Mending The Souls

By opicepaka

302K 28.9K 285

Jika kalian berpikir ini adalah cerita tentang CEO muda, tampan dengan perut kotak enam, tatapan yang dingin... More

Blurb
1. Yang Tak Sempat Terucap (I)
2. Yang Tak Sempat Terucap (II)
3. Sebelum Cangkir Melayang
4. Setelah Cangkir Melayang
5. Boneka Beruang
6. Setelah Jam Kerja
7. Nothing in Particular
8. Icy Cold
9. Platonic
10. Personal Space
11. Muffin
12. Irked
13. Late Night Call
15. PIN (Personal Identification Number)
16. Drunken Man
17. Hangover Juice
18. Fight
catatan penulis
19. Breaking Down
20. Pain
ganti cover, teaser
21. Lengah
22. Start Over
Jalinan Jiwa

14. A Mess

7.8K 936 5
By opicepaka

“Apapun yang nanti kamu lihat atau dengar, tak boleh bocor ke siapapun, mengerti?” tanya Anna sambil melepas sabuk pengamannya. Sebelum meninggalkan kantor tadi, Anna memutuskan untuk mengajak salah seorang Sekuriti yang sedang berjaga. Dia hanya meminimalisasi kontak lansung dengan Arkan.
“Baik, Bu,” Anton, Sang Sekuriti, mengangguk kaku sebelum mematikan mesin dan mengikuti Anna keluar.
Anna menghela napas ketika menghadapi pintu masuk night club itu. Ini ketiga kalinya Anna datang kemari. Dua kali sebelumnya Anna tak perlu menyeret Arkan keluar karena ketika Anna sampai di sana, dia mendapati Arkan bersama kawan-kawannya, sehingga Anna hanya perlu melihat dari jauh.
Anna berjalan sedikit tergesa melalui timbunan manusia yang sedang terbuai dengan musik hasil aransemen DJ, beberapa berdansa sambil memegang bagian tubuh partner menarinya, sebagian lain ditemani sebotol bir di tangan mereka. Anna menuju tangga yang akan mengantarkannya ke lantai kedua, tempat yang lebih tenang, tak terlalu bising, tapi tentu saja lebih mahal. Ketika kakinya telah melewati anak tangga teratas, dia bisa mendengar suara erangan Arkan.
**
Arkan mengayunkan tinjunya yang kemudian bersarang di ulu hati seorang pemuda yang sepertinya belum lengkap dua puluh tahun. Arkan kembali menegakkan tubuhnya, meski tak bisa tegak sempurna, alkohol masih mempengaruhi tubuhnya, matanya memerah, menatap tajam pemuda lain yang ada di samping kirinya, teman dari laki-laki yang kini sedang terkapar di lantai dengan meringkuk, memegang perutnya.
“Sini bocah, gue kasih tahu gimana sopan santun ke orang yang lebih tua,” Arkan menggerakkan jari telunjuknya menantang. Lelaki yang ditantang oleh Arkan berjalan maju, melemparkan kepalan tangannya mengarah pada rahang kiri Arkan, tapi pria yang sudah terbiasa berlatih street fighting itu langsung menangkis dengan lengannya.
Yang tak Arkan sadari, seseorang membawa sebuah botol yang telah dipecahkan dasarnya ke arah perkelahian.
**
Sebuah tangan berjari lentik menepuk pundak pria pemegang botol dari belakang, ketika pria itu berbalik, telapak tangan berjari lentik lain terkepal dan melaju dengan cepat dari bawah dan menabrak dagunya, membuatnya sesak napas dan terhuyun beberapa langkah.
“Keroyokan?” tanya Anna dengan nada meremehkan, ketika tatapan mereka bertemu. Bocah remaja itu kembali menerjang Anna, dari sisi besar tubuh dan tenaga sebenarnya Anna kalah jika harus berhadapan dengan pria itu dalam keadaan sadar. Namun, kini mereka sedang mabuk yang membuat fokus dan pengendalian tenaga tidak baik, sehingga Anna bisa unggul dengan teknik dan strateginya. Sementara Anton meng-handle lawan Arkan yang lain. Lima lawan tiga.
Kekacauan di ruang VIP itu hanya berlangsung beberapa menit dan berhenti ketika beberapa pria besar dengan kaus seragam hitam datang melerai dan menendang mereka keluar dari tempat itu. Arkan berteriak beberapa kali pada gerombolan remaja tanggung yang babak belur, sementara lengan kiri pria itu tergores oleh pisau lipat yang dibawa salah satu dari lawannya.
“Hai Putri Es! Apa yang kau lakukan di sini? Aku pasti sedang bermimpi!” Arkan berhenti dan menatap Anna yang sekarang rambutnya tergerai tak beraturan akibat perkelahian tadi. Seperti dugaan Anna, Arkan kehilangan akalnya ketika mabuk, sehingga wanita itu memilih untuk tidak menanggapi dan meraih salah satu saku jas Arkan yang Anna pegang. Anna tahu, Arkan adalah pria yang hampir selalu membawa sapu tangan. Classy. Kebiasaan yang sudah jarang didapati pada pria masa kini.
“Hai!” panggil Arkan lagi, kali ini tangannya terjulur ingin menyentuh Anna, memastikan bahwa wanita itu nyata.
“Diam!” seru Anna galak, menahan lengan baju Arkan yang telah basah oleh darah. Arkan langsung menurut seperti anak kecil yang baru dimarahi ibunya, membiarkan Anna membebat lukanya dengan sapu tangan.
“Kau peduli? Putri Es peduli?” Arkan termangu, sedangkan Anna menahan diri memberikan reaksi apapun.

**
Cari visualisasi rambut berantakan Arkan, how? Cukup terlihat bandelnya?

Continue Reading

You'll Also Like

271K 28.5K 23
Alya Pradipta, gadis keras kepala yang awam tentang urusan cinta. Kehidupannya seputar kampus dan dunia kerja, tidak ada bau-bau asmara. Hingga di s...
1.6M 131K 28
sejak kecil, kita terbiasa diajari untuk berlomba. ngeyel siapa yang paling benar antara kakak-adik. hingga mengedepankan keinginan sendiri. tumbuh b...
887K 136K 132
8 Mahasiswa dan 8 Mahasiswi penuh drama yang kebetulan tinggal di kompleks kostan bernama, "Kost Boba" milik Haji Sueb. Moto Kost Boba Boy. "Aibmu ad...
1.5M 101K 25
Sudah terbit di Lotus Publisher Sebagian Part dihapus. Aluna Barata dan hubungan rahasianya dengan Anggara Satya. Aluna berharap bahwa Angga adalah...