Shoplifting Heart

By clumsykey

168K 15.9K 3.6K

|COMPLETED| Alvero Ragandra Ghiffari. Cowok yang dikenal sebagai biang onar SMA Garuda. Balapan, mengusili t... More

Prakata
1. Carrissa Agatha Renafa
2. Alvero Ragandra Ghiffari
3. Asap
4. Pink
5. Ulah Raga
6. Awal Malapetaka
7. Manis
8. Saturday Night
9. Bingung
10. Penolakan dan Kecewa
11. Bom!
12. Mood
13. Maaf
14. Raga's Family
15. Menunggu
16. Different Way
17. Lelah
18. Sweet Hope
20. Penasaran
21. Dilema
22. Déjà vu
23. Terbuka Satu Rahasia
24. With You
25. With You [2]
26. Beautiful Mistake
27. Penawaran
28. Kecewa
29. I Like You
30. Dating
CAST
31. Debaran
32. Penjelasan
33. Kecewa (2)
34. The Truth
35. Break Up
36. Kelulusan dan Akhir
37. I Love You
38. Kenangan
39. See You
40. Meet | Akhir Kata

19. The Reason

3.3K 318 33
By clumsykey

Sorry for typo.
🌻🌻🌻

Longlast.
-A

Dahi Rena mengerut. Longlast? Maksudnya longlast untuk hubungannya dengan Adnan? Dari mana pengirim surat ini tahu kabar resminya hubungan Adnan dengan Rena? Rena rasa, ia tidak ada memberi tahu siapa-siapa. Hanya dia dan Adnan saja yang baru tahu kabar ini.

Lantas, siapa sebenarnya pengirim surat ini? Apa benar tebakannya bahwa pengirim surat ini Adnan? Dahi Rena bertambah mengerut disertai dengan gelengan kepala.

Rena menghela napas, lalu menyimpan kertas kecil itu ke dalam saku seragamnya.

Lalu, kakinya melangkah keluar kelas menuju kelas Mala yang terletak di sebelah kelasnya setelah meletakan tas di atas meja.

Mata Rena menangkap Mala yang duduk melamun di bangkunya. Cewek itu menghela napas dan melangkah masuk ke dalam kelas Mala.

Kelas mereka sudah berganti menjadi kelas 12. Namun, perpindahan kelas belum diatur. Jadi, teman kelas maupun urutan kelas belum berganti.

"La," tegur Rena, menarik kursi di samping Mala ke belakang, memberinya celah agar ia bisa duduk.

Mala menoleh, namun ekspresinya masih sama. Rena menyentuh pundah cewek itu dengan sedikit meremasnya.

"Lo lagi ada masalah? Cerita sama gue, La." Mala menggeleng pelan, kemudian menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.

"Gue nggak papa, Na. Btw, lo udah jadian ya sama Adnan?" tanya Mala, kini ekspresinya berganti menjadi jahil.

Rena tersenyum kecil, mengangguk. "Lo tahu dari mana soal itu? Perasaan gue belum kasih tau lo," kata Rena sambil memperhatikan seisi kelas Mala yang sudah dipenuhi murid-murid lain.

"Snapgram Adnan kemarin. Gue nggak bodoh buat tahu tangan siapa yang dia genggam. Ditambah tanggal yang dia buat, udah ngejelasin. Longlast, Na. Gue harap Adnan serius sama lo," ujar Mala sambil tersenyum.

Rena mengangguk. "Iya, La. Gue juga berharap gitu. Kantin yuk? Keburu bel bunyi, gue pengen beli air putih." Rena bangkit, disusul Mala.

Lalu mereka berjalan beriringan menuju kantin.

♣️♣️♣️

"Agatha, bukannya saya sudah memberi kamu amanah untuk memberi pelajaran ke Alvero? Tapi mengapa nilainya masih saja ada yang di bawah KKM? Yang tuntas hanya pelajaran Bahasa Inggris, Jerman, Penjas, dan tiga pelajaran lainnya. Harusnya, dia sudah dapat memperbaiki nilainya." Bu Silvia menghela napas, keningnya mengerut lelah.

Rena menunduk, merasa bersalah karena tidak menepati janji dan menjalankan amanah yang sudah ia dapat.

"Maaf, Bu. Ini salah saya, saya janji Bu, setelah ini saya benar-benar membantu Raga untuk memperbaiki nilainya."

"Ya sudah. Kamu tahu sendirikan ini sudah kelas tiga, bukan waktunya untuk main-main. Ibu percayakan sama kamu, Agataha. Tolong, ya." Senyum Bu Silvia yang penuh harap tidak bisa membuat Rena mengelak.

Dengan senyum tipis dan anggukan kecil, Rena mengakhiri pembicaraan dengan kepala sekolah sebelum keluar dari ruangan kepala sekolah.

Alvero

temui gue pulang sekolah, penting 

Lalu Rena menyimpan ponselnya di saku seragam tanpa menunggu balasan dari Raga. Ia melangkah mendekati Adnan yang duduk sambil memainkan ponselnya.

"Nan, yuk," Adnan mendongak, tersenyum lalu mematikan ponselnya dan menyimpan di saku celana abu-abu yang ia pakai.

Keduanya berjalan bersisian menuju kelas. Rena tadi dipanggil menuju ruang kepala sekolah, dan Rena sudah bisa menebak apa yang akan dibahas di sana. Dengan keinginan sendiri, Adnan menemani dan menunggu Rena menemui kepala sekolah.

"Ada masalah apa? Cerita dong," ucap Adnan kepada Rena yang saat ini memusatkan pandangannya pada lapangan basket. Bukan, pandangannya terhenti pada satu titik.

"Na," Adnan memanggilnya, merasa tidak dihiraukan, Adnan mengikuti arah pandang Rena. Cowok itu menghela napas kasar, lalu menggenggam tangan Rena, membawa cewek itu berjalan kembali sekaligus menyadarkan Rena dari lamunannya tadi.

Rena mengerjap. "Eh, iya Nan, kenapa?" Cewek itu menggigit daging dalam bibirnya.

Adnan masih menggenggamnya saat sudah tiba di kelas. Cowok itu menarik kursi, menyuruh Rena duduk di sana. Lalu disusul olehnya yang duduk di hadapan cewek yang sudah resmi menjadi pacarnya kemarin.

"Nggak, Bu Silvia ngomong apa sama kamu?" tanya Adnan, melupakan kejadian kecil tadi.

Rena melirik ke arah genggaman tangan Adnan, dan tersenyum samar. "Bu Silvia minta aku supaya benar-benar mengajari Raga. Nilai dia sama sekali nggak berubah. Dan aku sudah diamanahi. Kamu nggak masalah kan dengan ini?"

Adnan mengalihkan pandangan, menghirup oksigen, lalu mengangguk bersamaan bola matanya yang kini menatap Rena teduh. "Nggak papa. Tapi kamu jangan terlalu dekat ya, aku cemburu." Adnan tersenyum jahil. Namun, kata itu jujur dari dalam hatinya.

Rena terkekeh geli. "Aku sudah punya kamu, Nan. Ngapain aku dekat dengan cowok lain lagi? Kamu saja sudah cukup kok."

Adnan hanya tersenyum.

  ♣️♣️♣️

Raga meneguk air mineralnya, membiarkan air segar itu mengalir mulus di tenggorokannya.

"Anak itu berduaan mulu, mentang-mentang udah jadian, nempel kayak perangko." Suara Leon mengintrupsi Raga. Cowok itu melempar botol kosong ke arah tong sampah, tidak masuk, dan Raga tidak mempermasalahkan itu. Biarkan saja.

Mata Raga memicing, menatap arah pandang Leon. Di sana, di sebrang lapangan, di koridor kelas 10, Adnan berjalan bersama Rena. Cowok itu mendengus.

"Gue udah feeling sih sama si Adnan, dia ada rasa sama cewek itu." Lalu, matanya bertabrakan dengan retina mata coklat Rena dari jarak yang cukup jauh. Raga mengangkat alisnya, cowok itu menyugar rambutnya yang basah akan keringat, lalu membuang pandangan dari Rena setelah cewek itu dibawa pergi oleh Adnan.

"Tapi lo mikir nggak sih Ga, kalo misalnya Adnan itu nembak Rena karena dia mirip Caca.  Kita tahu banget gimana Adnan pas Caca meninggal," ujar Leon membuat Raga termenung.

Caca. Satu nama yang tidak pernah ia dengar lagi. Satu nama yang sudah ia kubur dalam-dalam, kini kembali terdengar. Raga menghela napas panjang.

"Gue juga mikir gitu, Yon. Tapi gue sih nggak urus, itu masalah dia. Btw, gue tadi liat lo sama Gracia berangkat bareng, tumben lo nggak sama Mala?" tanya Raga sambil memegang bola basket. Ia duduk selonjoran di lapangan. Padahal bel masuk sudah berbunyi.

"Lagi pengen bareng Gracia. Lagian juga Mala sama Bayu kan? Gue lihat mereka tadi. So, fine-fine aja."

Raga mengangguk. "Masih jam kosong kan? Cabut yuk, gabut gue." Raga bangkit, mengambil tasnya sambil menggendong bola basket.

Leon menyetujui ide cowok itu. Mereka berdua berjalan menuju parkiran motor. Bersama-sama meninggalkan sekolah.

Bahkan, Raga sama sekali tidak mengetahui ada pesan masuk dari Rena yang memintanya untuk menemui cewek itu.

  ♣️♣️♣️♣️

Jangan lupa votes dan comments yaa!💙

Continue Reading

You'll Also Like

1.1K 322 32
Queenala selalu percaya kalau satu-satunya anggota keluarga yang bisa ia pilih adalah pasangannya. Nala masih berusia 18 tahun ketika memutuskan meny...
3.7K 511 70
━─━────༺༻────━─━ Johan dipindahtugaskan ke Desa Kamawu, yaitu sebuah desa terpencil di luar provinsi. Tidak sendiri, Johan pindah bersama dengan ked...
84.6K 1.2K 14
Penghargaan Watty adalah perayaan tahunan Wattpad untuk suara-suara yang berkesan, visioner, dan beragam yang dibagikan di Wattpad (serta untuk para...
1.5M 21.8K 22
[SUDAH DITERBITKAN TERSEDIA VERSI CETAK SEBAGIAN DI HAPUS] masih banyak typo,tulisan yang jelek dan masih banyak kekurangan lainnya. Natasha Alicia L...