πŸ‹ ARSENSHA (END) πŸ‹

By elaabdullaah

1.7M 91.9K 2.6K

My Possessive Boyfriend #1 Karena menolong seorang pria yang terluka, Sensha terjebak dalam hubungan yang rum... More

Arshensa 1 - Ulah Arvin
Arsensha 2 - Terima Kasih Arvin
Arsensha 3 - Bunda
Arsensha 4 - Kedatangan Arvin
Arsensha 5 - Perdebatan
Arsensha 6 - Arvin Marah?
Arsensha 7 - Arvin Manja
Arsensha 8 - Si Bunglon
Arsensha 9 - Tante Audy vs Arvin
Arsensha 10 - Childish
Arsensha 11 - Aksi Ngambek
Arsensha 12 - Jogging
Arsensha 13 - Emosi Yang Kembali
Arsensha 14 - Aku Sayang Kamu
Arsensha 15 -Tetangga Baru
Arsensha 16 - Masalah Lagi?
Arsensha 17 - Ketahuan?
Arsensha 18 - Flashback
Arsensha 19 - Kesepakatan Bersama
Arsensha 20 - Apakah Berakhir?
Arsensha 21 - Ancaman
Arsensha 22 - Beruntung?
Arsensha 23 - Rey dan Anggi
Arsensha 24 - Rey yang Aneh
Arsensha 25 - Cemburu Terus
Arsensha 26 - Penculikkan
Arsensha 28 - Perasaan Sensha
Arsensha 29 - Penyesalan Sensha
Arsensha 30 - Kelelahan Sensha
Arsensha 31 - Pikiran yang Mengganggu
Arsensha 32 - Kita Sama?
Arsensha 33 - Yippie!
Arsensha 34 - Kelakuan Kurcaci - END
OPEN PO SHALNA SASIKIRANA

Arsensha 27 - Ada Apa Dengan Arvin?

29.3K 1.9K 129
By elaabdullaah

haiiii. ciye

sini, aku temenin, aku kasih part Arvin aja nih buat nemenin malam tahun baru kalian. wakakak.😂

BTW, part 26 private ya...

***

Part 27

Satu hal yang aku takutkan sekarang, bagaimana menghadapi Tante Audy jika dirinya melihat keadaan Arvin seperti sekarang?

"Sensha, jangan tinggalin aku. Aku cinta banget sama kamu," kata Arvin yang semakin kacau.

Aku bahkan tidak pernah melihat Arvin sekacau ini. Apa karena berakhirnya hubungan kami yang membuat dia seperti ini?

"Kita masih lama ya sampai di rumah Arvin?" tanyaku.

"Ini udah mau sampai," kata Shadam.

Setelah itu aku masih terpaku pada Arvin yang terus mengigau. Banyak sekali kata-kata yang ia keluarkan.

Aku merasa semakin bersalah. Tapi ini semua juga karena Arvin. Andai saja dia tidak menuduhku sembarangan, mungkin saja sekarang hubungan kami masih baik-baik.

Sekarang kami sudah sampai di depan rumah Arvin. Shadam dan Pandu lebih dulu turun untuk membantu Arvin keluar dari mobil. Tidak mungkin jika aku sendirian yang memapah Arvin ke dalam rumah.

Sumpah, Arvin itu berat banget. Tapi kenapa dia selalu mengataiku seperti buntelan beras? Kalau gitu, dia adalah buntelan padi. Hahaha.

"Lepas!" Arvin langsung menepis tangan Shadam dan Pandu yang hendak membantu Arvin.

Kenapa sih dia? Kalau Arvin menolak dibantu oleh Shadam dan Pandu, lalu siapa yang akan membantuku memapahnya? Harus sendirian gitu? Ish.

"Arvin, biarin Shadam sama Pandu memapahmu," kataku.

"Nggak! Aku nggak mau sama mereka. Aku cuma mau sama kamu. Mau kamu. Titik. Pokoknya mau sama kamu aja."

Oke, bye! Ini aku harus sendirian banget? Jahat.

"Tapi aku nggak kuat."

"Pokoknya aku mau kamu. Kamu!" Arvin masih bersikeras untuk memintaku saja yang memapahnya.

Aku hanya membuang napas kesal karena sikapnya yang masih kekanakan. Apa dia tidak sadar diri kalau dia itu berat banget. Masa harus aku sendirian?

Ya udahlah, daripada dia berbuat yang macam-macam lagi, mending kuturuti saja keinginannya.

Aku memberi kode kepada Shadam dan Pandu agar mereka berjalan di belakang kami. Supaya mereka siap siaga kalau nanti aku nggak kuat memapah Arvin.

Tapi ... entah ini kebetulan atau Arvin yang ingin mengambil kesempatan. Bisa-bisanya saat aku memapahnya, dia malah memelukku. Sial!

"Arvin!"

Kudengar suara Tante Audy dari pintu. Mungkin suara mobil Shadam tadi yang membuat Tante Audy sadar jika ada tamu.

Terlihat jelas wajah khawatir Tante Audy saat meliha Arvin dalam keadaan seperti ini.

"Kamu kenapa, Nak?"

Tante Audy mendatangi kami dan langsung menangkup wajah Arvin. aku semakin tidak tega jika melihat Tante Audy seperti ini.

Apakah Tante Audy akan marah padaku karena sudah membuat Arvin menjadi seperti ini?

"Tante, lebih baik kita bawa Arvin ke kamarnya dulu," ujarku mengingatkan Tante Audy bahwa aku sudah tidak sanggup lagi untuk memapah Arvin. Aku ingin cepat-cepat sampai di kamar Arvin. Rasanya berat sekali.

Tante Audy akhirnya sadar kalau aku sudah kelelahan. Dan lebih sialnya, Arvin sama sekali tdak mengizinkan siapapun untuk memapahnya, termasuk Tante Audy.

"Tante, nanti Sensha bakalan jelasin semuanya. Sekarang kita antar Arvin ke kamarnya dulu," ucapku.

Lihat saja nanti kalau Arvin sadar, akan kuingatkan dia jika sedang mabuk seperti ini jangan memintaku untuk memapahnya. Lagipula, aku tidak pernah tahu jika Arvin pernah mabuk. Karena sejak berpacaran denganku, dia tidak pernah sama sekali memegang minuan beralkohol itu.

Aku membaringkan Arvin di kasurnya. Untung saja ia masih tidur. Dan sekarang tugasku adalah menejlaskan semuanya pada Tante Audy. Cepat atau lambat aku memang harus menjelaskan semuanya. Bagaimana pun hubunganku dengan Arvin bukanlah sepasang kekasih lagi.

Ditambah lagi dengen kekepoannya Shadam dan Pandu. Sudah pasti mereka juga meminta penjelasan dariku. Ribet amat sih.

"Tante tunggu di bawah, kamu tenangin Arvin dulu." Setelah Tante Audy, Shadam dan Pandu meninggalkan kamar Arvin.

Mungkin mereka tahu jika aku harus menyelesaikan semua masalahku dengan Arvin. Padahal Arvin masih dalam keadaan mabuk.

Karena menurutku sudah tidaka ada hal lagi yang ingin dibicarakan padanya, aku langsung pergi dari kamar Arvin. Tapi ternyata Arvin langsung menarik tanganku.

"Jangan pergi," katanya.

"Arv, aku harus pulang. Aku juga udah telat kuliah," ujarku. Aku semakin dibuat sebal karena sikapnya. Aku sudah diculik oleh kedua sahabatnya, lalu diajak untuk menjemput Arvin yang masih dalam keadaan mabuk. Lalu dia memintaku untuk tetap di sampingnya.

Selama ini aku selalu di samping Arvin, tapi dia selalu saja curiga kepadaku.

"Aku nggak mau kita putus. Aku sayang sama kamu. Hidupku sepi kalau nggak ada kamu, Sha. Kumohon jangan tinggalin aku, aku mau sama kamu. Aku nggak bakal rela kalau kamu diambil orang lain. Aku nggak suka kalau kamu terlalu dekat sama Rey. Aku cemburu, Sha. Aku cemburu!"

Sekarang aku harus gimana? Aku memang masih mencintai Arvin, tapi aku tetap saja tidak bisa hidup di bawah perintah Arvin yang selalu posesif kepadaku.

"Aku mau pulang, Arv. Kamu istirahat aja," ujarku. Mungkin Arvin makin eksal denganku karena tidak menanggapi ucapannya. Karena kurasa sudah tidaka ada lagi yang bisa diperbaiki, kecuali sikap berlebihan dari Arvin.

"Nggak! Aku nggak mau istirahat. Aku nggak mau makan. Aku cuma mau kamu ada di sampingku. Aku nggak mau kamu pergi."

"Arv, sudahlah. Hubungan kita akan tetap berakhir jika kamu terus seperti ini."

Kenapasih Arvin tidak mau mengerti? Untuk apa memperbaiki hubungan yang sudah rusak. Bahkan Arvin saja tidak memiliki kepercayaan kepadaku. Selalu saja menuduh, selalu saja mengawasiku, selalu saja mengaturku.

"Kamu menolak untuk bertunangan denganku, aku masih bisa terima, Sha. Tapi aku nggak akan membiarkan kita tetap putus. Aku nggak mau putus! Nggak mau!"

"Kamu masih kekanakan. Harusnya kamu tahu alasan kenapa kita putus."

Aku dan Arvin sama-sama keras kepala. Kami masih tetap teguh pada pendirian kami.

"Asal kamu tahu. Aku bahkan sudah menyediakan rumah untuk kita nanti kalau kita menikah. Aku bahkan sudah mulai belajar sama Papa untuk memimpin perusahaan. Aku juga sudah survey gedung pertunangan kita. Aku sudah menyiapkan semuanya untuk kamu. Kenapa kamu masih saja menolakku? Aku kurang apa?"

Apa yang baru dikatakan Arvin tadi? Dia sudah menyiapkan semuanya? Bahkan aku saja tidak tahu. Apa ayah dan bunda juga mengetahui semuanya? Karena selama ini mereka selalu mendesakku untuk bertunangan dengan Arvin.

"Kita bicarakan ini lagi kalau kamu sudah sadar. Kamu masih berada di bawah pengaruh alkohol."

Setelah itu aku melepaskan tangan Arvin. Belum sampai aku berbalik badan, tba-tiba saja Arvin muntah. Kenapa sih setiap orang mabuk selalu berakhir dengan diri mereka yang muntah?

Karena aku merasa bersalah padanya, bagaimana pun dia seperti ini aku yang meminta putus darinya, akhirnya aku melepaskan pakaian Arvin. Setidaknya aku meninggalkan Arvin dalam keadaan bersih.

"Kamu nih, ya. Tunggu sebentar aku ambilin baju kamu dulu," ujarku. Aku langsung menuju lemari pakaian Arvin. Batapa kagetnya aku saat melihat isi lemari Arvin. Banyak sekali fotoku tertempel di pintu lemari. Foto dengan berbagai gaya, foto dengan berbagai ekspresi wajah yang tak terduga, dan foto dengan tempat di mana aku dan Arvin menghabiskan waktu.

Aku semakin bersalah padanya. Aku cinta sama Arvin, tapi aku tetap ingn dia mengubah sikapnya.

Ada tulisan tertempel di bagian atas dari foto itu.

Selalu sayang kamu, buntelan berasku. Sensha-ku yang gembul dan bulat-bulat menggemaskan.

Entah kenapa aku malah tersenyum melihat tulisan itu. Sejujurnya aku merindukan Arvin yang bersikap manis dan romantis kepadaku.

Tidak ... tidak. Apa yang kamu piikirin, Sha. Jangan sampai kamu luluh lagi.

Aku tidak boleh terlihat lemah seperti ini. Aku harus bisa membuat Arvin menyadari kesalahannya.

Aku langsung mengambil kaos polo milik Arvi, lalu aku menggantikan pakaian Arvin. sementara pakaian kotor Arvin tadi langsung aku rendam di kamar mandi.

"Jangan pergi," katanya lagi. Karena posisiku yang ingin memakaikan baju, Arvin langsung mengambil kesempatan untuk memelukku.

Arvin semakin erat memelukku. Kepalanya menyusup di leherku, ada rasa geli di sana. Aku terus meronta agar Arvin melepaskan pelukannya. Tapi kurasa semuanya sia-sia. Arvin sepertinya tidak sama sekali berniat untuk melepaskanku.

"Arv, lepas!" Aku terus mendorong tubuh Arvin. Akhirnya aku bisa terlepas juga dari Arvin. Aku kesal dengannya yang selalu saja mengambil kesempatan. Untuk apa sih dia bersikap seperti itu? justru dengan dia yang seperti itu, aku semakin enggan untuk berbaikkan dengannya. Dia selalu saja bersikap kekanakkan.

Aku langsung pergi meninggalkan Arvin. terserah dia mau melakukan apa. Yang jelas tugasku sekarang adalah menjelaskan semuanya pada Tante Audy.

Saat aku sudah sampai di ruang tamu, di sana aku hanya melihat Tante Audy. Ke mana perginya Shadam dan Pandu?

"Shadam dan Pandu sudah pamit tadi, katanya mereka juga ingin megambil motormu yang sengaja ditinggal di jalan."

Sepertinya Tante Audy tahu jika aku mencari Shadam dan Pandu.

Oh, no! Motorku! Aku hampir saja lupa dengan motorku. Untung saja mereka berdua mau tanggung jawab untuk mengambil motorku. Awas saja kalau hilang, mereka yang akan menanggung gantinya.

"Tante sudah tahu yang sebenarnya. Tante cuma mau tanya sama kamu, apa benar kalian putus? Setidaknya Tante ingin mendengarnya langsung dari kamu, Sha," kata Tante Audy. Aku semakin tidak tega dengan Tante Audy. Tante Audy dan bunda itu sama saja. Mereka tidak rela jika aku dan Arvin berpisah.

Seperti tidak tahu ibu-ibu arisan saja. Tante Audy dan bunda sudah menceritakan hubunganku dan Arvi kepada teman-teman arisan. Betapa mereka senang jika kami menikah dan mereka menjadi besan.

"Semuanya benar, Tan," jawabku.

"Tapi kenapa kalian putus?" tanya Tante Audy. Aku tahu pasti Tante Audy masih tidak rela. Tapi mau seperti apalagi?

"Tan, Arvin bahkan sudah berlebihan sama Sensha. Kemarin Arvin menuduh Sensha selingkuh sama Rey, teman Sensha. Padahal kamu tidak ada apa-apa. Rey memang membantu Sensha untuk membeli buku, tapi di sana juga ada Anggi. Karena Anggi dan Sensha arah rumahnya berbeda, jadinya Sensha terpaksa pulang bareng Rey. Dan saat itu tanpa sengaja Arvin melihatnya, Tan. Arvin langsung saja menuduh Sensha seperti itu, awalnya Sensha masih bisa mewajari, tapi lama-kelamaan Arvin semakin keterlaluan." Aku menjelaskan semua kronologi kejadian kami kemarin. Aku tidak mau dianggap asal memutuskan Arvin tanpa alasan.

"Tapi dia seperti itu karena sayang sama kamu, dia nggak mau kehilangan kamu," kata Tante Audy.

Setelah itu aku masih berpikir kembali. apa keputusanku untuk mengakhiri semuanya itu benar? Aku aku salah dengan putus dari Arvin?

Tapi aku tetap tidak suka dengan sikap Arvin yang seperti ini.

"Maaf, Tan. Tapi Sensha tetap tidak bisa kembali dengan Arvin. Sensha pamit," ujarku.

Aku langsung mencium tangan Tante Audy, setidaknya walaupun aku dan Arvin sudah berpisah, tapi aku tetap menghargai Tante Audy sama seperti bunda. Aku melihat wajah kecewa ari Tante Audy. Mungkin raut wajah bunda juga sama seperti Tante Audy.

TBC

FYUH! UPDATE JUGAAAAK! 🙌🙌

ada yang suka part ini gak? atau kalian kurang puas?😫😫

Awas aja kalau kurang puas, please banget yaa. ini udah aku sempet-sempetin update loh buat kalian yang kangen sama Arvin. ^^

Btw, jangan komen aku php atau next next semacam itulah. Aku berasa ditodong tau gak? Hahahahhahaha.

Dan yaaah, aku tunggu harapan kalian untuk pasangan ini ya. See you. Bye👻👻

Continue Reading

You'll Also Like

546K 58.7K 37
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
648K 34.7K 75
The endβœ“ [ Jangan lupa follow sebelum membaca!!!! ] β€’β€’β€’ Cerita tentang seorang gadis bar-bar dan absurd yang dijodohkan oleh anak dari sahabat kedua...
484K 18.6K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
4.8M 365K 51
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...