Shoplifting Heart

بواسطة clumsykey

168K 15.9K 3.6K

|COMPLETED| Alvero Ragandra Ghiffari. Cowok yang dikenal sebagai biang onar SMA Garuda. Balapan, mengusili t... المزيد

Prakata
1. Carrissa Agatha Renafa
2. Alvero Ragandra Ghiffari
3. Asap
4. Pink
5. Ulah Raga
6. Awal Malapetaka
7. Manis
8. Saturday Night
9. Bingung
10. Penolakan dan Kecewa
11. Bom!
12. Mood
13. Maaf
14. Raga's Family
15. Menunggu
16. Different Way
17. Lelah
18. Sweet Hope
19. The Reason
20. Penasaran
21. Dilema
22. Déjà vu
23. Terbuka Satu Rahasia
24. With You
25. With You [2]
27. Penawaran
28. Kecewa
29. I Like You
30. Dating
CAST
31. Debaran
32. Penjelasan
33. Kecewa (2)
34. The Truth
35. Break Up
36. Kelulusan dan Akhir
37. I Love You
38. Kenangan
39. See You
40. Meet | Akhir Kata

26. Beautiful Mistake

3.2K 250 24
بواسطة clumsykey

Pukul tujuh malam. Mereka kembali terjebak dalam perjalanan. Udara malam sangat sejuk dirasa. Rena menekan perut Raga dengan lengannya yang melingkar di perut cowok itu, untuk sedikit mengurangi rasa dingin yang melanda dirinya. Jaket Raga yang ia pakai ternyata juga tidak mampu menghalau rasa dingin yang ia rasa.

Rena menempelkan pipinya pada punggung kokoh Raga. Matanya terpejam. Ia sedikit tercenung, harusnya ini tidak boleh terjadi. Di saat ia sedang bermasalah dengan Adnan, justru ia malah bermain api. Tapi setengah hari ini Rena akui, ia sedikit bisa melupakan masalahnya dengan Adnan.

Tidak terlalu buruk. Raga seakan mengerti dirinya yang sedang dilanda dilema ini. Cowok menyebalkan yang tiba-tiba berubah menjadi menyenangkan. Seakan Raga selalu ada di saat ia sedih. Raga itu ibarat, penawar. Kesedihan yang Rena alami itu racun, lalu penawar datang, dan akhirnya racun itu hilang.

Rena menghirup dalam-dalam aroma parfum Raga. Sudahkah ia bilang bahwa parfum milik Raga itu enak dinikmati? Dan ia pun juga menyukainya?

Lampu lalu lintas yang semula hijau langsung berganti merah saat motor Raga berhenti di persimpangan jalan. Ada sekitar satu menit untuk menunggu lampu merah berganti hijau.

Raga melirik ke arah spion motornya. Mendapati pemandangan puncak kepala Rena yang tertutup sedikit oleh helmnya. Cowok itu tersenyum tipis.

"Na, tidur?" tanyanya, sambil sedikit menoleh ke samping.

Rena mengeratkan lingkaran tangannya pada perut Raga. Menandakan bahwa ia tidak tidur.

"Ngantuk bilang, ya? Ntar lo jatuh." Raga memegang tangan Rena yang tertutup jaket yang dipakai cewek itu, tangan yang melingkar di pinggangnya. Mengelusnya sebentar, sebelum kembali menarik tangannya saat lampu merah berganti menjadi hijau.

Rena mengangguk, tanpa berniat menjauhkan pipinya pada punggung Raga.

  ♣️♣️♣️

Sebuah pagar besi berwarna hitam berdiri tegak menjulang ke atas. Di dalamnya ada sebuah rumah berwarna putih bertingkat dua. Gelapnya malam semakin pekat. Deruan motor tidak terdengar lagi saat motor tersebut berhenti di depan rumah berwarna putih.

Rena melepaskan lingkaran tangannya, kemudian beralih memegang pundak Raga untuk mempermudah ia turun dari motor besar itu. Rena berdiri di samping motor Raga menunggu cowok itu melepaskan helmnya.

