SO PRECIOUS (PART COMPLETE)

Από nonameformacity

8.6K 1.3K 1.1K

Cinta itu sebenarnya identik dengan kata 'EGOIS. Sama seperti kamu. ~Veily Seirania ----- Karena egoku yang t... Περισσότερα

Prologue
(1) Tentang Dia Yang Tak Ku Kenal
(2) Tentang Dia Yang Tak Ku Kenal <II>
(3) Realita
(4) Realita <II>
(5) Mencoba Melupakan
(6) Luka
(7) Perasaan Iba
(8) Semangat Baru
(9) Gejolak Hati
(10) Tanda Tanya
(12) Ketika Hati Tak Berdaya
(13) Bertahan
(14) Gundah
(15) Apa Tindakanku Benar?
(16) Apa Yang Harus Ku Lakukan?
(17) Permintaan Pertama dan Terakhir
(18) Bersamamu
(19) Seperti Mimpi
(20) Haruskah?
(21) Kebohongan Yang Terungkap
(22) Kebohongan Yang Terungkap <II>
(23) Alasan Sesungguhnya
(24) Mauku Apa Sih?
(25) Kamu Mencintaiku, Atau Tidak?
(26) Ketetapan Hati
(27) Penyesalan
(28) Jadilah Milikku!
(29) Rayhan POV~ (Bagaimana Cintaku Bermula Lalu Ku Akhiri)
(30) Sisi lain dari Rayhan
(31) Surprise?
(32) Surprise? <II>
(33) Keraguan
(34) Belenggu
(35) Aku Harus Sembuh
(36) Restu Papa
(37) Restu Papa <II>
(38) Keputusan
(39) Frustasi
(40) Aku Harus Pergi
(41) Accident
(42) Kamu Telah Pergi
(43) Memulai Hidup Baru
(44) Hal Tak Terduga
(45) Benci (Benar-benar Cinta)
(46) Benci (BBC II) <END>
(+++)

(11) Perubahan

156 31 25
Από nonameformacity

Hujan masih saja belum reda. Aku, Rayhan dan mahasiswa lain yang berteduh disini, telah menunggu selama hampir tiga puluh menit. Namun tak ada tanda-tanda hujan akan berhenti.

"Kamu kenapa belum pergi, Vei. Sudah hampir telat loh," ujar Rayhan yang sedari tadi bermaksud untuk mengusirku.

Aku memang sengaja tak mau masuk ke kampus sebelum Rayhan menerima ajakanku untuk pergi bersamaku dengan payung yang ku bawa.

Baru kali ini aku melihat Rayhan merasa gugup saat berada di dekatku. Dia terlihat salah tingkah karena aku terus saja menggoda dan menjahilinya sepanjang waktu. Mungkin dia risih, tapi aku tak peduli, aku malah semakin bersemangat untuk mengganggunya.

"Kan saya nunggu Bapak. Kalau Bapak tetap menolak ajakan saya, yasudah. Saya tidak memaksa kok," balasku santai, seraya mengangkat bahu berlagak acuh.

Lamat-lamat, Rayhan pun mulai mengerti dengan sikap menjengkelkan yang ku perbuat padanya. Karena saat di rumah sakit aku mengatakan bahwa diriku akan terus mengganggunya sepanjang waktu.

Rayhan lalu mendengus kesal, "Kamu keras kepala banget sih, Vei."

"Kan saya sudah bilang sama Bapak. Kalau saya akan membuat Bapak tidak bisa melupakan saya. Jadi siap-siap saja Pak Rayhan akan melihat saya setiap hari disekeliling Bapak," kataku memperjelas, dengan meriasi senyuman jahil di bibirku yang membuat Rayhan terlihat semakin kesal.

"Hufttt. Terserah kamu deh."

Rayhan tetap tak mau mengalah dan teguh pada pendiriannya untuk tak mengiyakan ajakanku. Meski rasanya kakiku sudah pegal karena berdiri menunggunya, aku tetap bersikeras dan juga tak mau kalah darinya.

Tapi ini agak sedikit aneh, kenapa dia nggak terobos saja hujannya kalau memang tak mau berlama-lama disini denganku? Masak iya takut hujan? Takut basah kuyup gitu? Bisa kan neduh di tempat lain? Aneh. Apa dia mengkhawatirkan sesuatu? Atau memang dia nggak mau jauh-jauh dariku? Hihi. Terserahlah... Yang penting misiku bisa berhasil. Haha. Pikirku cengengesan sendiri.

"Hai, Vei," sapa seseorang mengejutkanku.

"Raka? Ngapain loh disini?" tanyaku spontan.

