MY WILD HUSBAND | END

By dabest2

1.7M 68.2K 1.7K

(18+) FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA Ryan Addison. Tuan muda yang selalu dipuja oleh banyak wanita karena kesemp... More

haii !!
02 - Ah, There She Is
03 - Her
04 - Obsession
05 - Carbonara
06 - Love and Fridges
07 - Proposal
08 - (Sad)Thursday
09 - Night
10 - First day
11 - Mistake
12 - Party and you
13 - Beetween
14 - Too much
15 - Ryan
16 - You're my Wife !
17 - Tears
18 - Fault between us
Random Talk !
19 - I'm pregnant
20 - Lost
21 - She gone
22 - Depression
23 - William
24 - Breath
25 - Valerie
26 - Please, come back
27 - I found her
28 - Sorry
29 - Down
30 - Flashback
31 - Chance
32 - I love you but i'm letting go
33 - Without you
Ryan's letter
34 - Worst feelings
35 - Sorrow
36 - Oh God!
37 - She's my life
38 - Future
Atha's notes!
39 - Avocado, Honey?
40 - Everything's reborn
• I K L A N •
MY WILD HUSBAND - END
seputar My Wild Husband
bye-bye

01 - Hey, You-!

90.8K 3.3K 103
By dabest2

Hey.o balik lagi bersama Atha di another story :) seneng banget bisa update lagi dan ketemu sama kalian semua setelah sekian lama. Terimakasih untuk dukungan kalian yang bikin aku selalu punya semangat buat update :') ILY !

Enjoy 💞

*

Ryan Addison menepuk-nepuk jaket kulit hitam yang baru saja dibelinya seharga satu rumah mewah di kawasan Manhattan itu dengan kesal.

Ia baru saja melepas jaket kulitnya tadi sambil melangkah masuk ke dalam cafe. Semua berjalan baik-baik saja hingga tiba-tiba seorang wanita muda tidak sengaja menumpahkan minuman yang ada di tangannya ke atas jaket mahalnya itu karena tersandung sepatunya sendiri. Benar-benar ceroboh ! Dan lihat, wanita itu jadi sibuk mencari sesuatu di dalam tasnya.

"Maafkan aku." ucapnya untuk yang kesekian kali. Tangan lembutnya mulai menepuk-nepuk bagian yang terkena coklat panasnya itu dengan sangat hati-hati, membuat Ryan berdecih sebal melihatnya "Aku baru saja membeli jaket ini, tapi sekarang kau merusaknya." meski begitu, tetap saja mata nakalnya berhasil menangkap siluet belahan dada yang cukup berisi dari wanita di hadapannya.

"Aku akan menggantinya jika benar-benar rusak." ucap wanita itu tanpa mengalihkan pandangannya.

"Menggantinya ? Kau tahu harga satu jaket ini ?" suara dengusan mengejek keluar setelahnya "Gaji seumur hidupmu bahkan tidak akan mampu mengganti barang mahal ini." mendengar ejekan itu, wanita muda ini seperti mengatupkan rahangnya menahan marah. Ia sudah minta maaf, berniat baik menggantinya, lalu sekarang malah direndahkan. Pria biadab, batinnya tidak suka.

"Lalu apa yang bisa kulakukan untuk menggantinya ?" Ryan terdiam kemudian menggulir matanya dari atas hingga bawah, memandangi wanita ceroboh di hadapannya yang menurutnya lumayan cantik. Dengan rambut pirang berkilau, potongan alis rapi yang berdempetan dengan kelopak matanya yang sesegar bunga pagi juga iris matanya yang menggoda bak lelehan coklat. Lekukan hidungnya juga lancip tanpa noda. Bibir padatnya yang berwarna merah muda itu pun juga tak luput dari pandangannya. Dan jangan lupakan
siluet bra hitam dibalik kemeja putih berbahan sifon yang masih saja tertangkap iris mata kelabunya dan berhasil membuatnya ingin menyusupkan tangan ke dalam sana.

Melihat mata indah wanita itu yang terus menunggunya berbicara, disengajakan oleh Ryan yang masih ingin dipandangi lurus-lurus seperti itu.

"Tidak ada ? Maaf, tapi aku masih ada rapat setelah ini."

"Apa kau tidak bisa bersabar ? Tidak lihat aku sedang berpikir ?" Ryan tersenyum puas dalam hatinya melihat wajah putih itu mulai memerah di kedua pipinya. Baru saja ia hendak membuka mulutnya kembali, wanita itu mengeluarkan dompet hitam polosnya lalu memberikan tiga lembar seratus dollar pada Ryan yang langsung mengangkat kedua alisnya tidak percaya.

"Ambil saja itu. Maaf, tapi aku masih banyak urusan." wanita itu mengambil seluruh bawaannya yang tadi ia letakkan "Maaf atas kecerobohanku." ia mengangguk sopan lalu melangkahkan kakinya pergi dari situ terburu-buru.

"Hei !" dengan cepat, Ryan mengejar wanita itu. Tapi sayang, kerumunan orang yang sedang menyeberangi jalan utama seakan menelan wanita itu yang tidak lagi terlihat pada pandangannya. Ia mendesis kesal "Sial !"

Padahal aku belum menyentuh dadanya yang berisi itu. Payah.

Seorang pelayan menghampirinya dan memberikan ia segelas kopi yang sudah dipesan "Ada yang bisa kubantu Tuan ?" ya, kejadian tadi berhasil membuat mood baiknya jadi rusak berantakan "Tidak ada." ucapnya singkat lalu berlalu pergi. Menaiki motor Triumph kesayangannya dan membelah padatnya hiruk-pikuk New York dengan suara motornya yang menderu.

*

"Selamat pagi Nona."

Valerie Aldercy. Seorang CEO wanita modern yang cukup terkenal di kalangannya itu mengembangkan senyum datarnya menanggapi sapaan yang ditujukan padanya sambil tetap berlalu menuju ruangannya.

Beberapa karyawan yang kebetulan sedang berjalan keluar dari kubikelnya langsung mengangguk sopan melihat wanita itu berjalan melewati mereka dengan segala pesona dan wibawa yang dimilikinya.

Valerie membuka kenop pintu di hadapannya lalu menaruh seluruh bawaannya ke atas meja. Tubuhnya ia jatuhkan pada sebuah sofa putih yang tidak berada jauh dari situ. Helaan napas beratnya terdengar samar-samar di ruangan yang cukup besar ini membuat pikirannya kembali melayang pada kejadian tadi saat ia dengan ceroboh tersandung oleh sepatunya sendiri dan menumpahkan minuman panas nya ke atas jaket seorang pria. Pria tampan nan sombong seakan seluruh dunia memuja wajah dengan pahatan sempurna yang diciptakan oleh semesta itu.

Bibirnya berdecih pelan "Bisa-bisanya dia bicara seperti itu padaku. Dasar pria sombong." umpatnya lalu menggelengkan kepalanya kesal begitu mengingat kembali kecerobohan yang ia lakukan "Harusnya aku tidak terlalu banyak minum semalam. Bodoh sekali."

Sejenak terdiam dan merutuki kecerobahannya sekali lagi sebelum akhirnya kembali berdiri dan berjalan menuju meja kerjanya untuk mulai mengerjakan seluruh pekerjaannya yang menumpuk sejak beberapa hari lalu.

Jauh dari situ, seorang pria yang baru saja tiba di apartment seorang wanita, langsung disambut hangat dengan sebuah kecupan yang langsung dibalasnya liar. Sebelah tangannya merengkuh kepala wanita itu dan sedikit mendorongnya ke dinding agar ia semakin leluasa mengecap bibir wanita yang kini melingkarkan kedua tangannya di leher.

Ciuman panas itu berlangsung selama beberapa saat dan harus terhenti begitu suara oven yang berdenting terdengar nyaring di seluruh ruangan. Wanita itu melepas pagutan bibirnya lalu tersenyum nakal "Aku harus mengeluarkan kuenya dulu sayang. Kau bisa tunggu di sofa." Ryan tersenyum miring lalu berjalan menuju sofa setelah dengan jahil memukul bokong berisi wanita ke- ke berapa dalam hidupnya ?

Ia menghela napas kasar lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dengan gusar. Gusar ? Sejak kapan ada rasa itu dalam dadanya ? Yang ada justru ratusan wanita yang gusar karena takut kehilangan dirinya hingga terus berusaha untuk mencumbunya dengan cara-cara berbeda yang semakin membangkitkan letupan-letupan gairahnya yang sudah berlebihan.

Wanita berambut coklat bernama Cassie itu berjalan keluar dari dapur sambil membawa sepiring caramel cookies yang baru dibuatnya lalu meletakkannya di atas meja dan menghempaskan tubuhnya kembali dalam pelukan Ryan yang sudah memandanginya dengan tatapan menggoda. Bibir lembutnya segera mengecup bibir Ryan lembut "Maaf membuatmu menunggu sayang." tanpa aba-aba, Ryan membalas kecupan itu dengan ciuman panasnya yang liar dan membara, seakan tidak diijinkan lawan mainnya itu untuk bergerak dan bernapas. Cassie membalasnya dengan sangat menggoda. Suara lenguhannya tiba-tiba terdengar saat puncak dadanya yang mengeras dikulum buas oleh Ryan yang entah bagaimana berhasil melepas bra putih berenda yang digunakannya.

