[3] My Wife Stella

By Alvarosha99

2.4M 63.7K 1.2K

Apa yang terjadi jika sebuah pernikahan terjadi tanpa adanya cinta? Pernikahan yang terjadi hanya karna perjo... More

🍁 Chapter [1] 🍁
🍁 Chapter [2] 🍁
🍁 Chapter [3] 🍁
🍁 Chapter [4] 🍁
🍁 Chapter [5] 🍁
🍁 Chapter [6] 🍁
🍁 Chapter [7] 🍁
🍁 Chapter [8] 🍁
🍁 Chapter [9] 🍁
🍁 Chapter [10] 🍁
🍁 Chapter [11] 🍁
🍁 Chapter [12] 🍁
🍁 Chapter [13] 🍁
🍁 Chapter [14] 🍁
🍁 Chapter [15] 🍁
🍁 Chapter [16] 🍁
🍁 Chapter [17] 🍁
🍁 Chapter [18] 🍁
🍁 Chapter [19] 🍁
🍁 Chapter [20] 🍁
🍁 Chapter [21] 🍁
🍁 Chapter [22] 🍁
🍁 Chapter [23] 🍁
🍁 Chapter [24] 🍁
🍁 Chapter [25] 🍁
🍁 Chapter [26] 🍁
🍁 Chapter [27] 🍁
🍁 Chapter [28] 🍁
🍁 Chapter [29] 🍁
🍁 [Attention!] 🍁
🍁 Chapter [30] 🍁
🍁 Chapter [31] 🍁
🍁 Chapter [32] 🍁
🍁 Chapter [33] 🍁
🍁 Chapter [34] 🍁
🍁 Chapter [35] 🍁
🍁 Chapter [36] 🍁
🍁 Chapter [37] 🍁
🍁 Chapter [38] 🍁
🍁 Chapter [40] - ENDING 🍁
🍁 [Friendship Favorable] 🍁
🍁 [Bonus Part 1] 🍁
🍁 [Bonus Part 2] 🍁
🍁 [SEQUEL?] 🍁
🍁 [Questions About My Wife Stella] 🍁
🍁 [SEQUEL :: My Wife Stella] 🍁

🍁 Chapter [39] 🍁

32K 785 9
By Alvarosha99

Author POV

TAP TAP TAP~

Suara langkah kaki yang mendekat membuat semuanya menoleh dan mendapati, Adam memasuki area gedung mencari keberadaan sang kakak. Pandangannya langsung terfokus oleh kerumunan orang, dengan langkah lebarnya ia membuka kerumunan orang itu.

"Abang....."lirih Adam.

"Ambulancenya sudah datang!"ucap salah seorang tamu.

Steven dan Adam membantu membawa tubuh Samuel ke dalam ambulance, sedangkan Stella masih terduduk lemas di lantai.

"Antarkan aku ke dia, Mah"lirih Stella.

"Kamu yakin, Nak?"tanya Cindy.

Stella hanya menganggukan kepalanya, saat ini ia hanya ingin berada di sisi suaminya, tidak ada yang lain.

🍁🍁🍁

RS Phantomhive.

Tubuh Samuel sudah memasuki ruang UGD. Kini semua hanya bisa menunggu kabar dari para dokter. Seluruh keluarga pun sudah memadati area rumah sakit. Karna keadaan Samuel menjadi prioritas utama saat ini.

Bahkan...

Ishani dan Rahul pun memutuskan untuk menghentikan acaranya dan bergegas kerumah sakit.

"Hiks... Aku mau masuk kesana... Hiks..."ucap Stella.

"Stella, tenanglah dokter pasti sedang mengusahakan yang terbaik"balas Ishani.

"Bagaimana aku bisa tenang Ishani? Suamiku... Hiks... Aku tidak mau dia sampai kenapa-napa"sahut Stella.

"Aku mengerti, sekarang hanya doalah yang bisa kita lakukan. Semoga dia baik-baik saja"lanjut Ishani.

"Aminnnn..."balas Stella kemudian.

Tak lama kemudian pintu terbuka menampilkan wajah dokter yang baru saja memeriksa keadaan Samuel. Keluarga pun langsung mendekati dokter dan berharap bahwa semua akan baik-baik saja.

"Bagaimana keadaan suami saya, Dokter?"tanya Stella.

"Begini, Nyonya. Maaf kami telah berusaha sekuat tenaga. Tapi Tuan, sudah meninggal saat di perjalanan menuju kesini"jawab Sang Dokter.

DEG.

Stella merasakan udara di sekitarnya menghilang. Keheningan pun masih kentara disana. Hanya hembusan nafas yang terdengar.

"Ngga... Itu gak mungkin, Dok"

"Tapi Nyonya--"

"Suamiku pasti selamat, periksa sekali lagi. Saya mohon"

"Nyonya... Tuan sudah tiada. Kami bahkan sudah mencatat waktu kematiannya"

"Tidakkkkkk...."

Stella memasuki dengan paksa ruang UGD. Tubuh suaminya sudah berbalut selimut putih. Stella meraihnya dan membukanya perlahan. Kebenaran itu memanglah benar.

Samuel Meshach.

Suaminya. Sudah terbujur kaku. Tak bernyawa.

"Hiks... Gak, sayang. Kamu gak boleh pergi... Bangun Sam... Kamu pasti sedang tidur kan?"

"Sam.... Bangun aku mohon buka mata kamu. Bangun, sayang..."

Keluarga menangis pilu melihat kematian orang terdekat mereka, kematian mendadak Samuel di karenakan serangan jantung itulah informasi yang sudah di tanyakan oleh anggota keluarga yang lain.

Cindy dan Alaric langsung mengabari kerabat yang lainnya. Sean dan Albert masih menangis di pojokan kamar. Steven pun hanya bisa terdiam berdiri tak jauh dari tubuh Stella. Ingin rasanya ia memeluk tubuh mungil itu, tapi apa haknya?

Ishani dan Rahul pun tak lagi bisa berkata, hanya air mata dan doa yang bisa mereka panjatkan untuk Samuel dan keluarga yang di tinggalkan.

"Sayang... Sudahlah, ikhlaskan biarkan Samuel pergi dengan tenang"ucap Cindy.

"Ngga, Mah. Sam, gak mungkin pergi ninggalin aku. Dia udah janji akan terus bersama. Dia bahkan udah janji ke Mamah (Sean) gak akan ninggalin keluarga ini selamanya"

"Nak... Kamu..."

"Bangun, Sam.... Bangun... Jangan menakutiku seperti ini. Kamu harus hidup lebih lama lagi. Kamu harus hidup sampai anak-anak kita tumbuh besar, sampai mereka dewasa dan kita akan hidup bahagia selamanya. Kamu harus bertahan Sam, untuk aku juga anak kita"

"Stella, sudahlah..."

Stella pun berhenti berbicara tapi tangannya mulai mengelus pelan pipi Samuel. Air matanya masih terus berjatuhan tiada henti. Semua kenangan bercampur menjadi satu. Bahkan pertengkaran terakhir menjadi saksi betapa maut begitu cepat merenggut nyawa suaminya. Bahkan tanpa adanya keanehan sebelumnya.

"Bangunlah, Sam. Ini bukan saatnya untuk bercanda"

Stella mulai mengguncang tubuh Samuel dengan sisa tenaganya.

"Bangun... Aku bilang bangun...."

Kini tangannya mulai menampar pipi putih Samuel yang sudah semakin kaku. Semua keluarga menangis pilu menyaksikan apa yang Stella lakukan.

"Sam...."

Saat tangannya ingin kembali menampar pipi Samuel, lebih dulu Steven mencegahnya.