"Nah lo sendiri, ngapain disini?" ujarnya malah balik bertanya, membuatku gugup seketika karena takut-takut Raka tahu kalau aku tengah mengikuti Rayhan.

Bukan takut bagaimana, hanya saja aku tak ingin dia banyak bertanya dan mewawancaraiku yang aneh-aneh saat tiba dikelas nanti.

"Gu-gue nunggu ujan reda lah," jawabku asal.

"Itu payung di tangan loh buat apa?" tunjuknya dengan dagu.

Kepergok. Kini aku tengah ketahuan berbohong. Aku bisa apa?

Ah Raka, merusak suasana saja. Padahal situasi saat ini sudah tercipta sangat pas untukku berdua saja dengan Rayhan. Ya meskipun tak sepenuhnya berdua. Tapi sudah cukup untukku mengganggu dan menggodanya.

Tapi sekarang tak bisa lagi karena ada Raka disini.

Hiii sebelll. Ck.

"Haaahhh." Aku pun mendesah berat, lalu menatap Raka kesal dan berkata, "Iya gue bawa payung. Terus kenapa? Gue nggak mau masuk kelas. Males."

Mendengar perkataan jutek seperti itu dariku, Raka malah tersenyum jahil.

"Pasti malesnya karena nggak ada gue kan?" goda Raka seraya mencolek daguku genit.

"Ihh apaan sih, Ka," cercaku menepis tangannya, dengan reflek aku pun memundurkan kepalaku kebelakang.

"Masih jutek aja sih Vei sama gue? Untung cantik, lo," gumamnya kemudian. Tapi aku tak menggubrisnya.

"Kalau lo nggak mau bawa payungnya. Sini buat gue aja," sambungnya lagi sembari mengambil payung yang ada pada genggamanku.

"Eh, enak aja." Belum sempat aku menolak, Raka sudah terlebih dulu merebutnya dari tanganku.

"Ihh. Rakaaa. Balikin nggak!" pekikku sedikit kesal.

"Enggak. Elo harus ke kelas bareng gue sekarang juga!" ajaknya paksa kemudian membuka payung panda milikku.

Bukan nada paksa seperti orang yang mempunyai niat jahat, dia hanya geram saja melihat tingkahku yang selalu jutek padanya. Dia tak pernah benar-benar marah ataupun berbuat yang aneh-aneh padaku.

"Ayo!" ajaknya lagi.

Aku menggeleng keras, namun Raka tetap menarik tanganku dan hendak membawaku keluar bersamanya.

"Nggak mau Ka. Gue bisa kesana sendiri. Lo bawa aja deh payungnya." tolakku, kemudian melepaskan genggaman tangannya secara paksa.

"Berisik. Bisa diam tidak?" protes seseorang yang berdiri di samping kiriku. Aku dan Raka pun menoleh bersamaan ke arahnya.

"Pak Rayhan? Sejak kapan Bapak ada disini?" tanya Raka mengerutkan keningnya. Dia memang tak menyadari kehadiran Rayhan sedari tadi.

"Raka. Siniin payungnya!" tukas Rayhan tegas. Raka pun segera memberikan payungnya tanpa protes.

Aku dan Raka terdiam karena sedikit takut dengan raut wajah Rayhan yang tengah serius.

"Sekarang kamu mundur tiga langkah ke belakang!" Aku dan Raka pun pasrah mengikuti perintahnya.

Namun melihatku yang juga hendak melangkahkan kaki ke belakang, Rayhan menyanggah ucapannya, "Tidak-tidak. Raka saja. Veily tetap diam disini!"

Aku pun membatalkan kerja kakiku. Raka menoleh sejenak ke arahku, lalu tetap mengikuti perintah Rayhan dengan berat hati.

"Raka. Kasar sama wanita itu tidak baik. Kalau orang yang kamu ajak tidak mau, jangan di paksa. Mengerti?" tuturnya tegas pada Raka yang sudah berada dalam jarak aman dariku.

"Baik Pak. Saya minta maaf," sesalnya terpaksa.

Aku pun menoleh ke belakang kemudian menjulurkan lidahku dan tersenyum jahil mengejek Raka. Raka yang melihatnya pun hanya bisa menggerutu kesal dalam hatinya.

"Sekarang kita pergi, Vei!"

"Hmm? Saya Pak?" reflekku bertanya sembari mengangkat kedua alisku terheran.

"Lalu siapa lagi?" cicitnya dengan wajah datar.

Meski begitu aku jadi tersenyum senang mendengar ajakannya. Aku pun segera beranjak ke samping Rayhan lalu melaju bersamanya.

