About Time ✔

Від VanillaLattee_

39.9K 9K 3.8K

Semua tentang waktu. Waktu untuk bertemu. Waktu untuk bersama. Waktu untuk berpisah. Waktu untuk melupakan. D... Більше

Pemberitahuan
Prolog
BAB 1 : Telepon yang Mencurigakan
BAB 2 : Quality Time
BAB 4 : Vino yang Berubah-Ubah
BAB 5 : Pasien Anna
BAB 6 : Vino yang Menjengkelkan
BAB 7 : Hobi Baru
BAB 8 : Masalah Ponsel
BAB 9 : Sementara
BAB 10 : Sebuah Hadiah
BAB 11 : Penjelasan
BAB 12 : Sekolah
BAB 13 : Ikuti Kata Hati
BAB 14 : Bestfriend
BAB 15 : Tak Dapat Ditebak
BAB 16 : Dia Berbeda
BAB 17 : Time
BAB 18 : Bolos
BAB 19 : Luka
BAB 20 : Hati yang Patah
BAB 21 : Perkelahian
BAB 22 : Terjawab Sudah
BAB 23 : Permintaan Maaf
BAB 24 : Berita
BAB 25 : Fakta yang Mengejutkan
BAB 26 : Merelakan
BAB 27 : Berharap
BAB 28 : Kebahagiaannya Kembali
BAB 29 : Menurunkan Ego
BAB 30 : Pernyataan Cinta
Epilogue

BAB 3 : Jalan-Jalan

2K 645 318
Від VanillaLattee_

Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul sebelas malam. Teman-temannya yang tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing terpaksa menghentikannya.

Ketika teman-temannya enggan untuk pulang dan ingin menginap, Anna bersikeras untuk tidak memperbolehkan. Sebab, jika teman-temannya tahu siapa laki-laki itu dan ada hubungan apa antara mereka. Pasti reaksinya akan di luar nalar manusia.

"Yah, padahal gue mau lihat cogan yang tadi," kata Adele sambil menuruni tangga lesu.

Cate menepuk pundak Adele dengan tersenyum. "Besok kita bisa ke sini lagi aja."

"Besok nggak menerima tamu."

Setelah sampai di tempat parkir mobil tersebut, satu per satu dari mereka masuk ke dalam. Anna memilih berjalan ke arah gerbang dan berdiri di sana. Menunggu mereka hingga pulang.

"Besok kita mau pergi lagi. Lo ikut nggak?" tawar Vivi yang duduk di depan, tepat di samping Levie yang mengemudi mobil tersebut.

Anna menggelengkan kepalanya sambil menjawab. "Besok gue nggak bisa, deh."

"Kenapa?" tanya Levie sedikit mendekat ke arah jendela yang terletak di sebelah kiri. "Jalan-jalan sama cogan tadi pasti."

"Nggak," sahut Anna dengan menatap tajam. Supaya tidak membuat teman-temannya curiga, Anna memilih memutar otak dan mencari alasan yang masuk akal. "Gue -gue ada acara sendiri."

Semua temannya diam dengan menampakkan wajah curiga. Namun sebisa mungkin Anna menutupi kegugupannya tersebut dengan mengalihkan topik pembicaraan.

"Udah jam setengah dua belas malam. Buruan kalian pulang," katanya dengan menunjukkan jam putih yang bertengger manis di tangan kirinya kepada mereka.

"Yaudah, kalau gitu kita pulang duluan," pamit Adele yang dibalas senyum oleh Anna.

"Hati-hati."

Levie membunyikan klakson sebagai tanda mobilnya mulai melaju. Tak sampai sepuluh detik, mobil tersebut mulai berjalan menjauhi Anna dan hilang dari pandangannya.

Anna masuk ke dalam sambil mengucapkan terima kasih kepada Mang Jodi karena telah menutupkan gerbang tersebut. Ketika sampai di ruang tamu, Anna melihat Vino tengah duduk dengan pandangan jatuh ke benda pipih yang berada di tangan kanannya.

"Ngapain di sini?"

Pertanyaan Anna membuat Vino berhenti bermain ponsel. Dia menatap Anna yang mulai menutup pintu utama.

"Kenapa gue nggak boleh keluar daritadi?" tanya Vino sambil menatap tepat pada mata coklat perempuan tersebut. Tatapan tersebut membuat Anna sedikit kesulitan untuk menelan salivanya sendiri.

"Jawab."

"Tadi itu... " Anna menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Emm..." Anna bingung harus menceritakan kejadian tersebut mulai dari mana. Karena saat itu, tiba-tiba saja teman-temannya berhenti dan melihat Vino sedang shirtless di dalam kamar yang pintunya terbuka.

Vino yang melihat Anna kebingungan pun memilih untuk menepuk sofa tersebut. Memberi isyarat untuk Anna duduk di sampingnya sekarang.

Tatapan tajam yang ditampakkan Vino membuat Anna secara naluri berjalan menuju ke arah sofa. Perlahan, Anna duduk dengan jarak yang cukup jauh darinya.

"Buruan cerita," tuturnya sambil kembali memainkan ponsel.

Sambil menimang resiko yang terjadi, Anna mulai angkat bicara. "Tadi lo itu... shirtless."

Ada jeda sebentar sebelum Vino meletakkan ponselnya di meja ruang tamu sambil mengubah posisi duduknya jadi menghadap Anna. Vino memajukan sedikit badannya dan mencondongkan wajahnya mendekat ke wajah Anna agar sejajar. "Terus?"

Anna melebarkan matanya kala melihat wajah Vino yang sejajar dengannya. Membuat Anna melihat dengan jelas bagaimana wajah laki-laki tersebut. Hingga akhirnya Anna tersadar dan mendorong Vino jauh-jauh darinya.

Sedang Vino malah tertawa karena melihat Anna yang tengah menahan malu. "Ternyata lo cantik juga kalau lagi malu."

Untuk pertama kalinya Anna di buat kagum serta sebal dalam waktu bersamaan. Bagaimana tidak, Vino yang terkenal cuek dan dingin tertawa di depannya. Ingin memuji namun ego terlalu tinggi. Itulah Anna.

Dia kembali menatap Vino untuk kemudian memukul badannya bertubi-tubi sambil berkata dengan sedikit berteriak, "orang gila!"

Setelahnya, Anna bangkit dan berjalan ke arah kamar.

Yang menjadi korban pun masih saja tertawa sambil berkata, "pipi lo kayak tomat matang. Merah banget."

****

Pagi ini, Vino memilih untuk bangun lebih awal. Rencananya, dia ingin mengajak Anna untuk jalan-jalan. Tetapi, dia harus membangunkan Anna sepagi ini. Ya, walaupun sudah pukul delapan pagi.

Vino melangkahkan kaki menuju sebuah kamar dengan pintu berwarna putih. Dia berdiri cukup lama di depan pintu sambil memikirkan bagaimana supaya perempuan itu bangun dengan cepat. Karena tidak mendapatkan ide, akhirnya dia memutuskan untuk mulai mengetuk pintu tersebut.

"Anna, bangun."

Hingga lima menit berlalu, Vino tidak mendengar pergerakan dari dalam. Tandanya perempuan tersebut belum bangun dari alam mimpinya. Bisa dikatakan bahwa percobaan pertama gagal.

Lalu Vino kembali mengetuk pintu dengan sedikit keras.

"Anna, bangun!"

Vino dibuat tercengang dengan apa yang terjadi sekarang. Perempuan itu benar-benar tidak bangun sama sekali. Percobaan kedua gagal lagi.

"Wahh, kebo ternyata dia," gumamnya sambil menggelengkan kepala.

Ketika akan mengetuk pintu untuk percobaan ketiga, Bi Ijah datang dari bawah sambil membawa baju dan menghampiri Vino yang diam saja.

"Mau bangunin Non Anna, Den?" tanya beliau sedikit menahan tawa. Yang ditanya kemudian menoleh sambil menjawab dengan anggukan kepala. "Bilang aja kalau teman-temannya datang. Pasti Non Anna akan bangun."

"Gitu ya, Bi?" Sejenak Vino berpikir sambil membayangkan apa rencana tersebut akan berhasil atau tidak. "Yaudah, aku coba."

Kemudian, Bi Ijah pamit untuk masuk ke dalam kamar pojok. Vino kembali menghadap pintu berwarna putih tersebut. Perlahan, tangannya terulur dan mulai mengetuk pintu.

"Anna, temen lo datang."

Sembari menunggu perempuan itu bangun, Vino menghitung mundur dari dalam hatinya. Tepat pada hitungan pertama, pintu tersebut terbuka. Menampilkan wajah seorang perempuan khas bangun tidur dengan baju piyama kebesarannya dan mata merah karena paksaan bangun.

"Mana?! Mana?!"

****

Ada rasa kesal saat melihat kenyataan bahwa tidak ada teman-temannya. Sedangkan Vino berteriak senang di dalam hati karena saran dari Bi Ijah berhasil seratus persen.

Anna menatap Vino dengan mata memincing. "Mana teman-teman gue?"

Vino maju satu langkan untuk mendekat ke arah perempuan itu. Lalu Vino menjawab dengan entengnya kalau teman-temannya tidak ada.

Sontak saja Anna diam dengan pandangan mata jatuh ke arah Vino. "Lo cari gara-gara sama gue?"

"Nggak, sih." Vino melipat kedua tangan di depan dada sambil membalas tatapan tersebut. "Habisnya... lo dibangunin susah. Kayak kebo."

"Apa?!" pekik Anna dengan mata menyala seperti api.

Belum sampai Vino membuka mulut, tiba-tiba Anna menarik rambutnya. Kesabaran yang ada di diri Anna untuk Vino telah habis seketika.

Vino sedikit merintih kesakitan sembari menarik tangan Anna pelan dari rambutnya. Sudah banyak cara dia lakukan. Tetapi tangan Anna tetap saja tidak mau menyingkir.

Guna menyingkirkan tangan Anna, Vino memutuskan untuk berdiam diri dengan sedikit sabar menahan rasa sakit di kepalanya. Dia yakin, cara ini akan berhasil. Benar saja, tak berselang lama, Anna berhenti menarik rambut Vino.

"Kenapa sekarang lo diem aja?"

Anna dibuat bingung dengan perubahan Vino. Saat pertama Anna menarik rambutnya, dia melihat bahwa Vino merintih kesakitan. Tapi sekarang? Vino malah diam saja tanpa bereaksi maupun bereaksi apapun.

Tangan Vino terulur ke arah tangan Anna dan meletakkannya di samping kanan dan kiri badannya. Kemudian merapikan rambut sedemikian rupa sambil berkata, "udah?"

"Ha?"

Vino memajukan badannya dan mencondongkan wajahnya agar sejajar dengan wajah Anna. Dia mengatupkan mulut Anna dengan tersenyum tipis.

"Jalan, yuk?"

***

Sekarang, Anna dan Vino sudah berada di dalam mobil H-RV berwarna hitam. Kebetulan Anna sedang tidak ada jadwal untuk pergi dan Vino juga sedang bosan di rumah.

Di sepanjang perjalanan, Anna terus memainkan ponselnya. Berkirim pesan dengan teman-temannya yang kebetulan sedang pergi bersama. Ketika Anna akan mengetikkan suatu balasan untuk Levie, ponsel yang berada di tangannya tiba-tiba di ambil paksa oleh Vino.

Pandangan matanya otomatis mengikuti ke mana ponselnya akan di bawa. Ketika masuk ke dalam saku Vino, Anna seketika diam.

"Di jalan nggak boleh main hape."

"Tapi itu tadi..." Anna menunjuk ke arah ponselnya. "Gue lagi..."

Tanpa menoleh ke samping, jari telunjuk milik Vino tiba-tiba mendarat pada bibir mungil Anna. Membuat Anna seketika membeku di tempat dengan mata jatuh ke arah jari telunjuk Vino. Vino tidak sadar jika jarinya yang menempel pada bibir mungil Anna membuat semuanya menjadi tak karuan.

Menyadari tidak ada suara, Vino memutuskan untuk menoleh ke samping. Betapa kagetnya Vino ketika melihat ternyata jarinya masih menempel pada bibir mungil Anna. Dan lebih kagetnya lagi ketika dia melihat ekspresi Anna yang tak karuan. Sontak saja Vino segera menarik tangannya kembali.

"So -sorry," ucapnya berat dengan sedikit canggung. "Gue nggak bermaksud."

Anna seketika menghirup banyak oksigen untuk dihembuskan. Begitu seterusnya hingga detak jantungnya kembali netral.

"Lo tahan napas?"

"Nggak," elak Anna dengan tegas. "Orang gue lagi... lagi cari angin." Anna mengibaskan tangannya di depan wajah. "Iya, cari angin."

"Lo salting ya?"

"Salting?" Anna menoleh ke arah Vino yang sedang menyalakan radio. "Apaan tuh?"

Vino membalas tatapan Anna dengan senyum tipis. Mobil yang dia kemudikan berhenti karena lampu trafficlight berwarna merah. Dia mencondongkan sedikit badannya ke arah Anna sambil berucap pelan.

"Salah tingkah."

***

Setelah berputar-putar dan mencoba semua wahana di tempat wisata tersebut, mereka berhenti di sebuah cafe yang cukup dekat dengan tempat wisata. Mereka memilih salah satu tempat duduk untuk kemudian memesan dua Coffelatte.

Sambil menunggu pesanan datang, Anna meminta ponselnya yang masih berada di saku celana Vino. Dengan wajah memelas, Vino pun memberikan ponsel tersebut. Tidak tega juga melihat wajah indah itu berubah menjadi murung hanya karena ponsel.

Setelah mengucapkan terima kasih, Anna mulai membuka beberapa pesan dari teman-temannya. Dia pun mulai larut dan membalas pesan satu per satu. Saking sibuknya, Anna tidak sadar jika Vino sedang menatapnya.

Fellicia Anna Syakira yang dulu telah berubah menjadi seorang remaja. Walaupun sifatnya masih terlihat seperti anak-anak. Tetapi Vino merasakan bahwa ada perubahan di diri perempuan tersebut.

Tak berselang lama, pesanan mereka datang. Anna memilih untuk menyimpan ponselnya di dalam tas dan menarik pesannya agar dekat. Anna mulai menyeruput Coffelatte tersebut sambil memandangi dekorasi serta interior yang ada di cafe ini. Melihat banyaknya pengunjung yang datang membuktikan bahwa tempat ini nyaman untuk berkumpul atau sekedar duduk saja.

Terlintas di benaknya dengan tak sengaja bahwa suatu hari nanti, ia ingin memiliki sebuah tempat yang nyaman bagi semua orang. Entah itu cafe, resto, ataupun tempat sejenisnya. Dia juga ingin memastikan bahwa orang yang datang akan datang kembali. Dan orang yang sedih, akan keluar dengan bahagia.

Membayangkannya saja sudah membuat Anna tersenyum. Apalagi jika keinginannya dapat terwujud.

"Na." Panggilan dari Vino seketika membuat Anna mengalihkan pandangan ke arahnya. Menatap manik mata Vino dengan polosnya.

"Kenapa?" Yang di tanya malah menggelengkan kepala.

Ada jeda beberapa saat sebelum Vino kembali bersuara. "Habis ini mau kemana?" tanya Vino sambil menghabiskan minumannya.

Anna berpikir sejenak sebelum menjawab, "toko buku."

Vino kemudian mengangguk dan menggiring Anna keluar cafe. Mereka kembali menempuh perjalan selama tiga puluh menit hingga akhirnya sampailah di toko buku itu. Vino memarkirkan mobil dan turun bersama Anna.

Kemudian, mereka berjalan ke arah pintu masuk dan naik ke lantai atas dimana tempat buku dan novel berada.

Pernah suatu ketika, Vino bertanya kepada Anna. Apa alasan dia membaca novel? Kemudian Anna menjawab, "novel itu udah kayak teman gue sendiri. Dia yang nemenim gue waktu sendirian, waktu kesepian, waktu mood lagi jelek, waktu patah hati, dan waktu-waktu yang kadang nggak bisa di gantikan oleh orang."

Vino berjalan ke arah tempat duduk yang disediakan oleh toko buku tersebut. Dia lebih memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela agar dapat melihat pemandangan luar dari dalam gedung ini.

Karena merasa bosan, Vino memutuskan untuk mengeluarkan ponsel sembari membaca beberapa percakapan yang dilontarkan oleh sahabatnya. Ketika namanya disebut-sebut oleh mereka, barulah Vino muncul dan ikut nimbrung.

Ketika selesai berkirim pesan dengan teman-temannya, Vino kembali memasukkan ponsel tersebut. Dia melirik jam tangan yang dikenakan. Ternyata, dia sudah duduk sambil menunggu Anna selama dua jam. Hingga sekarang, Anna belum muncul di hadapannya. Ketika berniat akan menghampiri, Anna datang dengan membawa kantong kresek berisi 3 novel.

Vino kemudian bangkit dari duduknya dan menghampiri Anna. "Udah?"

Anna menganggukkan kepalanya. "Lama ya? Maaf," ucap Anna sembari memainkan kakinya.

"Nggak juga." Iyalah lama, pakai tanya lagi. Batin Vino.

"Ayo," ajak Vino sambil menarik tangan Anna tanpa permisi. Membuat Anna berjalan di belakangnya dengan jantung yang lagi-lagi berdetak. Ketika sampai di escalator pun, Anna masih saja di gandeng oleh Vino.

Hingga sampai parkiran, barulah Vino melepas tangan Anna. Sedang Anna masih saja mematung dengan tangan yang perlahan mulai berkeringat.

Melihat Anna yang masih saja berdiri membuat Vino mengerutkan dahi. Dia membuka kaca sambil berakta, "kenapa nggak masuk?"

Seketika Anna mengerjapkan matanya berkali-kali untuk mengembalikan kesadarannya yang hilang setengah. "Ini -ini mau masuk." Anna buru-buru membuka pintu dan masuk ke dalam mobil.

"Sabuk pengamannya jangan lupa."

Anna memasang sabuk pengaman dengan tangan bergetar. Vino yang melihatnya pun kembali bingung.

"Lo sakit?"

"Nggak." Elakan dari Anna membuat Vino menutup telinganya sembari memundurkan badan. Sedang Anna yang melihat hanya meringis sambil mengucap maaf.

"Udah, ayo jalan."

Anna berusaha untuk mengalihkan pandangan Vino terhadapnya. Kemudian mobil mulai melaju membelah jalan bersama kendaraan lain.

Di sepanjang perjalan pulang, baik Vino maupun Anna sama-sama diam dengan pikiran masing-masing. Anna yang berpikir tentang banyaknya hal yang membuat jantungnya berolahraga. Sedangkan Vino berpikir tentang sikap Anna yang berubah-ubah setiap saatnya.

Ketika mobil sampai di rumah. Anna berpamitan untuk masuk lebih dulu dan berlari masuk ke dalam kamar. Vino yang tengah mengunci pintu mobil pun hanya menggelengkan kepalanya ketika melihat Anna berlari kencang masuk ke dalam rumah.

"Aneh."

***

Tbc...

Продовжити читання

Вам також сподобається

Making Dirty Scandal Від Andhyrama

Детективи / Трилер

9.8M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
Figuran Menjadi Tunangan Protagonis Від SecretNim

Підліткова література

1.7M 123K 48
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
SAGARALUNA Від Syfa Acha

Підліткова література

3.4M 172K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
Monster Tyrant [END] Від Nursida122004

Підліткова література

1.5M 130K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...