"Masuk, gih," ucap Raga seraya menatap Rena.

Cewek itu mengangguk. Hendak melepaskan jaket yang menyelimuti tubuhnya, ternyata Raga lebih dulu bertindak dengan menahan tangan cewek itu.

"Nggak usah, lo bisa balikin kapan-kapan. Nggak lo balikin juga nggak masalah."

Tersenyum, lalu Rena mengangguk. "Makasih buat hari ini. Gue masuk dulu, ya." Sebelum Rena berbalik, lagi-lagi Raga kembali menahan tangannya.

"Bisa janji sama gue buat nggak sedih lagi?"

Rena mengerutkan alisnya. "Kenapa?"

Alih-alih menjawab, Raga tersenyum sambil mengacak rambut Rena hingga membuat cewek itu menjerit sebal. "Bilang iya dulu." Cowok itu memaksa.

Rena membenarkan tatanan rambutnya, lalu mengangguk. "Iya. Tapi, gue nggak bisa janji." Kecuali kalo lo siap jadi penawar gue, lagi.

"Oke, gue pegang ucapan lo."

"Tujuan lo ngomong ini sama gue, apaan?"

Raga tersenyum. "Gue cuma nggak suka lo sedih. Lo kan jelek, kalo sedih tambah jelek," ucap cowok itu sambil tersenyum jenaka.

Rena yang awalnya tersenyum lebar, mendadak melenyapkan senyumnya. Ia menampar pelan pipi Raga. Sepertinya sifat menyebalkannya kembali.

"Annoying! Udah ah, gue masuk dulu."

Raga mengangguk, lalu tangannya bergerak mengusap rambut cewek itu. "Yang gue bilang semuanya jujur. Lo emang jelek, kalo lo lagi sedih. Tapi lo akan sangat cantik kalo lo lagi tersenyum. So, senyum terus ya?"

Perlahan, senyuman Rena terukir. Cewek itu mengulum bibirnya. Tanpa berkata, ia berbalik badan dan sedikit berlari meninggalkan Raga yang menatap punggungnya dengan tatapan yang sulit didefinisikan.

Setelah pintu pagar terbuka, Rena segera masuk dan kembali menutup pagarnya. Ia berhenti berjalan, lalu berbalik. Menatap Raga yang saat ini sudah kembali memakai helmnya, dan menghidupkan mesin motornya.

Setelah motor Raga menghilang dari pandangannya, Rena kembali berbalik badan dan berlari memasuki rumah. Mamanya sedang berada di luar kota. Alhasil, ia sendiri di rumah.

Tepat pintu rumahnya tertutup dan terkunci, tubuh Rena merosot ke lantai. Ia menyentuh bagian dada kirinya. Merasakan bagaimana detak jantungnya yang berdebar sangat keras. Merasakan bagaimana kedua pipinya yang terasa panas. Ia menunduk, melihat jaket hitam Raga yang masih ia pakai.

Berusaha keras Rena menahan senyum, Rena bangkit dan melangkah menuju kamarnya. Tiba di kamar, ia segera menghempaskan tubuhnya ke atas kasur.

Euforia kesenangan beberapa saat lalu masih ia rasa. Rena bingung, kenapa ia bisa begitu bahagia seperti saat ini?

Ponselnya yang berada di saku jaket Raga bergetar, ia mengambilnya, melihat sebuah notifikasi yang muncul di lock screennya.

Annoying: bsk bisa tutor gue?

Lagi-lagi Rena merasakan euforia itu. Ia sedikit bingung, apa cowok itu sudah sampai di rumahnya dengan secepat ini?

Carrisa Agatha Renafa: bisa. Btw, lo udah sampai di rmh?

Annoying: blm. Gue mampir bentar ke mini market.

Carrisa Agatha Renafa: oh, k. hati-hati.

Tanpa menunggu balasan, Rena segera meletakan ponsel di samping tubuhnya. Senyumannya tertahan.

Namun, beberapa saat, ponselnya kembali bergetar, ia kembali membuka ponselnya, menemukan sebuah notifikasi yang melenyapkan senyumnya.

