Kurang baik apalagi coba author update dalam sehari 2 kali
Vomentnya dikondisikan ya :')
🍁🍁🍁
Sabtu pagi Samudra sudah berada di dalam mobilnya, bersiap-siap pergi ke sekolah sebelum ia mengurungkan niatnya itu karena sesuatu.
Samudra mengernyitkan dahinya ketika ponselnya berbunyi. Ia semakin heran ketika ponselnya berbunyi karena chat dari Lalisa.
"PING!"
"Lalis kamu kok udah pegang hp? Istirahat."
"Jemput." Balasan singkat dari Lalisa itu malah membuatnya semakin heran.
"Maksudnya?"
"Jemput aku Sam, hari ini kan Sabtu. Sekolah." Samudra menaikkan sebelah alisnya.
"Kamu masih sakit kok mau sekolah?!" Kali ini giliran Lalisa yang menaikkan alisnya. Lha kok Samudra pake tanda seru segala?
"Aku udah mendingan Sam, gak mau tau pokoknya jemput."
"Tapi kamu kan masih sakit Lalis."
Read.
"Lalis?"
Read.
Samudra menghela nafasnya dalam, lalu memajukan mobilnya menuju rumah Lalisa.
🍃
Samudra masih menatap Lalisa yang baru masuk ke mobil itu dengan pandangan tajamnya.
"Kamu kan masih sakit Lalis, kenapa mau sekolah hmm? Kalo makin parah gimana sayang?" Lalisa mengalihkan perhatiannya kepada Samudra.
"Aku udah agak baikan kok. Gak usah lebay Sam." Ucap Lalisa sambil memeluk dirinya sendiri.
"Aku nggak lebay Lalis, ini kan buat kamu juga." Wajah Lalisa merengut kesal.
Samudra menghela nafasnya dalam, lalu ia mengelus puncak kepala Lalisa dengan pelan.
"Yaudah kamu sekolah tapi jangan jauh-jauh dari aku ya?" Lalisa hanya mengangguk lemah, tubuhnya masih lemas karena demam kemarin.
"Pake jaketnya." Lalisa menuruti perintah Samudra itu dengan patuh.
Ia lalu menatap ke luar jendela, merasa mengantuk karena efek obat lalu tertidur. Samudra yang melihat itu hanya tersenyum tipis.
🍁🍁🍁
Samudra menatap rintikan hujan dengan kesal, mereka sudah sampai di parkiran sekolah dan cuaca pagi itu tidak mendukung.
Diambilnya payung yang selalu ia sediakan di mobilnya, Samudra menatap Lalisa yang terlelap itu dengan pandangan tidak tega. Ia merasa ragu untuk membangunkan cewek itu atau tidak.
Apa lebih baik ia menunggu terlebih dahulu? Toh masih pukul setengah tujuh pagi.
Ketika Samudra sedang kebingungan Lalisa membuka matanya, melihat ke sekitar lalu mendesah pelan.
"Udah sampai ya Sam?" Samudra mengangguk.
"Kalo kamu masih ngantuk tidur aja lagi. Aku tungguin." Lalisa menggeleng.
Lalisa memeluk tasnya lalu menatap ke luar jendela.
"Jangan dulu keluar." Samudra turun dari mobil terlebih dahulu lalu membuka pintu mobil untuk Lalisa.
Ketika Lalisa turun buru-buru Samudra memeluknya dari samping dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya sendiri memegang payung agar mereka tidak kehujanan. Ralat, agar Lalisa tidak kehujanan. Payung yang dipegang Samudra berukuran kecil sehingga tidak bisa melindungi mereka berdua dengan sempurna.
Samudra mengabaikan rintikan hujan yang mengenai dirinya, dengan pelan ia berjalan menuntun Lalisa ke hall.
Saat sudah sampai Samudra melipat payungnya lalu menyimpan benda itu ke dalam sebuah wadah yang memang disediakan untuk penyimpanan payung di sekolah itu.
Semua pandangan siswa siswi disana tidak Samudra pedulikan, ia hanya fokus berjalan pelan-pelan bersama Lalisa.
"Samudra kok pelan banget jalannya? Aku kan kemarin cuma demam bukan patah tulang." Protes Lalisa sambil menatap Samudra dengan bibir yang mengerucut. Sial, ekspresi wajah Lalisa membuat laki-laki itu menjadi gugup.
"Aku cuma takut kamu kesandung terus jatuh." Balas Samudra dengan ketenangan luar biasa, padahal ia gugup bukan main.
Mila yang berdiri di selasar kelas 11 membulatkan matanya kaget ketika melihat Samudra yang datang dengan Lalisa.
"Lalisa kok sekolah?" Gumamnya pelan. Mereka mendekat lalu Samudra melepaskan pelukan setengahnya itu.
"Lo temennya Lalisa kan? Gue nitip Lalisa ya." Lalisa mendelik sebal.
"Aku bukan barang Sam, kok ditip-titipin kayak gitu." Samudra tertawa kecil.
"Jagain pacar gue ya." Samudra tersenyum tipis lalu pergi menaiki tangga yang menuju ke koridor kelas 12.
Mila hanya bisa melongo. Lalisa lalu memukul lengan Mila pelan.
"Ngalain lo bengong kayak gitu?" Tanya Lalisa heran.
"Samudra senyum sama gue Lis." Ucap Mila dengan gemas. Lalisa memandang temannya itu dengan pandangan tak suka.
"Samudra pacar gue neng." Mila mengalihkan perhatiannya karena ucapan Lalisa yang menurutnya agak sedikit luar biasa.
"Hah? Apaan tadi gue nggak denger?" Lalisa merutuki dirinya sendiri.
"Nggak gue nggak ngomong apa-apa." Mila tertawa keras.
"Jadi elo udah nerima Samudra sebagai pacar lo?" Mila berbicara dengan volume yang tinggi, sehingga perhatian beberapa siswa teralih kepada mereka.
Lalisa hanya memutar bola matanya malas lalu masuk ke ruang kelasnya.
"Cieee Lalisa. Woy si Lalisa udah sayang sama Samudra!"
"Berisik!"
🍁🍁🍁
Kepala Samudra terlihat mengintip di pintu kelas Lalisa ketika sudah sekitar 5 menit bel istirahat berbunyi.
Ia menatap Lalisa yang masih duduk menulis sesuatu di bukunya, Samudra masuk lalu duduk di samping Lalisa.
"Ke kantin yuk." Lalisa menatap kaget Samudra yang tiba-tiba ada disampingnya.
Mila, Rosa dan Jennie hanya menatap mereka tanpa bersuara.
"Masih nulis." Balas Lalisa singkat.
"Sama aku aja nulisnya biar cepet." Samudra merebut bolpoin dan buku Lalisa lalu melanjutkan pekerjaan Lalisa itu.
Teman-teman kelas Lalisa hanya tersenyum tidak jelas, sesekali menggoda mereka dengan pura-pura batuk.
Ketika Samudra selesai menulis Lalisa hanya memandang bukunya dengan takjub. Tulisan Samudra benar-benar rapi, bahkan lebih rapi dari tulisannya yang memang lebih mirip tulisan dokter.
"Ayo." Samudra menggenggam tangan Lalisa lalu berjalan pergi menuju kantin.
🍃
Lalisa memasang wajah kesal. Ditatapnya Samudra dengan pandangan memelas.
"Sam boleh ya?" Samudra menggeleng dengan tegas.
"Nggak. Kamu baru sembuh walaupun masih lemes kayak gini mau pesen seblak pedes? Nggak."
"Pesen seblak salah, yang tadi juga salah."
"Kamu pesen rujak Bi Lilis ya iyalah aku tolak. Kamu kok pesennya yang pedas semua?"
"Tapi kan pengen Sam."
"Nggak ya nggak." Lalisa mendengus.
"Lebay."
"Terus aku makan apa? Mangkok? Kalo gitu ngapain kamu ajak aku kesini?" Sambung Lalisa kesal.
"Kamu makan buah aja ya?" Lalisa menggeleng.
"Kamu suka pir hijau kan? Mau?" Lalisa meneguk ludahnya, ia lemah jika berurusan dengan buah kesukaannya itu.
"Kamu diem berarti iya." Samudra melambaikan tangannya kepada penjual salad.
"Pir hijau." Samudra menatap Lalisa kembali lalu menggenggam tangan cewek itu.
"Samudra apa-apaan sih?"
"Kamu kenapa maksa sekolah?"
"Hah?"
"Kamu kenapa maksa sekolah?" Ulang Samudra dengan pelan.
"Nanti kan ketinggalan pelajaran Sam, lagian kata Jennie klub dance mau rapat."
"Tapi kalo nanti minta info dari temen kamu kan bisa? Harusnya puas-puasin istirahat dulu. Nanti pasti aku temenin kok." Lalisa menaikkan alisnya.
"Apaan sih Sam?"
"Nanti kamu bisa liat badan aku lagi kok, kemarin kan muka kamu merah pas aku shirtless. Lirik-lirik perut aku lagi." Ucap Samudra dengan senyum jahil yang tercetak di wajah tampannya. Lalisa merasa pipinya memanas, ia jadi membayangkan apa yang ia lihat kemarin.
"Iya kan kamu suka liat badan aku?"
"Samudra ih!" Dipukulnya cowok itu dengan kesal. Sedangkan Samudra hanya tertawa renyah.
"Kamu bisa liat yang lain kok. Liat yang bawahnya juga boleh." Lalisa membulatkan matanya mendengar perkataan ambigu Samudra, apalagi cowok itu berkata dengan mulut menyeringai.
"SAMUDRA!!!"
🍁🍁🍁
Jangan lupa tinggalkan jejak guys^^
Jangan jadi silent readers ya^^