mata-mata kepercayaan Kaisar Long Wei itu selalu bisa menjadi pendengar yang baik.

"Untuk sekarang aku masih tidak yakin bisa menang melawan mereka," lanjut Jian Gui. Ekspresinya berubah menjadi gelap. Kemarahan menari-nari dengan jelas dikedua matanya yang bersorot tajam. "Karena itu kita akan bertahan."

"Hamba mengerti," sahut Yao Zu. Jujur saja, Jian Gui berhasil membuatnya kagum. Dalam kesulitan panjang sang putra mahkota mampu belajar dengan sangat cepat. "Saat ini pasukan Anda tidak dalam kondisi yang bisa mengalahkan musuh."

Jian Gui mengangguk, setuju. "Karena itu kita akan bertahan sembari mengumpulkan kekuatan," katanya.

"Kita juga harus hati-hati dan waspada," timpal Yao Zu, "Kaisar Long Wei pernah mengatakan jika pasukannya harus berhati-hati andai musuh menyerang di saat pasukan kita tengah berjuang untuk bertahan."

"Kaisarmu benar." Jian Gui tersenyum samar. Kekagumannya pada kaisar muda dari Kekaisaran Api semakin membumbung tinggi. Keputusan Jian Yong untuk menitipkan Chao Xing pada Kaisar Long Wei memang keputusan tepat walau hingga detik ini Jian Gui masih tidak menyangka jika Kaisar Api memiliki perasaan romantis pada Chao Xing. "Pantas saja dia berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya," sambungnya penuh kekaguman. "Kaisarmu bukan hanya pemberani, dia juga sangat pintar."

Yao Zu tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum lebar. Ada rasa bangga membuncah dalam dirinya saat Jian Gui memuji orang yang paling dihormatinya di dunia selain kedua orang tuanya. "Dan beliau akan segera menjadi adik ipar Anda, Pangeran Jian Gui."

Jian Gui terkekeh pelan. Ia mendesah. "Sejujurnya aku masih tidak percaya jika kaisarmu menjatuhkan pilihannya pada adikku—Chao Xing," katanya. Tatapannya kembali menerawang. "Chao Xing tidak seperti para putri lainnya. Dia sangat, hm... sangat—"

"Spesial," lanjut Yao Zu. "Putri Chao Xing sangat spesial, Pangeran Jian Gui karenanya beliau berhasil menaklukkan hati Kaisar Long Wei yang terkenal sangat dingin."

Jian Gui tertawa renyah. "Kau benar. Adikku itu memang sangat spesial, dan aku akan pastikan tidak ada satu orang pun yang akan memandangnya sebelah mata," tekadnya. "Aku akan kembali merebut apa yang menjadi hak keturuan Raja Jian Guo, dan Chao Xing akan kembali mendapatkan kedudukan dan kehormatannya sebagai Putri Kerajaan Angin."

***

Matahari sudah berada tepat di puncak kepala saat rombongan Jenderal Fang tiba di kediamannya. Kediaman sang jenderal begitu luas dengan warna merah yang mendominasi setiap jengkal bangunannya.

Dua buah patung Kirin menjadi hiasan di sisi kanan dan kiri pintu ganda halaman rumahnya yang kokoh.

Kedatangan rombongan sang jenderal besar disambut gembira oleh penghuni rumah. Senyum bahagia menghiasi wajah para pelayang yang datang berbondong-bondong untuk menyambut kedatangan tuan besarnya.

"Dimana Nyonya besar?" tanya Jenderal Fang pada kepala pelayan kediamannya. Sang pelayan tidak langsung menjawab. Tubuhnya sudah sedikit membungkuk karena faktor usia tapi pria tua itu berkeras menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi pada keluarga sang jenderal.

"Lapor, Tuan, sejak tadi pagi Nyonya keluar rumah. Beliau berkunjung ke Kediaman Pejabat Ma," jawab kepala pelayan penuh hormat.

Sang jenderal hanya mengangguk samar. Tatapannya kemudian teralih pada Jian Qiang yang berdiri dengan punggung tegak di sisi kanan kuda tunggangannya. "Aku membawa tukang kuda baru," katanya. Kepala pelayan mengikuti arah pandangan sang jenderal. Mata tuanya yang jeli mengerjap kaget. Dia memperlihatkan ekspresi tidak percaya hingga sang jenderal tertawa renyah karenanya, "Dia tidak terlihat seperti tukang kuda, bukan?"

Kepala pelayan itu mengangguk kecil.

"Yulan, kemari!" panggil sang jenderal.

Jian Qiang berjalan dengan langkah tertata. Ekspresinya datar seperti biasa.

"Siapkan sebuah kamar untuknya," perintah Jenderal Fang pada kepala pelayan. "Dia kepala pelayanku," ujarnya pada Qiang sesaat setelah pria tua di hadapannya mengangguk paham. "Kau bisa mengatakan kebutuhanmu padanya."

Jian Qiang memberi hormat dan menjawab dengan suara beratnya yang khas, "Terima kasih untuk kebaikan Tuan Besar."

Jenderal Fang terlihat senang melihat sikap sopan dan tutur bahasa sopan yang diperlihatkan oleh Jian Qiang. Jenderal besar itu bahkan menepuk-nepuk pelan bahu Qiang hingga beberapa kali. "Bekerjalah dengan baik, mungkin nasibmu akan beruntung dan kau bisa naik jabatan dengan cepat."

"Hamba mengerti," jawab Qiang sopan.

Jenderal Fang masih tertawa penuh kebanggaan saat berjalan meninggalkan rombongannya dan para pelayan untuk masuk ke dalam kediamannya sementara Chunhua yang sedari tadi berdiri tanpa mengatakan apa pun langsung bergerak menghampiri Qiang.

Putri keluarga Fang itu melipat kedua tangannya di depan dada. "Kau pasti terkejut melihat besar dan megahnya kediamanku, kan?"

Qiang tidak menjawab. Dia bahkan tidak memperlihatkan ekspresi apa pun hingga membuat Chunhua berdesis tidak suka. "Kau ini hanya seorang pemuda desa tapi sikapmu benar-benar sangat sombong. Kau lebih sombong dari Putra Mahkota Kerajaan Lang," cibirnya. "Lihat saja, aku pasti akan membuatmu tahu dimana harus menempatkan diri," ancamnya sebelum menghentakkan kaki dan melenggang pergi.

"Jangan diambil hati."

Qiang menoleh, menatap Xing yang dengan santainya meletakkan tangan kirinya di bahu kanan Qiang. Menyadari perbedaan tinggi keduanya, Xing pun berdeham dan menarik kembali tangan kanannya. Dia terlihat cemburu karena Qiang memiliki tubuh lebih tinggi dan berotot daripada dirinya.

Xing menunjuk punggung Chunhua dengan dagunya. "Nona besar memang seperti itu. Dia sangat dimanja oleh Jenderal Fang sehingga terkadang bersikap seenaknya." Ia menjeda. Xing memasang pose berpikir. "Yulan, Nona besar sepertinya ingin kau memperlihatkan kekaguman saat melihat kediaman Jenderal Fang yang luas ini."

Qiang mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru. Kediaman Jenderal Fang memang sangat luas tapi tidak lebih besar dari paviliun yang dimiliki Qiang di Kerajaan Angin. Kediaman ini bahkan tidak jauh lebih indah dari Paviliun Barat yang ditempati oleh Chao Xing.

Chao Xing. Apa yang sedang dilakukannya saat ini? Apa dia baik-baik saja? Apa keluarga Kerajaan Api yang lain memperlakukannya dengan baik? Apa Niu bisa menjaga Chao Xing? Apa Kaisar Long Wei memegang janjinya untuk menjaga Chao Xing?

Pertanyaan-pertanyaan itu melintas di dalam pikiran Qiang.

Dengan cepat Qiang menyingkirkan pemikiran itu, tapi tetap saja bayangan Chao Xing dan kelima saudaranya yang lain berada dalam pikirannya. Qiang juga merindukan Permaisuri Ming Xia.

Dewa Langit, kenapa rasa rindu ini lebih menyakitkan dari luka pedang yang pernah kuderita?

"Yulan?!" panggil Xing untuk ketiga kalinya. "Kau melamun," cibirnya sembari menggelengkan kepala pelan. "Kepala pelayan memanggilmu. Ingat, jangan membuatnya jengkel atau kau akan menderita selama berada di tempat ini. Apa kau mengerti?"

Qiang mengangguk paham.

"Bagus, sekarang pergilah!" seru Xing kemudian.

***

Kepala Pelayan Chi berjalan berpunggung tangan di depan Qiang. Ia menoleh lewat bahunya. "Jadi namamu Yulan?"

"Benar, Tuan."

Sang kepala pelayan mengangguk samar sembari mengelus-elus janggut panjangnya yang berwarna perak. "Jaga sikapmu selama berada di tempat ini. Jangan membuat malu Tuan Besar."

"Saya mengerti."

"Dan panggil aku Paman Chi," sambung kepala pelayan itu. "Semua pelayan di sini memanggilku dengan panggilan itu."

Qiang hanya mengangguk.

Keduanya terus berjalan melewati lorong panjang menuju area belakang kediaman Keluarga Fang. Di bagian belakang, terdapat dua bangunan besar lainnya yang berfungsi sebagai kamar untuk para pelayan. Pelayan pria dan wanita menempati bangungan yang berbeda, sementara dapur umum berada di tengah-tengah dua bangunan besar itu.

Kepala Pelayan Chi sesekali memperhatikan Qiang lewat sudut matanya yang tajam. Mungkin hanya perasaannya saja, tapi dia merasakan ada keagungan dalam diri pelayan baru yang berjalan di belakangnya itu.

Aura yang dirasakannya dari Yulan membuat pemuda itu berbeda dari pemuda-pemuda desa atau pun pelayan lainnya. Pemuda itu berbeda hingga Chi harus mengakui dalam hati jika dirinya memiliki rasa hormat terhadap Yulan.

Ah, mungkin dia sudah sangat tua hingga berhalusinasi sampai separah ini.

"Para pelayan memiliki seragam khusus, tapi tuan besar memberimu pengecualian," kata Chi terdengar tidak setuju. Dia tidak habis mengerti kenapa tuannya memberi pelayan baru itu kebebasan yang sangat besar?

"Apa kau memiliki pakaian lain untuk kau pakai sehari-hari di sini?" sambungnya.

"Saya membawa beberapa pakaian ganti," jawab Qiang pendek dan tegas.

"Haia... baiklah," kata Chi dengan desahan napas panjang. "Ini menjadi kamarmu," sambungnya sembari membuka pintu ganda yang tertutup di hadapannya lebar-lebar. "Kau memiliki kamar ini untuk dirimu sendiri."

Qiang melangkah masuk. Kamar itu tidak luas, tapi lebih nyaman daripada kamar yang ditempatinya di kediaman pasangan Wu. "Terima kasih, saya akan bekerja dengan baik."

"Tentu saja kau harus bekerja dengan baik," kata Chi. Ekspresinya terlihat sangat serius. "Kau mendapatkan perlakuan khusus dari Jenderal Fang karena itu kau harus membalasnya dengan keringat dan pengabdianmu."

"Saya mengerti," jawab Qiang sopan dan pintu kamarnya pun tertutup beberapa saat kemudian.

Qiang segera meletakkan barang bawaannya di atas ranjang. Malam nanti dia masih memiliki banyak waktu untuk membereskannya. Qiang pun bergegas keluar. Hari-harinya sebagai pengurus kuda Jenderal Fang dimulai siang ini.

***

"Yulan, kemari!" panggilan tegas itu menghentikan langkah Qiang. Dengan cepat ia membalikkan badan untuk memenuhi panggilan Jenderal Fang yang tengah berdiri di halaman belakang rumah. Seorang wanita paruh baya dengan tampilan berkelas berdiri di sisi kanannya, sementara Chunhua bergelayut manja di sisi kiri Jenderal Fang.

Qiang berlutut satu kaki. Kepalanya menunduk dalam. "Yulan memberi hormat pada Jenderal Fang dan Nyonya Besar."

"Hei, kau tidak memberi salam padaku?" protes Chunhua yang segera ditanggapi Jenderal Fang dengan tawa keras. "Kenapa Ayah malah menertawakanku? Bukankah sikapnya sangat tidak sopan?" tunjuk Chunhua pada Qiang, kesal.

"Hei, bukankah biasanya kau selalu menolak jika pelayanmu memberi salam dengan cara seperti ini?" ujar Jenderal Fang. Ia menepuk-nepuk pergelangan tangan putrinya untuk menenangkannya. "Istriku, ini pemuda yang kubicarakan padamu tadi," kata Jenderal Fang sembari menoleh ke arah istrinya.

"Anda sangat pandai memilih," puji Nyonya Fang. Wanita paruh baya itu menyipitkan mata. "Yulan, apa kau bisa membaca dan menulis?"

"Mana mungkin dia bisa melakukannya?" ejek Chunhua yang langsung dihadiahi Nyonya Fang sebuah pelototan. Gadis remaja itu cemberut dan memilih untuk bersembunyi di belakang tubuh ayahnya.

"Hamba bisa membaca dan menulis," jawab Qiang tanpa terdengar sombong.

Nyonya Fang mengangguk senang. Ia menoleh pada Jenderal Fang. "Suamiku, bagaimana jika dia kita perbantukan di bagian persediaan barang?" tanyanya. "Kita hanya akan menyia-nyiakan bakatnya jika dia hanya dipekerjakan sebagai pengurus kuda," sambungnya tenang.

Jenderal Fang mengalihkan pandangannya pada Qiang untuk beberapa saat. "Tapi kita memerlukan pengurus kuda."

"Dia bisa membantu setelah pekerjaannya utamanya selesai," kata Nyonya Fang, sedikit memaksa hingga suaminya pun pada akhirnya mengalah pada keinginannya.

Ada sesuatu yang berbeda dengan pemuda di hadapannya, karena itu Nyonya Fang ingin mengetes sejauh mana kemampuan pelayan baru yang dibawa oleh suaminya itu.

***

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

444K 57.7K 53
[Dream World] 15+ Siapa yang tak kenal Hayam Wuruk? Raja keempat Majapahit yang membawa kerajaan tersebut pada puncak kejayaannya. Namun, bagaimana j...
139K 18.7K 42
Apa kalian percaya Mitologi itu benar adanya? Jika kalian tak percaya maka enyahlah dari sini. Tapi, jika kalian percaya aku ingin kalian selalu berh...
94.4K 4.6K 117
yang tau tau aja👀🌹 BAB sesuai dengan versi koreanya
4.2K 904 8
Sekuel cerita dari Mitologi