"Cukup, Stella. Dia... Sudah meninggal"

Stella berhenti tepat kalimat terakhir di ucapkan. Mulutnya ingin mengatakan sesuatu tapi tidak dapat tersampaikan. Hanya di dalam lubuk hatinyalah, Stella dapat mengungkapkan apa yang ia ingin katakan.

Mataku tak ingin melihat semua ini.
Telingaku tak ingin mendengar semua ini.
Hatiku tak ingin merasakan semua ini.
Aku tidak ingin semua ini terjadi.

"Kenapa kamu pergi tinggalkan aku sendiri... Kenapa, sayang?"lirih Stella.

Apa kau membenciku ya Tuhan?
Sehingga kau ambil orang yang kusayangi dan kucintai.
Dia yang Engkau inginkan, Engkau ambil dariku.
Gantikan dia dengan orang lain ya Tuhan.

Mengapa disaat aku benar-benar menerimanya.
Kau ambil dia dariku. Mengapa?
Segitu bencinyakah Engkau padaku ya Tuhan?
Hingga kau ambil dia dariku. Dia yang amat berharga bagiku, Ayah dari anak-anakku.

Aku jatuh dan kau bantu aku berdiri kembali.
Aku menangis dan kau bantu aku bahagia kembali.
Aku terpuruk dan kau bantu aku bangkit kembali.
Kau segalanya bagiku. Disaat apapun kau datang kepadaku dan menjadi sandaranku. Namun mengapa kau tega pergi tinggalkanku sendiri...

Mengapa harus dia. Samuelku...
Kembalikan dia kepadaku. Jangan ambil dia dariku. Jangan pergi dariku... Sam....

"Aku... Tidak bisa... Kehilanganmu..."lirih Stella.

BRUGHHH.

Lagi. Dan lagi. Kegelapan menyelimuti. Lagi dan lagi aku harus kehilangan orang yang aku sayangi.

🍁🍁🍁

Beberapa Jam Kemudian~

Suasana dirumah duka bertambah ramai. Sanak saudara mengunjungi rumah kediaman Meshach. Bahkan para fans pun datang ikut mengantar kepergian sang idola mereka.

Terlihat jejeran artis papan atas juga ikut menghadiri, bahkan rekannya sesama model yakni, Clara Samantha bersama suaminya Damian William pun ikut hadir. Semua berduka atas perginya sahabat mereka, Samuel Meshach.

Clara berjalan mendekati Stella yang masih duduk di sisi Samuel yang kini sudah selesai di kafani. Wajah Samuel tampak bersinar dan dari beberapa orang yang datang mengatakan bahwa jenazahnya berbau wangi.

"Aku ikut berduka cita atas meninggalnya Samuel, kamu harus tabah ya, Stella"ucap Clara.

"Terimakasih, Cla"balas Stella pelan.

Tak lama kemudian, Albert memasuki rumah dan mengatakan untuk jenazah secepatnya di sholatkan dan di kuburkan. Semua pun mengantar kepergian Samuel ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Sambil menunggu jenazah di sholatkan, beberapa kerabat masih sibuk menanyakan atas kematian Samuel. Termasuk Clara yang memang tidak tau kapan persisnya sahabatnya itu menghembuskan nafas terakhirnya. Tapi untuk saat ini Clara tidak ingin menanyakan hal itu, karna baginya keadaan Stella jauh lebih penting.

Stella sudah bisa mengontrol emosinya. Cindy dan Sean terus berada disisi Stella menguatkan wanita itu untuk tetap tegar. Ishani dan Clara yang semula tidak dekat menjadi dekat, karna mereka bersatu untuk Stella.

Jenazah pun sudah selesai di sholatkan dan kini menuju ke TPU dekat dengan rumah. Stella berada tepat di sisi kepala Samuel, dan di sisinya selalu ada Ishani dan Clara yang menopang tubuhnya.

Jenazah pun di azankan untuk terakhir kali. Dan mulai dengan proses lainnya hingga jenazah pun terkubur selama-lamanya. Dan dengan doa mereka mengiringi kepergian Samuel. Taburan bunga dan air bunga mawar menjadi pelengkap.

"Sayang... Kita harus terpisahkan oleh maut. Tapi jangan khawatir aku akan selalu mencintaimu. Aku akan selalu ada disini menemanimu"lirih Stella.

"Stella... Sudah saatnya kita kembali. Ayoo..."ucap Clara.

"Kamu duluan, aku masih ingin bersama suamiku"balas Stella.

Clara pun tak bisa memaksa dan memilih berjalan duluan keluar TPU. Keluarga yang lain pun sudah lebih dulu meninggalkan, karna tak kuat melihat Samuel. Terutama Sean dan Albert yang adalah orangtuanya.

"Kamu harus hadir di setiap momen kita. Saat David dan Nadine bersekolah nanti, saat kelulusannya, saat mereka akan menikah, dan saat mereka membawa cucu, kamu harus ada disaat itu. Ingin rasanya aku bisa ikut bersamamu, demi menghilangkan rasa sakit di dada ini, dan demi menghilangkan rasa kehampaan di dada ini"gumam Stella.

Tak lama pun Stella bangkit berdiri meninggalkan area pemakaman dengan perasaan yang tidak bisa di jelaskan oleh kata-kata. Dan di tempat parkir ternyata masih ada Steven, Clara - William, dan Ishani - Rahul. Mereka menunggunya. Stella pun memberikan senyumannya untuk mengatakan dirinya baik-baik saja, meski perasaannya justru sebaliknya.

"Ayoo kita pulang, Stella..."

"Iya"

🍁🍁🍁

Beberapa Hari Kemudian~

Adam mendatangi rumah sang kakak, membawa sebuah surat di tangannya. Langkah lebarnya meyakinkan bahwa ia sedang dalam keadaan terburu-buru.

"Assalamualaikum, Mba... Mba Stella..."ucap Adam.

"Iya tunggu sebentar"balas Stella tak lama kemudian.

Wanita cantik itu kini sedang menggendong Nadine. Dan bingung dengan hadirnya adik dari suaminya.

"Ada apa, Dam? Ko keliatan buru-buru banget?"tanya Stella.

"Aku nemuin ini Mba, setelah kematian Bang Sam, aku membawa semua berkas yang ada di rumah ini. Kemudian saat aku sedang memeriksanya aku menemukan ini"jawab Adam.

"Itu apa, Sam?"tanya Stella kemudian.

"Aku juga belum membukanya, tapi aku yakin ini adalah surat wasiat dari Bang Samuel"jawab Adam.

Stella pun segera menyuruh Adam menunggu didalam, Stella pun menelvon sang mamah dan mertuanya agar datang dengan segera.

"Kita tunggu yang lain dulu. Surat itu harus dibacakan di depan semuanya"

"Iya, Mba"

🍁🍁🍁

Tak lama kemudian, Cindy - Alaric serta Sean - Albert sudah tiba di rumah Stella. Mereka begitu kaget saat mendengar surat wasiat Samuel yang ditemukan Adam. Mereka pun berkumpul di ruang keluarga.

"Baiklah saya yang akan membacakan surat ini. Sesuai permintaan, Mba Stella. Mohon semuanya mendengarkan dan kita pahami bersama"

Semua pun mengangguk setuju. Mereka mendengarkan dengan khidmat setiap kata yang terucap dari bibir Adam.

Teruntuk kamu istriku dan anak-anakku tercinta...

Jika kalian sudah menemukan surat ini maka dengan sangat terpaksa Ayah sudah tidak lagi ada di dunia ini. Maafkan Ayah ya...

Stella, aku berikan rumah ini beserta isinya untuk kau tinggali bersama dengan anak kita. Selain itu aku juga memberikan beberapa persen saham perusahaan untuk David dan Nadine yang sudah aku pisahkan di lembar berikutnya.

Dan...

Untuk Mamah dan Ayah juga mertua yang amat kusayangi. Aku memberikan sebagian tanah yang ada di ****. Aku berharap ini semua adil bagi kalian.

Dan terakhir...

Untuk Adam, adikku.
Kamu adalah pemilik semua saham di perusahaan, meskipun perusahaan mengalami kebangkrutan. Aku yakin, kamu bisa menyelamatkannya. Bangkitlah dan terus berjuang untuk membahagiakan Mamah dan Ayah.

Ada hal lain juga yang ingin aku katakan untuk kalian semua. Tentang kebenaran yang aku dan istriku rahasiakan selama ini. Sebelum kalian mendengarnya aku mohon maafkan kesalahanku juga istriku...

Kebenaran ini mengenai David, dia bukanlah anak kandungku. David adalah anak dari pernikahan Stella dengan Steven yang aku akui sebagai anakku. Jangan salahkan ini pada Stella istriku, karna dia melakukan hal yang benar demi menjaga dan mempertahankan David.

Untuk itu...

Aku meminta untuk tidak terjadi pertengkaran setelah kebenaran ini kalian ketahui. David tetaplah anakku selamanya, meski ia bukan darah dagingku. Aku tidak pernah membeda-bedakannya, untuk itu kalian pun harus tetap menyayanginya.

"Jadi...  Selama ini kamu sudah membohongiku?"tanya Sean.

"Mah... Dengerin dulu penjelasan aku. Semuanya gak seperti apa yang Mamah fikirkan"jawab Stella.

"Kamu masih mau menyangkal setelah kebenaran terungkap! Kenapa, Stella? Jawab Mamah!"tanya Cindy.

"Mah... Ada hal yang gak kalian ketahui tentang pernikahanku sebelumnya. Ini hal pribadi bagiku, tapi jika kalian memang ingin mendengarkan kebenaran yang lain aku mohon tenanglah. Aku akan ceritakan semuanya kepada kalian saat ini juga"jawab Stella.

Semuanya pun kembali hening sebelum akhirnya mereka menyetujui saran Stella. Mereka siap mendengarkan kisah yang selama ini Stella sembunyikan begitu rapat dari siapapun.

"Hari itu... Disaat aku menikah untuk pertama kalinya dengan lelaki yang kucintai aku sangat bahagia. Hingga saat malam pertama kulakui bersama dengannya aku baru tau bahwa hatinya bukan untukku ada wanita lain di hatinya, aku yang hanya seorang istri hanya bisa pasrah menerima semua ini, dan aku bertahan untuk Mamah dan Ayah juga serta keluarga mertua yang mendukungku, tapi kesabaranku sudah habis perselingkuhan antara Mas Steven tidak bisa anggap biasa untuk itu aku memutuskan untuk bercerai. Di saat itu aku sudah hamil, tapi aku tetap merahasiakannya dari Mas Steven atau siapapun. Hingga akhirnya Mas Samuel datang, menawariku sebuah kebahagiaan dan keselamatan untukku dan janin yang ku kandung. Aku yang dikala itu begitu terpuruk pun akhirnya menerima tanpa memikirkan resikonya, hingga kelahiran David aku masih tetap menutupi semuanya dan Mas Samuel yang mengakui sebagai anaknya, aku sangat bahagia. Tapi suatu hari Mas Steven menginginkan David kembali padanya. Dan aku tidak bisa membiarkan itu terjadi, aku tidak ingin dia merebut David dariku. Pertengkaran pun terjadi hanya karna masalah David, aku dan Mas Samuel sudah ingin memberitahukan kebenaran ini setelah pernikahan Ishani dan Rahul tapi... Tuhan berkehendak lain. Jadi... Seperti itulah yang aku alami selama ini, aku merahasiakannya karna tidak ingin menambah beban Mamah dan juga Ayah. Maaf jika perbuatanku membuat Mamah dan Ayah kecewa, aku minta maaf yang sebesar-besarnya"

Cindy dan Alaric masih terdiam meresapi cerita Stella yang menurut mereka sudah sangat serius. Mereka tak habis pikir dengan kelakuan Steven di masa lalu, dan Stella tetap merahasiakannya dengan begitu baik hingga detik ini.

