Dear Shinta Naomi

By ayamtelurgaby

133K 11.6K 1.3K

Dear Shinta Naomi . . . . . . . . . . . . . . . I love you - Jessica Veranda More

Bab 1 (Aku Datang Cinta)
BAB 2
Bab 3 (Tawuran Awal Kita Bertemu)
BAB 4 (Ketemu Lagi Kita)
BAB 5 (Tentang Mereka)
Bab 6 ( Ribut di kantin )
BAB 7 (Mereka berdua itu bikin aarrgghh)
BAB 8 (Ini kok sakit yah?)
BAB 9 (Bukan Orang Yang Seperti Itu)
BAB 10 (Kesepakatan Gencatan Senjata)
Bab 11 (Dan Kisah Itu Dimulai Dari Sini)
Bab 12 (Move On?)
Bab 13 ( Spesial Moment NaGa)
BAB 14 (Penasaran)
BAB 15 (Rona Merah di Pipi)
Bab 16 (Antara Beby,Shania dan Naomi)
BAB 17 (Sedikit Tentang Nenek)
BAB 18 (Sedikit Berubah)
Bab 19
BAB 20 (Spesial Moment BebNju)
Bab 21 (Theater JKT48)
Bab 22 ( Cabut Sekolah)
Bab 23 (Rencana Balas Dendam)
BAB 24 (Aku Khawatir Naomi !)
BAB 25 (Spesial Moment Jeje Daniel)
BAB 26 ( Munculnya Seseorang )
BAB 27 (Terlalu Rumit untuk Naomi)
BAB 28 ( Karma bagi Gre )
Bab 29 (Sakit)
Bab 30 (Hampir)
BAB 31 ( All About Family )
BAB 32 (Mencoba Mengulang Kenangan)
BAB 33 (UnderClass Hero)
Bab 34 (Spesial Melids)
BAB 35
BAB 36 (Dear Shinta Naomi)
BAB 37 ( I Think I Love You )
BAB 38 (Under The Rain)
BAB 39
Bab 40 (Menunggu)
BAB 41 (Masih Menunggu)
Bab 42 (Dan Masih Menunggu)
Bab 43 ( Mulai Lelah )
Bab 44 ( Special KinYon)
Bab 45 ( Terlupakan )
Bab 47 ( Kecewa )
BAB 48 ( Kebenaran )
BAB 49 ( Ada Yang Hilang )
BAB 50 ( Apa Lagi ini ? )
BAB 51 ( Perpisahan Yang Seharusnya)
BAB 52 ( Hanya Sahabat )
BAB 53 ( Good Bye )
BAB 54 ( Benar Mencintainya ? )
Bab 55 ( My Guardian Angel )
BAB 56 ( Terlambat Menyadari )
BAB 57
BAB 58 ( Masih Berharap )
Bab 59 (War)
BAB 60 ( Apa yang terjadi ? )
Bab 61 ( Its Over )
Bab 62 ( You're Late )
Bab 63 ( The Final )
Epilog
Intinya

BAB 46 ( Satu Hari )

1.3K 174 25
By ayamtelurgaby

Kinal POV

"kota tua ?"


Aku mengangukkan kepala mendenger perkataan Ve saat kami baru menapakan kaki di salah satu daerah kota Jakarta yang menjadi daya Tarik untuk berwisata diakhir pekan.


"kenapa kota tua ?" Tanya Ve

"menurutku,kota tua tempat yang asik aja buat didatangi. Kan lumayan liburan sambil belajar" kulihat Ve hanya tersenyum sedari tadi. Jika kuhitung mungkin senyumnya tak luntur sejak aku mengajaknya pergi mendadak tadi.

"ayo keliling" ajakku pada Ve. Ve menganguk semangat dan langsung mengapit lenganku dan ditariknya menuju Museum Fatahillah yang sepertinya begitu menarik perhatian Ve.


Didalam museum kulihat Ve tampak antusias memperhatikkan setiap benda-benda bersejarah, bahkan Ve terlihat sangat serius membaca setiap informasi mengenai benda-benda tersebut.


"kamu nyari apa Ve ?" tanyaku saat melihat Ve yang terlihat seperti mencari sesuatu di dalam tasnya.

"ponselku gak ada nal.." katanya yang sepertinya sangat panik saat melihat benda persegi itu tak ada di dalam tasnya.

"coba diingat dulu dimana ponselmu. Mungkin tinggal" Ve langsung terdiam dan mulai berfikir beberapa saat.

"ahhh iyaaa, aku baru inget ponselnya di atas tempat tidurku" aku terkekeh geli sendiri melihat ekspresi Ve yang kecewa. Apa lagi melihat dia yang mengembukkan pipi seperti itu terlihat sangat menggemaskan. Pantas Naomi cinta banget sama si Ve batinku dalam hati.

"kamu mau foto-foto ?" Ve mengangukkan kepala lemah.

"pake ponselku dulu, nanti aku kirimin semua hasil fotomu nanti. Gimana ?" penawaranku membuat senyum di wajah Ve kembali merekah, bahkan aku melihat sedikit semburat merah dipipinya membuatku harus mati-matian menahan diri untuk tidak mencubit pipinya yang over itu.


Aku mulai mengambil ponselku dari kantong celanaku dan mulai membuka aplikasi kamera. Ve mulai berpose di antara patung-patung prajurit dengan berbagai ekspresi membuatku tak tahan untuk tertawa.


"bagus gak hasilnya ?" tanya Ve saat aku meliat-lihat hasil jepretanku.

"ya bagus donk. Kinal gituuu" ujarku bangga


Ve hanya tertawa menanggapinya, dan mulai menarikku untuk lebih dekat dengannya.


"selfie yuk"


Aku menganggukkan kepala menerima permintaannya dan mulai membidik kamera kearah kami berdua.


Cekrek

Cekrek

Cekrek


"wihhh aku imut banget sihhh" kata Ve yang gemas sendiri melihat hasil fotonya.

"hahaha, siapa bilang ? kalau gak ada aku,mungkin hasil fotomu biasa ajaa kali"


Ve mendelik kesal kearahku, namun tak lama senyumnya kembali muncul.


"iya deh, aku mah apa atuh. Cuman figura aja di foto" aku tertawa cukup keras hingga membuat kami menjadi bahan tontonan orang-orang yang ada disekitar kami.


Setelah selesai berkeliling Museum. Aku mulai mengajak Ve bermain sebentar disekitaran Museum, mungkin dengan menyewa sepeda cukup menyenangkan. Apalagi dengan kondisi cuaca yang tak terik oleh sinar matahari, rasanya cuaca begitu sempurna jika bermain sepeda.


"ayok naik" ajakku pada Ve yang terlihat antusias saat aku datang membawa sepeda ontel dengan menyewa topi khas jaman Belanda untuk digunakan Ve.


Ve yang semangat mulai memakai topi dan langsung duduk dibelakangku menyusuri bangunan-bangunan lama namun tetap memiliki nilai sejarah yang kuat tentang bagaimana bangsa ini bisa merdeka dari penjajahan tempo dulu.


"disini enak, cuacanya juga lagi pas banget buat jalan-jalan." Aku mengangukkan kepala setuju dengan perkataa Ve tadi. Jika saja cuaca sedang terik, mungkin aku lebih memilih membawa Ve ke mall dari pada berkeliling dengan sepeda seperti ini.

"disini emang enak Ve, apa lagi makanannya. Beuhhh mantap deh, aku aja seneng banget kesini cuman buat berburu kuliner" kataku sambil mengayuh sepeda dengan tempo sedang.

"waaww, bisa donk kamu ajakkin aku wisata kuliner disini"

"ya bisa donk, asal perut kamu tuh karet dan muat buat nampung banyak makanan enak disini"

"iihh Kinal ! kamu pikir aku kayak kamu yang doyan makan" aku kembali tertawa saat melihat wajah cemberut Ve saat dirinya protes terhadapku.

"kalau kamu Ve, bukan perutnya aja yang melar tapi tuh pipi lama-lama turun kayak anjing buldong sangking banyak lemaknya" candaanku tadi berujung dengan cubitan maut yang diberikan Ve diperutku.


Selesai dengan sepeda, aku mengajak Ve sekedar berkeliling mencari beberapa jajanan ringan disekitaran Museum. Entah itu seperti es, gorengan atau kue-kue basah kami cobain satu-satu. Bahkan aku melihat pipi Ve yang membulat saat dirinya makan dengan semangat.


"hahahaha, itu pipi tolong dikondisikan kali Ve. Sampe besar gitu jadinya" kataku yang masih terkekeh geli melihat Ve.

"ishh Kinal nyebelin banget sih" kata Ve yang mendengus kesal kepadaku membuat tawaku tak mampu dibendung.

"tapi serius loh Ve. Tuh pipi kamu sampe melar gitu karena banyak makan."


Ve kembali mendengus kesal hingga membuatku menghentikkan tawaku karena tak tega melihatnya yang mulai kesal.


"yahh pundung. Maaf donk Ve"


Ve menatapku sekilas dan kembali membuang pandangannya dariku membuatku sebenarnya ingin tertawa kembali, tetapi melihat ekspresinya kali ini benar-benar serius membuatku menggaruk kepala sendiri melihatnya.


"gak asik ahh, masa digituin aja langsung ngambek. Dasar kang ngambek"

"siapa coba yang ngambek. Aku tuh tadi ngeliat ada permen kapas disanaa" elakknya yang masih kekeh membelakangiku.


Aku tersenyum kecil melihatnya salah tingkah. Padahal dia tahu bahwa abang yang jualan permen kapas ada disebelah kanannya, bukan disebelah kirinya.


"yaudah deh kalau ngambekkan. Kita pulang aja yuk" pancingku.


Satu..duaa..ti...


"engga ! aku gak mau pulang !" aku tersenyum penuh kemenangan saat dia berbalik badan hingga membuat jarak kami menjadi sangat dekat.


Aku dan Ve saling memandang satu sama lain dalam diam. Jujur aku mengatakkan bahwa Ve memiliki mata hitam pekat yang sangat indah, tapi sayang aku sama sekali tak tertarik untuk masuk lebih dalam karena mata favoritku masih milik Yona. Pipi Ve yang gembul yang selalu menjadi objek Naomi untuk bergesrek ria juga tak mampu mengalihkan perhatianku dari pipi Yona yang sebenarnya sangat lucu ketika dia sedang manyun.


Aku sedikit menjulurkan tangan kananku dan mulai merapikan sedikit poninya yang menutup sedikit area matanya.


"ginikan rapi" kataku setelah selesai dengan urusan poninya.


Ve masih terdiam memandangku, bahkan aku kembali melihat rona merah dipipinya yang sangat lucu.


"m-makasih" jawabnya sedikit salah tingkah. Aku tersenyum sendiri melihat sikap Ve yang sangat malu-malu hari ini.

"masih jam setengah 2 nih. Kita pergi lagi yuk" ajakku dan dibalas anggukan kepala oleh Ve.


Ve POV

Sedari tadi senyumku tak mau surut dari wajahku. Rasanya hari ini sangat membahagiakkan. Terutama saat aku melihat seseorang yang berjalan disampingku. Kinal.


Pipiku kembali menghangat saat mengingat perilaku Kinal saat merapikan poniku. Ahhh rasanya ingin diulang terus menerus saja.


Kali ini Kinal membawaku ke Monas. Salah satu tempat yang sangat wajib dikunjungi jika berada diJakarta. Monument yang menjadi simbol negara ini adalah salah satu tempat yang ingin ku kunjungi, dan aku sangat bersyukur bisa datang ketempat ini bersama dengan Kinal.


"MONAS!!" teriakku semangat ketika aku memasuki halaman monument itu.

"Ve, foto dulu nih" panggilan Kinal menyadarkanku untuk mengabadikkan moment ini.


Setelah selesai bagianku berfoto, aku menarik Kinal mendekat kearahku dan mengambil beberapa gambar selfi kami berdua untukku.


"masuk yuk" ajak Kinal saat aku masih asik mengamati beberapa foto kami berdua.


Kinal membawa mengantri memasuki satu lift yang katanya akan membawaku langsung ke puncak monas, yah meski harus bersabar karena padatnya antrian memasuki lift. Aku sangat bersyukur, setidaknya aku memiliki banyak waktu untuk sekedar ngobrol lebih dekat dengan Kinal.


Setibanya digiliran kami, kami langsung memasuki lift secara teratur bersama beberapa orang lainnya. Didalam lift kami hanya saling berdiam diri.


Hingga tibalah di puncak monas membuatku merasa kagum dengan pemandangan kota Jakarta dari ketinggian ini. Sangat indah.


"keren yahh" kagumku

"iya donk keren. Kinal gitu lohh"


Aku terkekeh geli mendengarnya, dia fikir aku memujinya. Tapi sebenarnya sih iya. Kinal sangat keren hari ini. Bahkan aku merasa sangat bangga berpergian sama dia.


Selama dipuncak monas kami saling bercanda satu sama lain. Bahkan aku dan Kinal sempat saling sikut-menyikut untuk menggunakan teropong yang memang disediakan disana untuk mengamati pemandangan kota Jakarta. Hingga hari mulai menjelang sore, Kinal mengajak aku pergi lagi.


"kita kemana ?" tanyaku di dalam mobil yang mulai melaju meninggalkan parkiran monas.

"pantai" jawabnya enteng

"pantai ?"

"iya Ve, kita ngeliat mentari senja disekitaran ancol sekalian dinner"


Pipiku memanas saat mendengar kata dinner. Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun ini aku pergi dinner bersama seseorang yang sangat berarti dihidupku. Kinal.


Selama diperjalanan entah mengapa aku mulai merasa sebuah perasaan yang tak enak. Seperti rasanya ada sesuatu yang terlewatkan. Mungkin jika ponselku yang tertinggal aku tak akan merasa cemas seperti ini, tapi ada sesuatu yang sanggat penting yang membuatku merasa perasaan seperti ini.


"Ve, kamu kenapa ?" Tanya Kinal yang sepertinya menangkap gelagat anehku.

"e-ngga papa kok nal" jawabku sekenanya.


Kinal menganguk dan kembali fokus pada jalanan yang sedang ramai karena hari libur. Sedangkan aku kembali melamun dan berfikir apa yang sebenarnya ku lupakan.


Sekitar 1 jam lebih dijalan, akhirnya kami sampai dipantai bertepatan dengan langit yang semakin senja. Kinal dan aku berjalan disekitar bibir pantai menikmati angin laut yang berhembus dengan sejuk. Kulihat disebelahku Kinal terlihat sangat menikmati waktu-waktu seperti ini. Bahkan dia memejamkan matanya dan merentangkan tangan untuk lebih merasakan angin yang sedang berhembus.


"makasih yah nal"


Kinal menghentikkan kegiatannya dan menatapku.


"buat ?"

"makasih udah mau ajak aku jalan hari ini. Aku senang" ucapku jujur. Jujur karena aku senang bisa menghabiskan waktu libur bersama Kinal satu harian ini. Aku berharap tidak hanya satu hari saja, tapi aku ingin hari-hari yang akan mendatang bahkan sampai hari tua, aku ingi bersamanya seperti ini.


Aku dan Kinal saling bersebelahan memandang kearah laut. Sama-sama memandang kearah matahari yang hampir menyelesaikkan tugasnya menerangi siang hari, memandang kearahnya yang mulai tegelam diufuk barat. Rasanya hari ini akan kuingat seumur hidupku. Memandang mentari senja bersama orang yang kucintai. Rasanya sangat menyenangkan.


"makan yuk, aku lapar" ajakkan Kinal membuatku mengangukkan kepala. Aku baru ingat kalau kami hanya memakan jajanan di kota tua tadi. Rasanya perutku mulai keroncongan saat Kinal mengucapkan kata makan.


Kinal mengajakku makan direstoran yang berada ditepi laut. Arsitektur restoran yang sangat sederhana namun tak meninggalkan kesan mewah ini membuatku sangat tertarik pada setiap sudut restoran ini, bahkan saat aku mendudukan diriku dikursi saja aku masih kurang puas memperhatikan setiap seluk beluk restoran ini.


"mau pesan apa Ve ?" Tanya Kinal sambil membolak-balikan buku menu

"samakan aja nal" aku kembali memperhatikan setiap sudut ruangan tanpa memperdulikan apa yang dipesan Kinal.

"suka sama tempatnya ?"


Aku mengangukkan kepala membenarkan pertanyaan Kinal. Aku sangat suka dengan tempatnya.


"ini tempat favoriteku sama Yona"


Perkataan Kinal tadi menghentikkan kegiatanku dan membuatku langsung menatapnya dengan tatapan kaget.


"kenapa ?" tanyanya

"g-gak papa kok"


Kinal tersenyum simpul dan mulai memainkan ponselnya. Perasaanku mulai terasa sanggat ganjal. Sepertinya ada sesuatu yang salah. Dan aku merasa, tidak seharusnya aku berada disini dan menghabiskan waktu bersama Kinal.


"permisi.." datangnya pesanan kami membuatku sadar dari lamunanku dan mulai menyantap makanan bersama Kinal.


Selama makan kami saling berdiam diri. Kinal masih sibuk dengan ponselnya dan aku masih sibuk dengan lamunanku.


Tak langsung lama. Aku dan Kinal selesai makan, kami beristirahat sejenak untuk menstabilkan tenaga kami yang terkuras habis karena jalan hari ini.


"pulang yuk. Udah hujan" ajak Kinal. Ajakan Kinal menyadarkanku yang masih melamun. Bahkan aku tak menyadari hujan datang dengan derasnya disertai angin yang awalnya pelan menjadi sangat kencang.


Selama diperjalanan hanya diisi keheningan seperti tadi. Bahkan Kinal tidak menyalakan radio untuk mengisi kekosongan. Aku sedikit merasa risih. Biasanya aku selalu mendengar suara radio, tapi kali ini tidak.


Author POV


"kamu kenapa sih Ve ? kayak ada yang dipikirin gitu" Tanya Kinal


Ve menghela nafas. mungkin ada baiknya jika Ve jujur sama Kinal.


"rasanya aku kayak ada yang kelupaan gitu nal, tapi aku gak tau" kata Ve dengan nada gusar

"ponselmu ? kan kamu bilang ponselmu ada dikamar. Jadi apa lagi yang kelupaan ?"


Ve kembali menghela nafas. perasaan gundahnya semakin menjadi kala melihat cuaca yang sangat tidak bersahabat, padahal saat dia pergi tadi cuaca sangat bagus.


"aku gak tau nal, tapi itu lebih dari kelupaan ponsel tadi"


Kinal mengangukkan kepala mengerti tentang maksud Ve.


"lebih bagus kamu lihat-lihat dulu foto yang tadi biar gak suntuk. Jalanannya lagi macet total, kemungkinan kita sampe larut malam" kata Kinal sambil memberikan ponselnya pada Ve.


Ve menerimanya dengan pasrah. Berharap dengan melihat foto-foto hari ini dapat menghilangkan suntuknya.


Kinal kembali menjalankan mobilnya dengan kecepatan lambat. Bukan lambat, tapi sekedar merayap karena jalanan yang sudah macet total.


Sesekali Ve tersenyum melihat foto-foto hari ini, bahkan pipinya sedikit memanas saat melihat foto dirinya dan Kinal yang sangat dekat. Ve terus menscroll foto-foto, hingga matanya terhenti pada foto Kinal dan sahabat-sahabatnya yang lain. Tapi mata Ve langsung mengunci pada seseorang yaitu Naomi.


DEG


"Naomi..." gumam Ve

"oh iya Ve, kamu gimana sama Naomi ?" pertanyaan Kinal membuat Ve bungkam. Pikirannya mulai memutar saat Naomi memintanya untuk menemui dirinya di taman kota dijam 10 pagi.


Astaga Naomi !! jerit Ve dalam hatinya


Ve langsung melihat jam yang ada diponsel Kinal. Sudah pukul 9.30 malam.


"Ve..." panggil Kinal saat melihat reaksi Ve yang gusar.

"kamu kenapa hei ?"


Nafas Ve mulai bergemuruh. Perasaan sesal menghantui perasaanya. Dia merasa sangat jahat mengabaikkan Naomi yang menantinya ditaman sejak pagi. Tak terasa air matanya mulai turun dengan sendirinya. Air mata penyesalan lebih tepatnya.


"kok nangis sih Ve ? ada apa sih ?"Tanya Kinal semakin panik melihat Ve yang menangis

"n-nal..." panggil Ve dengan suara bergetar.

"b-bawa aku ke taman kota" pinta Ve dengan air mata yang masih menetes.


Kinal menatap bingung sama Ve yang sangat memohon didepannya.


"kamu kenapa sih Ve ? ketaman kota dengan cuaca kayak gini ? lihat kedepan Ve. Jalanan lagi macet total sekarang"


Ve mengedarkan pandangannya ke depan. Dan memang kata Kinal. Jalanan sedang macet total. Bahkan mereka berada ditengah-tengah dan tak bisa mutar ke kanan atau ke kiri sama sekali.


Maaf Naomi.. maaf.. batin Ve sambil mengusap air matanya yang masih mengalir.



****

Continue Reading

You'll Also Like

75.8K 6.8K 32
Mencintai itu hal yang sangat menyenangkan! Akan lebih menyenangkan lagi jika orang yang kau cintai juga mencintaimu! Cover photo from: Instagram Jcv...
1.3K 149 8
"tolong lu sadar dong, gua bahkan lebih baik dari dia!" ⚠️ Warning ⚠️ GxG area!!! Start :20 - 07 - 2022 End :
8.6K 955 59
Author: MyLittleBrother Yuan lahir dengan penyakit yang tidak dapat disembuhkan yang membuatnya buta pada usia muda dan lumpuh beberapa tahun kemudia...
125K 9.9K 87
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...