Adnan Zavier: kamu kemana aja? Tadi aku ke rumah kamu, tp kosong. Kamu di mana?

Rena menghela napas panjang. Jari-jarinya bergerak membalas chat itu.

Carrisa Agatha Renafa: iya, td aku prg keluar.

Adnan Zavier: kemana?
Adnan Zavier: na?
Adnan Zavier: yauda kalo kamu ngga mau bales. Maaf Na, udah buat kamu kecewa. Aku usahain akan jelasin secepatnya. I miss you, Na.
Adnan Zavier: tidur yang nyenyak ya. Good night, Sayang.

Rena membuang napas. Segera ia mematikan ponselnya, meletakkan di atas nakas, kemudian menarik selimut hingga menutup sampai bagian lehernya.

Memejamkan mata, lalu akhirnya terlelap dengan pulas.

  ♣️♣️♣️♣️

Jam istirahat sudah berjalan sepuluh menit yang lalu. Rena duduk di kursi kantin bertiga dengan Mala dan Bayu. Entah bagaimana ceritanya, sahabatnya itu dekat dengan cowok lain. Rena tahu bagaimana perasaan Mala terhadap Leon, tapi ia tidak bisa memungkiri bahwa Leon benar-benar sudah keterlaluan mempermainkan Mala. Belum ada kata putus di antara keduanya. Dan untuk soal kedekatan Mala dengan Bayu, Rena akan mendukungnya, asalkan sahabatnya itu tidak terus-terusan makan hati.

"Lo lagi ada masalah ya sama Adnan?" tanya Mala, saat melihat empat orang cowok melangkah memasuki kantin. Matanya sempat beradu pandang dengan Leon, tapi Mala lebih cepat membuang pandangannya.

Rena menghela napas. Kemudian ia menatap keempat cowok itu. Pandangannya jatuh pada Raga. Sedikit senyum yang ia ukir, saat bola mata Raga juga ikut memandangnya. Sepersekian detik, pandangannya beralih pada Adnan yang terang-terangan menatap cewek itu. Rena kembali membuang wajah dan menoleh ke arah Mala.

"Ya gitu. Salah paham," jawab Rena, lalu tersenyum kecut.

Mala terdiam, lalu mengangguk. "Bay, mama minta lo ke rumah nanti. Bisa?" Pandangan Mala teralih pada Bayu yang duduk tepat di hadapannya. Ia sedikit menggeser kepalanya, menghindari tatapan Leon yang duduk dengan jarak satu meja dengan meja yang ia tempati. Pas sekali, mereka duduk berhadapan.

Bayu menyedot es teh manisnya, kemudian mengangguk. "Bisa. Nanti pulang lo sama gue ya. Biar langsung aja."

Mala mengangguk dan tersenyum. Lalu ketiganya terlibat percakapan yang mengundang tawa.

Diam-diam, Rena memberanikan diri membalas tatapan Raga yang tertuju padanya. Raga duduk dengan tatapan yang mengarah padanya. Raga duduk di samping Leon, lain dengan Adnan dan Rassya, mereka duduk memunggungi meja Rena.

Rena tahu, ia melakukan kesalahan besar. Kesalahan yang sedikit mengusik perasaannya saat ini.

Namun, entah mengapa Rena menyukai kesalahan ini.

  ♣️♣️♣️
HMMMM....🤔🤔

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

120K 11.5K 52
[Pemenang The Wattys 2023] Para penghuni menyebut satu rumah kos bertingkat yang berada di ujung jalan, dengan pohon mangga rindang berpenunggu dan p...
3.7K 511 70
━─━────༺༻────━─━ Johan dipindahtugaskan ke Desa Kamawu, yaitu sebuah desa terpencil di luar provinsi. Tidak sendiri, Johan pindah bersama dengan ked...
1.1K 322 32
Queenala selalu percaya kalau satu-satunya anggota keluarga yang bisa ia pilih adalah pasangannya. Nala masih berusia 18 tahun ketika memutuskan meny...