Sean dan Albert pun sudah menangis tak sanggup berkata lagi. Bagi mereka ini sangat mengejutkan selain kematian Samuel anaknya. Mereka tak menyangka menantu kesayangannya bisa merahasiakan hal sebesar ini dari mereka. Kekecewaan itu kian besar.

"Mamah gak nyangka kamu tega membuat Samuel menanggung beban seberat ini. Kenapa kamu gak kasih aja David ke Steven?"tanya Sean.

"Mamah mau tau alasannya? Karna saat itu Mas Steven ingin menikahi selingkuhannya dan bagaimana nasib David jika dia akan di urus oleh ibu tiri? Aku tidak akan sanggup melihatnya menderita. Jadi aku memilih jalan ini untuk melindunginya dan mempertahankan David"jawab Stella.

"Alahhh... Kamu tuh terlalu berlebihan, karna gak semua ibu tiri itu jahat. Kalo aja kamu gak ceroboh seperti ini. Masalah tidak akan serumit ini"ucap Sean lagi.

Stella tak bisa membalas ucapan sang ibu mertua, sesungguhnya itu benar. Tapi kekhawatiran dan ketakutannya sudah membutakan mata hatinya. Ia tidak bisa melihat kebaikan apapun dari diri Clara dulu karna baginya gaya hidup Clara dan sikap Clara menunjukkan hal negatif di mata Stella.

"Maafin aku, Mah. Aku memang salah. Mamah boleh marah sama aku... Tapi mamah jangan benci aku karna aku gak sanggup, Mah"balas Stella akhirnya.

"Tapi... Kamu sudah membuat anakku yang jadi menanggung beban yang gak seharusnya dia tanggung. Kamu jahat, Stella"sahut Sean.

"Maafin aku, Mah... Hiks... Aku masih begitu muda saat itu dan aku tidak memiliki pengalaman tentang hal ini sebelumnya. Maafin aku karna aku sudah salah mengambil keputusan ini, maafin aku, Mah"lanjut Stella.

Sean tak lagi berucap namun sorotan matanya berubah kepada menantu kesayangannya itu. Albert pun tak jua bersuara. Cindy kini sudah memeluk putri satu-satunya itu, memberi kekuatan atas nasib yang begitu menyedihkan menimpa dirinya. Alaric pun berusaha juga untuk menenangkan putrinya. Sedangkan Adam masih tetap membaca surat wasiat sang kakak hingga akhir. Tapi Adam tak melanjutkan kata-katanya karna keadaan tidak memungkinkan.

"Ayo mas kita pulang"ucap Sean.

"Baiklah"balas Albert.

"Mah... Maafin aku, Mah... Mamah..."ucap Stella seraya mengejar langkah Sean.

Tapi sayang, ibu mertuanya itu sudah pergi jauh dan memasuki mobil, di susul dengan sang suami, Albert. Stella pun kini terduduk di teras depan rumahnya. Air mata masih membasahi pipinya.

"Maafin aku, Mah..."lirih Stella.

Cindy, Alaric dan Adam mengejar dan menemukan Stella yang sudah lemas. Belakangan ini kondisi Stella juga memburuk. Dan Adam begitu sedih melihatnya.

"Ayo Mba, masuk dulu kedalam. Aku yakin Mamah pasti cuma sedang emosi besok juga dia akan memaafkan, Mba"ucap Adam.

Stella hanya menganggukan kepalanya kemudian di bantu berdiri oleh Adam dan masuk kembali ke dalam rumah.

"Nak, apa tidak sebaiknya kamu tinggal dulu dirumah Mamah. Sampai semua lebih tenang"ucap Cindy.