"Loh, loh, Pak. Saya kok di tinggal?" ujar Raka protes dari dalam halte.

"Payung ini hanya cukup untuk dua orang saja," timpal Rayhan sedikit berteriak, kemudian kembali melanjutkan langkahnya bersamaku melewati hujan yang melintasi payung di atas kami.

Lagi-lagi aku menoleh ke arah belakang, tersenyum jahil mengejek Raka untuk yang kesekian kalinya.

"Dasar dosen k*mvr*t. Malah dia yang bareng sama Veily," umpatnya samar-samar.

"Huuu. Dasar modus lo Pak," pekiknya dari kejauhan--ketika jarakku dan Rayhan telah jauh dari halte.

Akhirnya aku dan Rayhan pun berjalan berdua dalam satu payung. Dia dengan gagahnya memayungi dan melindungiku dari hujan bersama tatapannya yang tajam namun sayu itu.

Aku hanya bisa senyum-senyum sendiri seraya memandangi wajah tampannya dari dekat dan membayangkan betapa kerennya dia saat menolongku dari gangguan Raka tadi.

"Lihat kedepan, Vei! Kamu bisa jatuh kalau liatin mukaku terus!" perintahnya sedikit memaksa--matanya masih fokus menatap jalan lurus di depan.

"Suruh siapa Pak Ray ganteng? Saya jadi liatin Pak Ray terus kan?" sergahku membela diri.

Aku lalu melipat kedua tanganku sembari mengerucutkan bibir. Terpaksa aku mengalihkan pandanganku kedepan mengikuti arahannya.

Rayhan terpaksa menghentikan langkahnya sejenak lalu menoleh ke arahku. Dia mengangkat sebelah alisnya heran melihat sikapku. Kemudian bertanya-tanya dengan nada protes, "Lah? Kenapa jadi kamu yang ngambek? Kan, aku yang dibuat risih."

"Pfftt." Aku menahan tawa melihat ekspresinya, lalu menyergah, "Iya-iya maaf deh, Pak."

Kemudian ada sesuatu terlintas di pikiranku, aku pun dengan jahilnya bermaksud mengubah ucapanku dan menggodanya lagi, "Eh, maksut saya 'Mas."

Aku mendongak, memutar bola mataku dan melirik sedikit ke arahnya. Rayhan melongo dan bersiap untuk melotot dengan alisnya yang terpaut kemudian hendak menolak panggilanku tadi. Tapi sebelum dia menolaknya aku mencari cara agar dia tidak jadi marah padaku.

"Boleh kan Pak, saya manggil Bapak dengan sebutan 'Mas? Pak Ray kan masih muda, ganteng, nggak pantes di panggil Bapak, apalagi kalau diluar kampus. Supaya kita lebih akrab gitu Pak," cerocosku panjang lebar, membuat Rayhan menghembuskan napasnya berat.

Melihat tanggapannya aku pun melanjutkan penjelasanku untuk mencari alasan agar dia memperbolehkanku memanggilnya dengan sebutan itu. Aku mencegatnya berbicara agar tak mengabaikan permintaanku.

"Saya mang-"

"Boleh. Asal sekarang kamu diam," potongnya cepat sebelum aku melanjutkan perkataanku.

Dia mendesah pasrah, tak ingin lagi mendengar ocehanku yang membuatnya pusing. Karena dia tahu, mau bagaimana pun dia berusaha menolak, aku pasti akan mengganggunya sampai keinginanku ia kabulkan. Aku pun menyimpul senyuman lebar setelah mendengar ijin darinya.

"Dasar keras kepala," gumam Rayhan sembari menepuk jidatnya pelan karena kelakuanku yang seenaknya terhadapnya.

Aku hanya senyum-senyum sendiri melihat tingkahnya yang sangat lucu karena godaanku. Lalu dengan kaku aku berkata, "Terima kasih, Mas- Rayhan."

Ada jeda di setiap kata yang kuucapkan, karena belum terbiasa dengan panggilan itu. Dan karena panggilan itu pula aku jadi teringat akan sesuatu. Hatiku tiba-tiba merasa tersentil dan senyuman yang ku kembangkan sedari tadi seketika memudar.

"Oh iya, Mas. Selamat ya atas pertunangannya," ucapku sedikit menunduk. Entah mengapa kalimat menyakitkan itu tetiba terlontar dari mulutku begitu saja.

Rayhan memperhatikanku kemudian tersenyum dan menepuk kepalaku pelan.

"Emm,"--ia mengangguk-- "Terima kasih, karena kamu tidak menangis," ucapnya pelan dan lembut.

Sementara aku tak menjawab, hanya mendongakkan kepala dan memperhatikan senyum khas dari bibir tipisnya.

