Prolog

26.3K 1.4K 106
                                    

Author playlist : Ma Ke

***

SUDAH DIBUKUKAN. READY STOCK : 110RB, HARGA DILUAR ONGKIR DARI BANDUNG. PM UNTUK YANG BERMINAT MENGOLEKSI VERSI CETAK. VERSI EBOOK SUDAH TERSEDIA DI GOOGLE PLAY/BOOK. LINK E-BOOK ADA DI PROFILE SAYA.

SEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS.

***

Happy reading!

***


Sinar purnama di depan pembaringan,

Embunkah yang membeku di pelataran?

Tengadah menatap rembulan purnama,

Tertunduk mengingat kampung halaman.¹

***

Jian Qiang tertegun, menatap langit di kejauhan. Di langit, awan hitam berkumpul, serta merta membuat sore menjadi segelap malam. Hujan sebentar lagi pasti akan turun. Qiang berdeham. Pandangannya beralih pada ladang yang diinjak. Pekerjaannya masih jauh dari kata selesai. Masih banyak tanah ladang yang harus dicangkul. Masih banyak benih yang harus ditanam. Namun, sepertinya alam tidak member Qiang banyak waktu untuk mengerjakannya karena tidak lama berselang hujan turun dengan deras.

Alih-alih berlari menuju pondok kecil yang ditinggalinya, Qiang malah berdiri. Kepalanya menengadah, kedua matanya terpejam erat. Dia tersenyum lembut, kedua tangannya dibuka lebar. Qiang membiarkan tetes-tetes air hujan membasahi wajah serta tubuhnya.


"Yulan!" panggilan itu terdengar dari kejauhan. Suara perempuan yang terdengar terus menerus, saling bersahutan.

Qiang menoleh. Yulan adalah nama samarannya. Tubuhnya merinding seketika saat melihat pemandangan yang sama sekali tidak diharapkannya. Qiang memasang ekspresi datar terbaiknya sembari mengumpulkan semua peralatan berkebun, berharap bisa melarikan diri dari lima orang gadis remaja yang tengah menatapnya dengan pandangan penuh pemujaan di sisi ladang milik kakek dan nenek angkatnya.

"Hei, apa yang kalian lakukan di sini?" bentakan itu menggema. Suara Nenek Wu menerobos deru suara hujan yang turun semakin deras. Wanita berumur tujuh puluh tahunan itu berjalan, sedikit terseok dengan payung di tangan kiri, sementara tangan kanannya memegang gagang payung miliknya.

Kelima gadis remaja yang melihat kedatangannya cemberut, tapi mereka bergeming, terlihat enggan beranjak. Mereka tidak bisa melawan Nenek Wu mengingat hubungan nenek tua itu dengan pria yang tengah mereka incar saat ini.

"Kenapa kalian terus menggoda cucuku?" suara Nenek Wu kembali bergema, terdengar sangat galak. Satu tangannya berkacak pinggang. "Kalian tidak tahu malu!" Dia kembali berteriak sementara Qiang berjalan cepat ke arahnya, bermaksud untuk menyelamatkan kelima gadis remaja itu dari amukan nenek angkatnya. "Cucuku memang sangat tampan, tapi bisakah kalian mengaguminya secara diam-diam?"

Nenek Wu mendengkus keras. Petir yang menyambar-nyambar seolah menjadi latar belakang kemarahannya. Dia menunjuk wajah kelima gadis itu secara bergantian. "Aku pasti akan mengadukan hal ini kepada orang tua kalian masing-masing," ancamnya. "Akan kupastikan ayah kalian tahu sikap putri kesayangannya."

"Laporkan saja," ujar salah satu gadis remaja itu membuat Nenek Wu dan Qiang yang kini berdiri di samping wanita tua itu terkejut. Gadis remaja itu menatap Qiang malu-malu. "Mungkin dengan cara itu ayahku akan memberikan restunya," sambungnya, suaranya sedikit rendah yang langsung ditanggapi protes dari keempat gadis lainnya.

"Yulan akan menjadi suamiku," ujar gadis bergaun merah muda. Dia melotot marah, terlihat tidak terima. Ketiga gadis lainnya pun menyahut, mereka berkukuh jika pria muda yang berdiri di samping Nenek Wu itu akan menjadi suaminya kelak.

TAMAT - Magnolia SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang