Bab 11

9.7K 1.1K 55
                                    

Author playlist : Three Inches of Heaven (Male Version)

***

Dilarang menjiplak, menyalin, mengklaim dan mempublikasikan cerita-cerita milik saya di tempat lain tanpa seizin dan sepengetahuan saya. Yang bandel saya kutuk ngejomblo seumur hidup! Thx!

Maaf untuk typo(s) yang nyempil di sana-sini.

Source pics : Pinterest

Enjoy!

***

Yao Wei tidak memperlihatkan ekspresi apa pun saat melihat sosok Er Wei di ujung lorong istana tengah berjalan ke arahnya dengan tergesa. Yao segera berhenti saat keduanya berpapasan dan Er dengan kurang ajarnya menarik kerahnya sembari melirik ke kanan dan ke kiri dengan raut wajah mencurigakan.

 Yao segera berhenti saat keduanya berpapasan dan Er dengan kurang ajarnya menarik kerahnya sembari melirik ke kanan dan ke kiri dengan raut wajah mencurigakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada apa denganmu?" Yao tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. Gerak-gerik adik kedelapannya terlalu mencurigakan padahal hari masih belum terlalu siang.

Er Wei menariknya ke dalam semak-semak. Ia meletakkan jari tangannya di depan mulut sebagai isyarat agar kakak kelimanya menutup mulut. Er Wei kembali menoleh lewat bahunya. Ia melap keringat di dahi dengan ujung lengan bajunya. "Jangan ribut! Bagaimana jika Chao Xing mendengar suaramu?" ujarnya setengah berbisik.

Satu alis Yao Wei ditarik ke atas saat mendengar nada takut yang terselip dalam suara adik kedelapannya itu. Ada yang tidak beres, pikirnya. Yao bahkan mengabaikan panggilan tidak sopan Er We pada Chao Xing karena menurutnya ada hal yang jauh lebih penting yang harus ia cari tahu.

"Kau bersembunyi dari Selir Chao?"

Anggukan kepala cepat Er Wei menjawab pertanyaan itu. "Apa yang dilakukannya?" tanya Yao saat adiknya menatapnya lekat. "Tidak mungkin seberuk itu, kan?" ia kembali bertanya. Namun Er Wei tidak mengatakan apa pun. Dari raut wajah adik kedelapannya saat ini, Yao bisa menebak jika sesuatu yang diinginkan oleh Chao Xing pasti sangat mengganggu Er Wei.

"Dia memintaku untuk bernyanyi."

Hening.

"Dia memintaku untuk bernyanyi," kata Er Wei untuk kedua kalinya. Ekspresinya memperlihatkan kekesalannya. Dia bahkan mendudukkan diri di atas rumput, semakin terganggu karena Yao tanpa hati tertawa keras setelahnya.

Er Wei langsung bergerak untuk membekap mulut Yao Wei hingga membuat kakak kelimanya itu terjengkang ke atas rumput. "Berisik!" desisnya sementara Yao hanya mengangguk sambil menutup mulut dengan kedua telapak tangannya.

"Kau bisa membayangkannya, kan?" ujar Er Wei gemeretak

Namun Yao yang mendengarnya terlihat tidak tersentuh, sebaliknya, sang pangeran kelima itu malah tertawa semakin menjadi. Dia berbaring di atas rumput sementara kedua tangannya memegang perutnya.

"Berhenti tertawa!" pekik Er Wei kesal bercampur gemas. Kakak kelimanya pasti sangat senang karena ia merasakan apa yang dirasakannya beberapa waktu yang lalu saat harus meminta bunga magnolia dari Pejabat Zhou.

TAMAT - Magnolia SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang