Bab 17

8.6K 1.2K 149
                                    

Dilarang menjiplak, menyalin, mengklaim dan mempublikasikan cerita-cerita milik saya di tempat lain tanpa seizin dan sepengetahuan saya. Yang bandel saya kutuk ngejomblo seumur hidup! Thx!

Maaf untuk typo(s) yang nyempil di sana-sini.

Source pics : Pinterest

Enjoy!

***

Bab 17

Yunru kesal setengah mati. Kakak pertamanya yang merasa paling hebat itu melampiaskan kegagalan misi pada Yunru. Hei, kenapa jadi salahnya? Bukan keinginannya jika tiba-tiba saja seorang pemanah handal membantu rombongan Kerajaan Lang itu. Dia mendengkus, wajahnya kusut saat berjalan dari kediaman utama menuju hutam bambu yang berada di bawah bukit tempat persembunyian mereka.

Seharusnya kakak pertamanya berterima kasih karena Yunru berhasil membawanya pergi dari tempat itu tepat waktu. Tidak lucu jika kakaknya tewas karena racun mereka sendiri, kan? Cih, kakaknya benar-benar licik, pikirnya, kesal. Dia semakin kesal saat teringat ucapan ayahnya yang mengatakan Yunru tidak berguna.

Yunru menendang kerikil, kesal. Ekspresinya masih masam saat dia tiba di tempat tujuannya. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, Leiterlihat tengah serius berlatih ilmu pedangnya. Dalam hati Yunru memuji kemampuan adik angkatnya itu. Ilmu pedang Lei meningkat hanya dalam waktu singkat.

Pria itu terdiam, lalu mendudukkan diri pada sebuah batu besar yang ada di sisi kananya. Desir angin meniup daun bambu. Daun-daun itu melambai, suaranya berbaur dengan gerakan pedang Lei yang mematikan.

Seketika gerakan Lei terhenti. Pemuda itu melepas napas panjang, lalu berjalan dan dduduk di samping kakak keduanya yang masih menekuk wajah. "Kau sudah kembali." Yunru hanya mengangguk singkat. Lei menyarungkan pedangnya dan kembali bicara, "Ada apa?"

Emosi Yunru kembali tersulut. Napasnya memburu saat menjawab, "Ayah mengatakan jika aku tidak berguna," adunya membuat Lei menghela napas. Yunru membungkuk, mengambil beberapa kerikil lalu melemparnya. Lei bisa merasakan kemarahan Yunru saat ini.

"Kenapa beliau berkata seperti itu?" Lei memberanikan diri untuk bertanya. Dia membuang tatapannya jauh. "Misi kalian gagal."

Yunru mendengkus sebelum menjawab, "Bukan hanya itu, kakak pertama terkena panah beracun milik kelompok kita." Ia terkekeh samar, "Jangan berespresi seperti itu," katanya saat Lei membelalakkan mata.

Ia terdiam, membuang napas yang sedari tadi terasa menyesakkan dada. Kenapa ayahnya selalu menelan apa yang dikatakan Qiu Heng begitu saja? Rasanya bertambah menyakitkan karena ayahnya tidak memberi kesempatan pada Yunru untuk menjelaskan situasi sebenarnya. "Seharusnya kami bisa menang jika pemanah itu tidak datang membantu rombongan Kerajaan Lang itu," tukasnya, kesal.

Yunru menggertakkan gigi. Walau dalam hati dia memuji kemampuan pemanah misterius itu. Dalam situasi minim cahaya pemanah itu masih mampu mengenai targetnya dengan jitu. Yunru menekuk keningnya dalam, jika panah itu tidak mengenai lengan pria besar itu, mungkin kakak pertamanya sudah tewas saat ini. Kakaknya cukup beruntung karena anak panah itu tidak mengenai organ vitalnya.

"Pemanah?" beo Lei, memutus lamunan Yunru.

Yunru mengangguk. "Dia datang dan membasmi anggota kita dengan cepat," terangnya. Ia menjeda, menghela napas panjang. Tatapannya kembali menerawang. "Ah, aku baru ingat," ujarnya. Pria itu langsung mengbah posisi duduknya hingga berhadapan dengan Lei. "Aku bertarung dengan wanita aneh," terangnya. Lei menaikkan satu alisnya saat Yunru bergidik. "Wanita itu gila," kata Yunru. Dia menangkup wajahnya sendiri. "Wanita itu ingin menghancurkan wajahku."

TAMAT - Magnolia SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang