Baper • Pcy

Per noviueo

214K 19.3K 2.4K

Short story About boyfriend and husband material of Park Chanyeol. How dare you? Private on some chapter beca... Més

1. Winter Kiss
2. Perfect to me
3. Get Well Soon
4. Forgive Me
5. little things
6. Sick
7. Shy
8. Huh?
9. I Will
10. I Like It
11. The Day
12. You're Mine
13. After Dinner ?
15. Happiness
16. The weird habit
17. Sweet lips
18. Milk
19. Damn you
20. Pervert
21. Me or Him
23. Cute
24. Home
25. Promise
26. Welcome Baby Park
27. Troury
28. Daddy, Don't go
29. Happiest
30. [1] Please, Don't Cry
30. [2] Please, Don't Cry
31. Too Late
Hallo!

22. I Got a Twins?

5.5K 607 124
Per noviueo

Malam ini kota Seoul di guyur hujan. Bunyi gemercik air di luar seolah memberi tahu bahwa hujan malam ini cukup deras. Seusai membersihkan diri, Chanyeol keluar kamar untuk mencari istrinya. Ini masih pukul 9 malam tapi keadaan rumah Shin sudah sepi. Sepertinya ayah dan ibu mertua Chanyeol sudah tidur.

Bibir Chanyeol membentuk sebuah senyuman tipis saat irisnya menangkap Eunsoo tengah menonton televisi di ruang tamu. Raut wajahnya serius, kedua kakinya ia luruskan di atas meja seperti sebuah jembatan, dan jangan lupakan ada banyak snack yang menemani Eunsoo disana. Bahkan ketika Chanyeol berjalan mendekat ke arah Eunsoo, wanita itu masih fokus menonton dengan serius.

Chanyeol mendudukan diri di samping Eunsoo sambil melingkarkan tangan di pinggang istrinya. "Dingin.."

Eunsoo menoleh sebentar melihat kepala Chanyeol bersandar di bahunya, lalu kembali menonton sambil memakan snack yang di pegangnya.

"Eunsoo.. dingin.." Chanyeol semakin melesakan diri pada Eunsoo.

"Sayang?"

"Hm?" Gumam Eunsoo sambil mengunyah. Chanyeol mengerucutkan bibir merasa di abaikan. Ia menegakan tubuh dan merebut makanan yang di pegang Eunsoo hingga wanita itu menoleh.

"Makanan apa ini?" Chanyeol membolak balik kemasan snack yang ia rebut dari tangan Eunsoo, membacanya dengan teliti, menjauhkan snack itu ketika Eunsoo hendak merebutnya kembali.

"Chanyeol kembalikan,"

"Tidak. Sudah cukup, Eunsoo. Kau sudah terlalu banyak makan ini. Ini tidak baik untuk bayi kita,"

Eunsoo menghela napas pelan. Baiklah, jika Chanyeol sudah bicara serius, maka tidak ada yang bisa Eunsoo lakukan selain menurut. Chanyeol meletakan snack itu di atas meja, menarik tubuh Eunsoo untuk bersandar di tubuhnya, lalu mencium puncak kepala Eunsoo. "Kau sudah meminum susu?"

Eunsoo mengangguk sambil memainkan jari-jari suaminya.

"Pintar"

"Chanyeol?"

"Hmm?"

"Jarimu besar-besar sekali. Tidak seperti punya Baekhyun."

"Baekhyun?"

Eunsoo mengangguk menatap suaminya. "Kau tahu? Jari-jari Baekhyun begitu lentik dan lucu, kenapa punya mu besar-besar?"

"Itu karena dia perempuan sedangkan aku laki-laki," jawab Chanyeol asal. "Baekhyun bahkan tidak punya abs seperti ku."

"Sombong sekali." Eunsoo memutar bola mata. Chanyeol tertawa kecil sambil kembali merangkul tubuh Eunsoo dengan sebelah tangannya. Sedangkan sebelah tangan lainnya ia tautkan dengan jemari milik Eunsoo.

"Jari punya mu juga kecil." Ucap Chanyeol. Eunsoo memilih diam saja fokus menonton televisi saat jemarinya di mainkan oleh Chanyeol.

"Kau tahu kenapa?"

Eunsoo menoleh. "Kenapa?"

"Karena aku menyayangimu, hehehehe."

Eunsoo menatap suaminya tanpa ekspresi ketika Chanyeol tengah tersenyum bodoh ke arahnya. Memamerkan giginya yang putih dan rapih serta lesung pipi yang tercetak di wajahnya. Tangan Eunsoo terulur mendorong kepala Chanyeol dengan jari telunjuknya. "Stupid."

Chanyeol tertawa renyah. "Ayo tidur, ini sudah malam. Kau dan dia harus segera- oh! Eunsoo dia bergerak," mata Chanyeol melebar ketika tangannya merasakan pergerakan di perut Eunsoo. Kemudian Chanyeol menempelkan telinganya di perut Eunsoo.

"Apa dia belum tidur?"

"Hmm,"

"Aigoo.. anak ayah kenapa belum tidur? Kau sedang bermain bola, hm?"

Eunsoo diam saja memperhatikan Chanyeol. Bibirnya membentuk lengkungan tipis, dadanya menghangat, tangan Eunsoo bergerak memainkan rambut Chanyeol.

"Tidak bergerak lagi, apa dia tidur, Eunsoo?"

"Kurasa begitu." Jawab Eunsoo. "Oh iya Chanyeol?"

"Hmm?"

"Aku gendut tidak?"

Untuk beberapa saat Chanyeol mengerjapkan matanya beberapa kali. Menatap Eunsoo dengan raut bingung. Tiba-tiba Chanyeol teringat ucapan Jongdae saat di kantor tadi yang memberitahukan ketika sang istri bertanya seperti itu, maka yang harus suami lakukan adalah pura-pura mati. Lalu, haruskah saat ini Chanyeol pura-pura mati ketika Eunsoo bertanya seperti itu?

"Chanyeol?"

"Ah iya kenapa?" Katanya tergagap.

"Aku gendut tidak?"

Oh astaga, Chanyeol rasa semua orang juga tau jika ibu hamil pasti tubuhnya berubah menjadi besar seiring tumbuhnya kehamilan. Di tambah lagi, Eunsoo akhir-akhir ini memang sering makan. Setelah berbicara dengan Jongdae, kenapa kalimat itu terdengar menyeramkan? Astaga.

Maka ketika Eunsoo masih menunggu Chanyeol menjawab, pria itu berdeham sebentar semoga ia tidak salah bicara. Karena tidak mungkin juga ia harus pura-pura mati.

"Eum... Eunsoo," Chanyeol bicara pelan dan hati-hati. "Tubuhmu memang berubah sedikit lebih besar."

"Jadi aku gendut atau tidak?"

Ya Tuhan, selamatkan aku. Chanyeol mengangguk ragu menatap Eunsoo yang tenang di tempatnya.

"Oh begitu ya?"

Chanyeol segera berucap kembali. "T-tapi kau tenang saja, meskipun tubuhmu membesar, kau tetap terlihat cantik di mataku, Eunsoo. Sungguh."

Eunsoo mengangguk-anggukan kepalanya kemudian Chanyeol menahan tangan istrinya ketika Eunsoo tiba-tiba beranjak dari duduknya. "Mau kemana?"

Eunsoo tersenyum. "Tunggu sebentar, aku tidak akan lama Sayang."

Chanyeol sedikit bernafas lega ketika Eunsoo berbicara seperti tadi. Maka selagi menunggu Eunsoo kembali, Chanyeol memilih menonton televisi. Tapi saat itu Chanyeol merasakan sesuatu menimpa kepalanya. Tidak terasa sakit karena benda yang menimpa kepalanya saat ini ialah sebuah bantal dan selimut.

"Itu,"

"Eunsoo? Untuk apa ini?" Tanya Chanyeol bingung.

"Tidur. Malam ini kau tidur di sofa."

"Apa?" Mata Chanyeol membulat. "Di sofa?"

Eunsoo mengangguk

"Sayang, tapi di sini dingin. Kau tidak kasihan padaku? Bagaimana kalau aku kedinginan?" Chanyeol mengerucutkan bibir.

"Aku membawakan selimut juga untukmu, jadi pakai itu supaya hangat, hm?"

"Kenapa tidak di kamar saja?"

Eunsoo menggeleng cepat. "Aku kan gendut, kasur kita tidak akan cukup,"

"Ta-"

"Ah iya satu lagi," sela Eunsoo cepat. "Selain itu aku tidak suka dengan rambutmu yang sekarang, kau tahu? Itu terlihat seperti jamur."

Bibir Chanyeol jatuh ke bawah mendengar penuturan Eunsoo. Dan saat Chanyeol beranjak dari posisinya untuk mengejar Eunsoo, wanita itu berbalik. "Jangan mengikuti ku, oke? Atau kau akan tidur di sofa selama sebulan."

Demi Tuhan, Chanyeol tidak bisa berkutik dan terus menggerutu kesal. Jongdae benar, harusnya ia memilih pura-pura mati saja tadi agar tidak berakhir seperti ini. Chanyeo lmemposisikan dirinya senyaman mungkin, menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut karena hujan di luar masih belum berhenti dan mulai terlelap. Ya, semoga badanmu baik-baik saja Chanyeol-ah.

"Chanyeol?"

"...."

"Chanyeol-ah?"

Chanyeol mengerjapkan matanya saat merasakan pipinya di tepuk pelan oleh seseorang.

"Ayah?" Ucap Chanyeol saat kesadarannya sudah terkumpul. Badannya terasa sakit dan pegal, tapi bukan itu masalahnya sekarang. Chanyeol bingung ketika melihat raut wajah ayah mertuanya begitu panik saat ini.

"Ayah, ada apa?"

"Cepat siapkan mobil. Eunsoo akan melahirkan,"

Eunsoo akan melahirkan.

Mata Chanyeol membola sempurna, dirinya panik bukan main dan langsung berdiri. Apalagi saat ibu mertuanya keluar dengan wajah tak kalah paniknya. Demi Tuhan, Chanyeol merasa takut saat ini.

"Chanyeol, cepat!" Seru nyonya Shin membuat Chanyeol mengerjap.

Singkatnya saat ini mereka sudah sampai di rumah sakit. Tuan dan Nyonya Shin, ayah dan ibu Chanyeol, bahkan ada Park Yoora yang saat ini datang.

"Tenanglah nak, Eunsoo pasti baik-baik saja." Ucap sang ibu menenangkan dirinya.

"Ibu, aku takut. Bagaimana bisa ini terjadi? Bahkan ini belum waktunya Eunsoo melahirkan, bu." Ucap Chanyeol frustasi

"Jangan panik. Kau harus memberi semangat istrimu yang sedang berjuang,hm?" Kali ini sang kakak -Park Yoora- bersuara. Mengusap pelan punggung adiknya supaya tenang.

"Iya tapi aku masih belum mengerti apa yang-"

"Dimana suami dari nyonya Eunsoo?" Seorang dokter keluar menginterupsi pembicaraan mereka. Chanyeol dengan cepat berjalan ke hadapan dokter.

"Saya. Saya suaminya, dok."

"Istri anda minta di temani. Mari ikut saya." Chanyeol mengikuti sang dokter yang masuk ke dalam ruang bersalin. Di sana Chanyeol melihat Eunsoo tengah terbaring kesakitan dengan peluh yang tercetak di kening istrinya. Chanyeol segera mendekat meraih tangan Eunsoo, menggenggamnya erat.

"Bertahanlah sayang," Chanyeol mendaratkan kecupan di pelipis Eunsoo. Wanita itu terus meringis seiring dengan cengkaraman yang terasa semakin kuat di tangan Chanyeol.

"Chanyeol.. aku takut,"

Demi Tuhan, Chanyeol tidak sanggup mendengar suara lemah istrinya. "Kau bisa, Eunsoo. Aku tau ini sakit, seandainya aku bisa menggantikan posisimu, aku bersedia. Tapi itu tidak mungkin. Jadi ku mohon bertahanlah. Kau bisa menggunakan rambutku, tanganku, seluruh badanku untuk melampiaskan rasa sakitmu. Bertahanlah demi aku. Demi anak kita, hm."

Sungguh, rasanya Eunsoo ingin tertawa melihat wajah panik suaminya yang terlihat lucu. Tapi rasa sakit di perutnya mengalahkan apapun sehingga Eunsoo hanya tersenyum dan mengangguk. "Aku akan berusaha melahirkan anak kita,"

Setelah itu yang Eunsoo rasakan, Chanyeol menghujami banyak kecupan di wajahnya. Mulai dari pelipis, kedua matanya, hidung, pipi, dan terakhir di bibirnya. Setelah itu dirinya mulai mengejan berusaha melahirkan anaknya, mengikuti interupsi sang dokter.

"Aaaakh" Chanyeol mengigit bibirnya saat tangan Eunsoo menjambak keras rambutnya. Ya Tuhan, Chanyeol merasa rambutnya akan botak setelah ini karena Eunsoo menarik dengan kuat. Tapi mungkin sakitnya belum seberapa dengan Eunsoo.

Nafas Eunsoo terengah-engah, keringatnya terus bercucuran dan sesekali Chanyeol menyekanya. Waktu seolah berjalan begitu lambat saat bayi itu tidak kunjung keluar.

"Cepatlah keluar nak," gumam Chanyeol. Pria itu kembali menyeka keringat Eunsoo, memberikan semangat bahwa Eunsoo pasti bisa. Dan setelah melewati masa sulit, detik itu Chanyeol tergugu ketika suara tangisan bayi mulai terdengar. Hatinya meletup-letup melihat bayinya penuh darah yang saat ini tengah di gendong oleh salah satu suster.

"Dokter! Sepertinya masih ada bayi yang belum keluar." Seru sang suster satu lagi.

"Ya Tuhan, apa aku memiliki anak kembar?" Gumam Chanyeol panik sambil menatap istrinya yang mulai mengatur napas

"Nyonya Eunsoo, apa anda masih kuat?"

Eunsoo mengangguk cepat ketika sang dokter bertanya.

"Eunsoo.. sayang.."

"Chanyeol.. sakit sekali!!"

Ya Tuhan, tidak bisakah sakitnya dikurangi? Chanyeol benar-benar tidak tega melihat istrinya yang kesakitan.

"Eunsoo, tarik saja rambutku saat kau merasa kesakitan. Bertahanlah sebentar lagi."

"Ya! Ini memang sangat sakit, bodoh!" Pekik Eunsoo di sela-sela ringisannya membuat beberapa suster terkikik melihat tingkah Chanyeol yang membawa tangan Eunsoo ke rambutnya. Lalu detik berikutnya Eunsoo menjambak kembali rambut Chanyeol sambil mengejan.

"Demi Tuhan, aku benci rambut kritingmu Park Chanyeol!"

Astaga, apa Eunsoo tidak bisa mengatakan yang lebih bagus dari itu?

Chanyeol memekik tertahan ketika kepalanya terasa sakit. Namun sekali lagi, itu tidak seberapa dengan rasa sakit Eunsoo saat ini. Chanyeol tidak tahu harus seperti apa. Ia menciumi tangan Eunsoo yang ia genggam berharap ini segera selesai. Seiring dengan cengkraman Eunsoo sedikit mengendur, saat itu juga Chanyeol mendengar suara tangisan bayi kembali.

"Eunsoo terima kasih," Chanyeol segera memeluk tubuh Eunsoo dan menghujami kecupan di wajah istrinya. Menyembunyikan air mata bahagianya yang tidak bisa ia deskripsikan. dengan sisa-sisa tenaga yang Eunsoo punya, tangan wanita itu terulur mengusap punggung suaminya.
"Anak kita kembar?"

Chanyeol mengangguk cepat. Ia menarik diri lalu menatap istrinya. "Istirahatlah, aku akan memberitahu yang lain."

Eunsoo memejamkan mata saat bibir Chanyeol terasa di pelipisnya. Tapi detik selanjutnya..

"Akhh,"

"Eunsoo ada apa?" Chanyeol kembali panik. "Dokter!"

"Perutku sakit." Eunsoo meringis dan saat itu dokter kembali memeriksa.

"Chanyeol.. sakit sekali."

"Dokter, apa yang terjadi?"

"Sepertinya istri anda akan melahirkan lagi."

"Apa?! Lagi?!"

"YA! Chanyeol! kau masukan berapa banyak di dalam?!"

***

"Sayang, hari ini aku akan pergi sebentar bersama kak Yoora. Jaga anak kita, hm?"

Chanyeol terlonjak kaget dari tidurnya. Ia memandangi istrinya yang saat ini sudah memakai pakaian rapih bersiap untuk pergi.

"Aku sudah menyiapkan sarapan. Jangan lupa mandikan mereka saat mereka bangun."

"Tapi-"

"Aku sudah terlambat," sela Eunsoo cepat sambil melirik jam di tangannya. "Aku pergi dulu, hm? Kak Yoora sudah menunggu."

Chanyeol mendesah pelan. "Eunsoo.."

"Tidak akan lama. Sudah ya," Eunsoo mendekat dan mengecup bibir Chanyeol, setelah itu ia mengacak pelan rambut suaminya. "Jaga mereka. Aku mencintaimu, sayang"

Chanyeol memandangi pintu kamar yang sudah tertutup kembali. Lalu kini pandangannya jatuh pada lima kotak box bayi di depannya.

Iya, Chanyeol memiliki 5 anak kembar.

Bahkan saat dirumah sakit, anaknya di gendong oleh Tuan dan Nyonya Shin, ayah ibunya serta Kak Yoora. Saat itu Chanyeol tidak tahu harus berkata apa dan sulit mendeskripsikan perasaannya. Tentu saja ia bahagia. Dan di balik rasa bahagianya itu Chanyeol masih belum percaya jika Eunsoo melahirkan 5 bayi kembar.

"Eunsoo, aku ingin membawa satu anakmu untuk Jinan." Gurau Park Yoora

"Bukan kah mereka sangat lucu? Aigoo..menggemaskan sekali," kali ini nyonya Park bersuara.

Sehun, Kai, Baekhyun, yang saat itu mengunjunginya pun merasa tidak percaya dengan Chanyeol. Mereka memang terkejut, tapi setelah itu mereka tertawa.

"Hey, bagaimana bisa kau memasukan sebanyak itu? Kau lepas control?" Bisik Baekhyun sambil memandangi kelima anak Chanyeol.

"Kau ini sangat subur rupanya. Berikan aku tipsnya, Hyung. Aku juga mau ehehe." Sehun terkikit geli

"Hyung, kau ingin membentuk tim sepakbola di keluargamu? Atau idol grup? Astaga keponakan ku lucu-lucu sekali." Kai mencubit pipi Sehun seolah pria itu bayi.

Chanyeol menghela napas pasrah dan segera turun dari kasur, berjalan mendekat ke arah kotak box bayinya. Memandangi ke lima anaknya yang saat ini masih tertidur lelap.

Baiklah, saatnya menjadi super daddy hari ini.

"Selamat pagi para jagoan ayah," ia membelai satu persatu pipi anaknya. "Bersikap tenanglah hari ini sampai ibu datang, hm? Ayah akan pergi mandi dulu dan menyiapkan susu. "

Baru beberapa Chanyeol melangkah menjauh, suara tangisan bayi mulai terdengar.

"Sttss jangan menangis, sayang.. kakak-kakak mu nanti bangun,"

Oh ayolah, Chanyeol. Bayi itu belum mengerti.

Chanyeol menepuk-nepuk pelan bokong bayinya agar tenang, tapi itu malah membuat sang bayi terusik dari tidur. Detik selanjutnya bayi itu menangis di susul oleh tangisan bayi lainnya.

"Cup cup sayang.. tenanglah. Kalian ingin susu? Baiklah akan ayah buatkan, tapi jangan menangis, hm?"

Ke lima bayi itu tidak berhenti menangis.

"Ayolah sayang, ayah mohon.."

Chanyeol frustasi. Kepalanya serasa ingin meledek ketika mereka tak kunjung diam selama 20 menit.

"Ya Tuhan, aku harus bagaimana?" Ia menggigit jari telunjuknya. "Eunsoo cepatlah pulang.. aku tidak bisa."

Satu bayi saja sudah pusing, sedangkan Chanyeol harus membuat diam kelima bayinya. Demi Tuhan, Chanyeol bisa gila jika setiap hari ia harus seperti ini.

"Tidaaaaakkk"

"Tidaaaaakkk"

Bugh.
Sebuah bantal mendarat di muka Chanyeol membuat pria itu membuka mata.

"Berisik. Kenapa berteriak?"

"Eun.. Eunsoo?" Chanyeol menatap istrinya dari atas sampai bawah dan..

Perut istrinya masih besar.

"Ada apa?"

"Eunsoo kau tidak melahirkan? Dimana anak kita? Kau sudah pulang?"

"Kau bicara apa? Aku tidak mengerti." Tanya Eunsoo bingung. "Kau sakit?"

Chanyeol menggeleng cepat dan segera memegang perut istrinya. Bahkan Chanyeol mendekatkan kepalanya untuk mendengar di dalam sana. Eunsoo diam saja memperhatikan tingkah Chanyeol.

"Dia masih ada di dalam?" Tanya Chanyeol dengan mata membulat. Eunsoo tersenyum gemas sambil mengangguk.

"Kau bermimpi apa?"

"Aku bermimpi kau melahirkan lima anak, Eunsoo. Lima!" Chanyeol menunjukan 5 jarinya ke hadapan Eunsoo dengan ekspresi horror. "Tapi syukurlah itu cuma mimpi. Aku tidak bisa membayangkannya, Eunsoo. Demi Tuhan"

Eunsoo terlihat antusias dengan mata berbinar. "Benarkah?"

Chanyeol mengangguk.

"Bukankah itu menggemaskan?"

"Tidak. Tidak sama sekali."

"Lalu bagaimana jika aku benar melahirkan 5 bayi kembar?"

"Akan aku berikan pada Baekhyun, Kai, Sehun dan Kak Yoora."

"YA! KAU PIKIR ANAK KITA, ANAK KUCING?"

"Iya Eunsoo aku mencintaimu"

----

Author's Note:

HAI! update-an yang mengganggu sekali ya? Hehe. Oke ini panjang dan alurnya mungkin cepet. Jadi maaf kalo membosankan wkwkw

Sebenernya ini lagi sedih karena viewers ngga sebanding sama votements padahal aku sering update. Siders aku banyak banget, maunya apasih? Kzl😣
Ngga deng bohong, yang penting kalian selalu happy baca cerita aku. Cielaah happy banget.

JANGAN LUPA FEEDBACK VOTE SAMA KOMENTARNYA YA, BIAR AKU SEMANGAT! AKU SAYANG KALIAN

XOXO

Continua llegint

You'll Also Like

235K 24.9K 27
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
69.3K 6.4K 74
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
707K 51.7K 37
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
410K 33.2K 58
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.