"Jangan, Mba. Jangan pergi dari sini. Inget wasiat Abang Sam. Rumah ini sudah jadi milik, Mba. Jadi jangan pergi dari sini"balas Adam cepat.

Stella hanya bisa terdiam, ia tidak bisa berpikir di saat seperti ini. Sampai akhirnya Stella pun berucap.

"Mah, Yah aku gak bisa pergi dari sini. Bagaimana jika Mamah dan Ayah aja yang pindah kesini. Bantu aku ya, Mah, Yah"ucap Stella.

"Baiklah Nak, Mamah akan tetap disini"balas Cindy.

Alaric pun mengangguk paham. Dan mereka kembali berdiskusi dengan Adam mengenai harta warisan yang di berikan oleh Samuel.

🍁🍁🍁

Malam Harinya~

Stella masih di sibukkan dengan mengurus dua putra putrinya. Walau sudah ada sang mamah yang siap membantu Stella tetap merasa kesepian.

"Acara pengajiannya sehabis isya kan, Mah?"tanya Stella di sela kesibukannya.

"Iya, tuh Ayah udah ngerapiin ko"jawab Cindy.

Stella pun mengangguk mengerti, dan mulai membawa makanan ke meja depan. Cindy menggantikan Stella menggendong Nadine karna Stella mengurus David. Ini cobaan terberat dalam hidupnya.

"Sini, Mah. Savid udah tidur di kamar, jadi Nadine bisa sama aku"ucap Stella.

"Oh yaudah nih, Mamah ke depan dulu ya"balas Cindy.

"Iya, Mah"sahut Stella.

Stella pun membawa Nadine ke kamarnya, bekas aroma tubuh Samuel masih disana. Air mata pun tak sanggup ia tahan, kini mulai meluncur deras membasahi pipinya.

"Bahkan aku masih dengan jelas membayangkanmu hadir disini seperti malam-malam sebelumnya, Mas... Disaat kita masih bersama"gumam Stella.

Ia pun menaruh Nadine di ranjang besarnya. David juga sudah tertidur di dekatnya. Malam ini hingga berikutnya hanya ada dirinya, David, dan Nadine.

🍁🍁🍁

Keesokan Paginya~

Stella seperti biasa membereskan dan melakukan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Cindy dan Alaric pamit untuk pulang sementara ke rumah, kini Stella benar-benar kesepian di rumah sebesar itu.

TOK TOK TOK~

Stella pun segera membuka pintu dan bingung dengan kehadiran Adam kembali lagi. Apa masih ada yang kurang jelas?

"Ada apa lagi, Dam?"

"Sebenarnya masih ada wasiat Abang untuk Mba Stella. Dan aku belum menyampaikannya"

"Apa itu?"

"Sesuai yang tertulis di surat wasiat Abang. Abang ingin Mba kembali rujuk dengan suami Mba sebelumnya, yaitu Mas Steven"

~Bersambung~

Continue Reading

You'll Also Like

164K 6.8K 40
⚠️ Cerita ini dapat menyebabkan gusi kering karena senyam-senyum seperti orang gila, salting brutal jungkir balik, dan menghalu tanpa batas❀️ °~°~°~°...
3.1K 639 38
πŸ’œLavenderWriters Project Season 06πŸ’œ ||Kelompok 04|| #Tema; Past Time β€’Ketua : Amanda β€’Wakil Ketua : Tiara --- Orang bilang senyumnya indah, tatapan...
291K 12.3K 90
[ Dunia lebih menghargai orang yang mau berusaha dengan usahanya sendiri] -Sudutmataa- *Buat dibaca GRATIS bukan dicopoy! JANGAN LUPA FOLLOW DULU YA...
545K 35K 48
(Tersedia dalam bentuk eBook di Google Playstore dan Playbook, oleh penerbit Eternity Publishing) Athaya kesal dan marah, kala kakaknya yang kabur en...