Shoplifting Heart

By clumsykey

168K 15.9K 3.6K

|COMPLETED| Alvero Ragandra Ghiffari. Cowok yang dikenal sebagai biang onar SMA Garuda. Balapan, mengusili t... More

Prakata
1. Carrissa Agatha Renafa
2. Alvero Ragandra Ghiffari
3. Asap
4. Pink
5. Ulah Raga
6. Awal Malapetaka
7. Manis
8. Saturday Night
9. Bingung
10. Penolakan dan Kecewa
11. Bom!
12. Mood
13. Maaf
14. Raga's Family
15. Menunggu
17. Lelah
18. Sweet Hope
19. The Reason
20. Penasaran
21. Dilema
22. Déjà vu
23. Terbuka Satu Rahasia
24. With You
25. With You [2]
26. Beautiful Mistake
27. Penawaran
28. Kecewa
29. I Like You
30. Dating
CAST
31. Debaran
32. Penjelasan
33. Kecewa (2)
34. The Truth
35. Break Up
36. Kelulusan dan Akhir
37. I Love You
38. Kenangan
39. See You
40. Meet | Akhir Kata

16. Different Way

3.7K 378 70
By clumsykey

Cinta tak harus memiliki dan cinta bukanlah menguasai. Biarlah ku mencintai dengan caraku sendiri.

  🔥🔥🔥

Pelajaran olahraga telah dimulai sejak lima belas menit lalu. Materi penjaskes pada kesempatan kali ini adalah materi mengenai atletik. Pak Bintang telah bersiap di depan para murid yang berbaris untuk melakukan pemanasan.

"Leonard, kamu pimpin pemanasan!" Guru muda itu meniup peluit besinya, menunjuk Leon sebagai pemimpin pemanasan. Sambil berdecak malas, Leon maju ke depan barisan diiringi tawa Raga.

"Mampus lu, Yon! Goyang pinggulnya banyakin, Oy!" Raga terkekeh kecil, setelah menyerukan suaranya yang bervolume keras. Pak Bintang melotot, Raga hanya menyengir.

Lalu Leon memulai pemanasan yang berawal dari bagian kepala, tangan, badan, hingga sampai ke kaki. Setelah melakukan pemanasan, Pak Bintang kembali pada posisi di depan barisan menghadap murid. Leon sudah diisyaratkan untuk kembali ke barisan.

"Seperti yang kalian ketahui, materi kita kali ini adalah atletik. Atletik pasti sudah pernah dong kalian pelajari di SMP? Bahkan saat SMA kelas satu atau semester satu kemarin pernah belajar kan? Walau sedikit-sedikit. Nah, di sini, saya akan melanjutkan serta menuntaskan materi atletik kita."

"Atletik berciri khas yaitu harus berlari. Kemudian melompat, seperti melompat jauh, tinggi, galah, jangkit, melompat memiliki awalan lari dan tumpuannya hanya menggunakan satu kaki. Kemudian, kalian harus menghindari memperpanjang atau memperpendek jarak lari. Lalu, bertolak dari tumit dengan kecepatan yang tidak ditentukan."

Pak Bintang terus menjelaskan materi. Diselingi dengan contoh-contoh melakukan apa yang ia jelaskan. Beberapa murid paham, beberapa murid mengangguk saja, dan sisanya bodo amat.

   ♣️♣️♣️

"Lo kan punya asma La, mending lo gak usah deh ikutan. Entar gue bilangin tuh sama guru baru," kata Rena memberi nasihat pada Mala yang tetap ingin ngotot mengikuti pembelajaran olahraga.

Pak Bintang menyuruh untuk segera mempraktekkan apa yang telah ia jelaskan. Mala yang memang memiliki riwayat penyakit asma, jelas-jelas ditolak mentah-mentah oleh Rena untuk mengikuti pembelejaran lebih lanjut.

"Na, gue mau ikutan! Gue bawa kok obatnya, lo tenang aja deh." Mala tersenyum menenangkan.

Rena mengembuskan napas pelan, lalu mengangguk. "Oke. Tapi kalau lo capek, langsung bilang ke gue ya?"

Mala mengangguk semangat. Lalu berbaris di depan Rena sambil menunggu giliran untuk mencoba materi atletik kali ini, lompat jauh. Sebelumnya, murid harus berlari lebih dahulu lalu melompat sejauh yang ia bisa.

Mala merenggangkan kedua tangannya, lalu saat mendengar suara tiupan peluit, menandai bahwa dirinya yang berlari, Mala langsung berlari mendekati daerah lompatan.

Rena menatap punggung Mala dengan khawatir. Benar saja, hanya tinggal sedikit lagi, Mala tumbang di tengah-tengah pelariannya menuju daerah lompatan. Beberapa murid langsung mengerumuni Mala yang telah pingsan, tidak terkecuali Rena yang berdecak kesal. Mala, sudah diingatkan, masih saja membantah.

Rena mengedarkan pandangannya. Ia menemukan Leon yang sedang asik tertawa dengan cewek yang sudah sering Rena lihat jalan berdua bersama Leon tanpa Mala tahu. Rena menghampiri Leon dan cewek itu.

"Leon! Cewek lo pingsan dan lo malah asik-asikan ketawa sama cewek lain? Punya hati nggak sih lo?" Rena menatap Leon garang. Leon tersenyum miring, tanpa memperdulikan amarah Rena, Leon merangkul cewek di sampingnya itu.

"Lo tahu bodoh? Itulah sahabat lo. Dia punya penyakit kan? Kenapa masih mau? Terus, kalau dia pingsan, ada urusannya sama gue? Salah gue kalau dia pingsan? Suka-suka gue lah mau ketawa sama siapa, lo nggak berhak ngatur kehidupan orang. Mending lo urus aja sahabat lo itu," ujar Leon santai, lalu beranjak mengajak cewek di sebelahnya untuk segera meninggalkan Rena yang menampilkan raut wajah marah.

"The evil man, karma does exist, Leon," Rena membuang napas kasar lalu berlari kecil menuju ruang UKS.

   ♣️♣️♣️

"Kontrol ilernya, oi!"

Rena mengerjap, melebarkan matanya sambil menoleh ke samping. Ada Raga di sana, di depan pintu UKS, pantas aja. Rena menunjukan kepalan tangannya di udara kepada Raga.

Raga tertawa, lalu melangkah masuk ke dalam UKS. Duduk di kursi yang terletak di ujung ruangan. Sementara Rena kembali mengalihkan pandangannya, menatap Adnan yang saat ini duduk di kasur UKS sambil memberi minyak kayu putih di hidung Mala.

Rena sudah meminta Adnan agar dia saja yang melakukan itu, namun Adnan menolaknya. Katanya, 'Buat apa aku jadi ketua PMR kalau aku malah nyuruh orang lain buat sembuhin pasien aku?'

Maksudnya tuh gini, Adnan itu ketua PMR. Jadi, saat Rena meminta agar dia saja yang melakukan pekerjaan Adnan, Adnan menolak, alasannya itu memang sudah menjadi tugas ketua dan anggota PMR lain. Berhubung Rena bukan anggota PMR, Rena diam saja dan mengangguk saat Adnan berbicara seperti itu.

Mala mengerjapkan kedua matanya, perlahan-lahan membuka, lalu sedikit melenguh. Adnan langsung menjauhkan minyak kayu putih dari hidung Mala, menutup botol kecil tersebut.

"Udah agak baikan?" tanya Adnan setelah melihat kedua bola mata Mala terbuka dengan sempurna. Mendengar pertanyaan Adnan, Rena langsung mendekat, berdiri tepat di samping Adnan yang masih duduk di kasur UKS. Raga diam saja memperhatikan gerak-gerik tiga orang yang satu ruangan dengannya saat ini.

Mala mengangguk. Adnan tersenyum lalu bangkit, mengisyaratkan agar Rena yang menemani cewek yang baru saja sadar dari pingsannya.

"Na," panggil Adnan, Rena menoleh. "Aku keluar ya, aku rasa ada yang ingin kamu sampaikan ke Mala, nanti line aja ya kalo ada apa-apa," kata Adnan lalu menepuk puncak kepala Rena.

"Iya, Nan."

Lalu, Adnan keluar dari ruang UKS disusul dengan Raga.

Hanya tinggal Rena dan Mala yang berada di dalam UKS. Rena membuang napas kasar seraya memejamkan matanya. Kembali membuka, Rena menatap Mala yang tersenyum tipis ke arahnya.

"Masih mau pertahanin?" nada rendah yang Rena keluarkan jelas Mala tahu bahwa itu pertanda Rena sedang menahan marah.

Mala mengambil tangan Rena, lalu meremasnya pelan. "Na, gue sayang sama Leon, gue nggak peduli sikap dia sama gue kayak mana. Selama dia belum mutusin gue, gue nggak bakal berhenti Na bikin Leon berubah. Gue tahu, Leon juga sayang sama gue," Mala melirih, pundaknya melemah.

Rena kembali membuang napas kasar, ia menatap Mala dengan tatapan sendu. "La, sayang apasih dia ke lo itu? Nggak peduli saat lo kayak gini, suka selingkuh di depan lo, ingkar janji, itu yang lo sebut sayang? Lo tahu La, banyak cowok di dunia ini, dan lo masih mempertahankan cowok sejenis Leon? Lo cantik, banyak yang mau sama lo, tapi kenapa lo masih aja bertahan sama orang yang jelas-jelas mempermainkan perasaan lo?" ujar Rena lalu menarik napas dalam, dadanya sesak.

Mala merubah posisi, disandarkan punggungnya di dinding, matanya menatap lurus ke depan, cairan bening melapisi kedua bola mata jernih milik Mala. Setelah menarik napas dalam-dalam, Mala mengeluarkan suara.

"Karena lo belum merasakan bagaimana cinta yang sesungguhnya, Na. Lo nggak tahu, gimana suka duka mencintai seseorang. Ini duka gue, gue mencintai Leon dengan cara gue sendiri. Gue nggak mau mengekang dia, selama gue masih pacaran sama dia. Gue hanya pacarnya, bukan cewek sah Leon, jadi artinya gue nggak boleh terlalu mengekang Leon. Gue tahu Leon sayang sama gue, itu aja, gue ngga minta lebih, Na."

Rena menarik napas, lalu membuangnya kasar. Direngkuhnya tubuh Mala ke dalam pelukannya, lalu mengusap punggung sahabatnya itu. "Selama lo masih mau bertahan dengan pilihan lo, gue dukung lo La, lo jangan segan-segan ya buat ceritain keluh kesah lo sama gue," kata Rena dengan berbisik.

Mala tersenyum lemah, dan mengangguk kecil.

Di luar ruangan, Leon yang baru saja hendak masuk ke dalam UKS, memutuskan untuk memutar balik arah, tidak jadi masuk.

Leon memejamkan matanya, membukanya kembali seiring dengan hembusan napas panjangnya.

"Ini caraku La, kamu akan tahu gimana sayangnya aku sama kamu melalui cara yang menyakitkan ini," lirih Leon sambil meremas botol air mineral yang ia pegang.

    ♣️♣️♣️
Jangan lupa vomments ya!💗

Continue Reading

You'll Also Like

3.5M 167K 62
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
59.2K 6.1K 11
Spin off BUMI JOGJA "Aku bagai gulita di langit senja yang merona." Start: 28/12/2019 End: 19/09/2020
6.5K 894 26
Teruntuk dia di antara surat-surat mungil tak berbalas, bisakah aku merengkuh dengan sebenar-benarnya? Pun, teruntuk kamu yang telah sabar mencintai...
15.6K 221 11
PANDUAN SINGKAT UNTUK FEDERASI MAHASISWA