Permainan itu berlangsung cukup lama hingga sebuah kecupan pada wajah Cassie mengakhiri semuanya. Dengan napas yang terengah-engah, dan wajah memerah, Cassie melingkarkan tangannya pada tubuh Ryan lalu memeluknya erat. Pria itu dingin, cenderung kaku, tapi ia menyukainya.

"Aku kira kau sibuk Ryan." nada manjanya entah kenapa tidak terdengar begitu menarik pada telinga Ryan yang biasanya langsung impulsif mencumbu Cassie saat ia mulai bermanja-manja dengannya. Ia menggeleng tipis "Tidak ada pekerjaan yang harus aku lakukan. Semua sudah diurus sekretarisku." Cassie tersenyum mendengarnya "Lalu kau bisa menemaniku belanja ?"

"Tentu. Kau mau ?" wanita itu mengangguk senang lalu berlari ke kamarnya untuk bersiap. Ya, begitulah sikap seorang playboy ulung yang seketika membuat banyak wanita jatuh cinta pada dirinya. Royal, royal, dan royal. Membawahi perusahaan besar yang bergerak di bidang pembangunan kota yang menunjukkan berbagai kemewahan di setiap sisi kota New York dan menjabat status sebagai seorang CEO, membuat namanya makin melalang buana di kalangan para wanita. Semua memuja kesempurnaan yang ada pada dirinya.

Tampan dan kaya, dua hal yang sangat cukup menjadi syarat seorang wanita modern memilih dirinya menjadi kekasih mereka.

*

Ryan kembali mengeluarkan ponselnya sembari menunggu Cassie yang sibuk memilih bermacam-macam tas yang ia sukai. Ia berdecak pelan begitu membaca pesan yang disampaikan melalui ponselnya itu.

Dia tidak mendapatkan informasinya ? Ini aneh sekali.

Ryan kembali mengangkat wajahnya dan berpikir. Baiklah, ia akui dirinya memang sedang resah sejak tadi karena memikirkan wanita ceroboh yang sudah menabraknya di cafe. Ia pikir dengan berciuman dengan Cassie dan mencumbunya seperti biasa, bisa menghilangkan setidaknya sedikit saja keresahannya. Tapi ternyata ia salah, semua ini diluar dugaannya. Pikiran liarnya yang terbiasa mencari wanita baru dalam waktu singkat langsung terarah pada wanita bermata indah itu. Untung saja otak cerdasnya masih mengingat wajah juga aroma manis tubuh ramping itu dalam ingatan.

Dan sekelebat aroma manis yang terbayang itu tiba-tiba memeluk indra penciumannya, membuat gejolak panas yang ada dalam tubuhnya seakan mulai membara membayangkan bagaimana rasanya bisa menghirup aroma manis itu lagi dari leher jenjangnya yang mulus. Atau bagaimana rasanya gundukan ranum wanita itu yang berhasil mengalihkan fokusnya. Ah, membayangkannya saja sudah bisa membuatnya gila. Dan bagian bawah tubuhnya seakan minta pelampiasan atas pikiran liarnya itu.

"Pakai saja kartu kredit yang aku berikan padamu. Aku harus pergi." Cassie mengangguk senang dan melambaikan tangannya pada Ryan yang langsung tergesa-gesa berlari keluar toko, menaiki motornya, dan berlalu pergi dari situ.

Apapun yang terjadi, aku harus bisa mendapatkan informasi tentangnya.

*

Yuhuu !! Part pertama di edisi baru yang telah aku REVISI. Gimana menurut kalian ?

Terimakasih untuk dukungannya, dan jangan lupa berikan vote, komen, dan kritik juga saran ya teman-teman. Love ya !

Atha 💞

Continue Reading

You'll Also Like

3.3M 117K 97
|FINNISHED| • TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOK The story is based on my own thinking and imagination. Please report to me if you found others who copy m...
1.5M 47.7K 65
#Cerita ini mengandung unsur dewasa dan (21+) bagi yang dibawah umur harap bijak memilih bacaan Menjadi seorang janda dan single mom membuat Aira...
961K 45.5K 59
21+++ Rachel Q. Anderson Setelah kejadian 15 tahun lalu, hidupnya menjadi kelabu. Hidup bersama dengan Aunty yang merupakan satu-satunya keluarga yan...
279K 7.9K 32
Note : Sebagian Chapter di private. Harap follow akun ini sebelum membaca karyanya. **** Kesialan sekaligus keberuntungan bagi seorang Stevhani John...