Sepertinya dia senang sekali karena sudah bertunangan. Pikirku dalam hati, kemudian kembali menundukkan kepala menatap jalanan berair dan melanjutkan langkah kami. Aku tidak mau menangis lagi, aku akan mencoba menahannya sebisa mungkin.

***

Kini aku tengah berada di dalam kelas setelah mengantar Rayhan ke kantornya. Aku tidak telat, karena kelas masih sepi. Hanya beberapa mahasiswa saja yang ada di ruangan ini bersamaku.

Karena tidak ada kerjaan, aku kemudian membuka ponselku dan ternyata terlihat ada beberapa pemberitahuan dari grup Whatsapp kelas ini. Dan,

"Doorrr." Selly datang mengagetkanku.

"Ck, Selly, apaan sih?" decakku kesal.

"Eh Vei, tau gosip terbaru nggak?"

"Nggak," jawabku ketus.

"Buset, pagi-pagi udah jutek aja ini anak orang."

"Nah kamu, ngapain pagi-pagi udah ngegosipin orang?" balasku menyindir, acuh.

"Yaudah nggak jadi, padahal kan ini tentang dosen ganteng itu," ucap Selly cemberut, kemudian memalingkan wajahnya.

Karena mendengar kata dosen ganteng, aku jadi penasaran, pasti yang sedang digosipkan itu Rayhan. Aku pun segera membujuk Selly agar dia cepat bercerita padaku.

"Benarkah? Siapa? Pak Rayhan?" tanyaku penasaran.

"Nggak tau," balasnya singkat. Pasti ngambek.

"Ihh maaf Sell, jangan ngambek dooong! Cerita yaaah!

"yah, yah, yah, please!!!" pintaku merengek, memohon sembari menggoyang-goyangkan tubuh Selly pelan.

Selly melirik ke arah mataku yang tengah berbinar-binar, membuatnya tak tega melihat ekspresi wajahku yang memelas. Selly pun mendesah pasrah.

"Udah lihat WA belum?" tanyanya singkat.

Aku menggeleng, "Kan tadi ketunda gara-gara kamu ngagetin aku."

"Beneran? Maaf deh kalau gitu," ujarnya masih datar.

"Lagian aku males bacanya, Sell. Lebih seru kalau kamu yang ceritain. Buruan ceritain, yah, please!!" pintaku merajuk. Mengeluarkan jurus andalan dengan cara tersenyum polos dan memohon padanya semelas mungkin.

"Oke baiklah, karena kamu maksa."

"Yeeiiiiyyy, akhirnyaaa." ucapku sembari menguyel-uyel pipi Selly gemas.

"Hari ini itu...."

"Emm?? Apa??" tanyaku antusias, dengan mata berbinar karena semakin penasaran.

"Hari ini itu dosennya nggak masuk, jadi jam pertama kita kosong."

doeng

Kukira tentang Rayhan...

"Hah? Jadi cuma itu gosipnya? Itu mah bukan gosip, Sell." Aku melongo.

"Memang bukan, itu cuma pemberitahuan. Belum juga selesai ngomong. Mau di lanjutin enggak?" tawarnya sok jual mahal.

"Oh, oke oke, sorry. Hehe," timpalku cengengesan.

"Kalau soal gosip, itu mengenai batalnya acara pertunangan Pak Rayhan."

"Whatt??? Batal??? Kenapa???" reflekku bertanya dengan bola mataku yang terbelabak sempurna. Mulutku pun mengangah. Aku tak menyangka kalau gosip yang akan ku dengar adalah berita batalnya pertunangan Rayhan dengan Karin.

Seketika aku langsung menghujani Selly dengan pertanyaan yang saat ini mengawang dalam pikiranku.

Aku ingin menggali lebih dalam mengenai informasi yang Selly ketahui tentang gosip hangat yang tengah beredar saat ini. Terlebih lagi, gosip itu membicarakan tentang Rayhan. Dia memang dosen baru yang sangat populer di kalangan para mahasiswi kampus ini karena ketampanannya. Tak heran bila ada kabar baik atau buruk Rayhan yang menyebar luas di tempat ini.




Bersambung.....

Tinggalkan VoMent seikhlasnya ya reader :) Sankyuuu.....

Coba tebak, kenapa bisa batal?

Kalau ga mau jawab, yaudahlah cusss ke part berikutnya 😆

Συνέχεια Ανάγνωσης

Θα σας αρέσει επίσης

1.1M 55.3K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
Love Hate Από C I C I

Ρομαντική

2.3M 167K 32
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
5.7M 301K 57
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...