Shoplifting Heart

By clumsykey

168K 15.9K 3.6K

|COMPLETED| Alvero Ragandra Ghiffari. Cowok yang dikenal sebagai biang onar SMA Garuda. Balapan, mengusili t... More

Prakata
1. Carrissa Agatha Renafa
2. Alvero Ragandra Ghiffari
3. Asap
4. Pink
5. Ulah Raga
6. Awal Malapetaka
7. Manis
8. Saturday Night
9. Bingung
11. Bom!
12. Mood
13. Maaf
14. Raga's Family
15. Menunggu
16. Different Way
17. Lelah
18. Sweet Hope
19. The Reason
20. Penasaran
21. Dilema
22. Déjà vu
23. Terbuka Satu Rahasia
24. With You
25. With You [2]
26. Beautiful Mistake
27. Penawaran
28. Kecewa
29. I Like You
30. Dating
CAST
31. Debaran
32. Penjelasan
33. Kecewa (2)
34. The Truth
35. Break Up
36. Kelulusan dan Akhir
37. I Love You
38. Kenangan
39. See You
40. Meet | Akhir Kata

10. Penolakan dan Kecewa

4.2K 516 179
By clumsykey

Nggak semua yang dianggap baik di depan, di belakang juga baik. Terkadang, baik di depan, taunya nusuk di belakang.
🔥🔥🔥

Raga beranjak, melangkah menuju meja Rena. Cowok itu mengetuk kepala Rena dengan pena berwarna pink milik Rena yang terletak di atas meja. Beberapa murid lain tampak melirik Raga untuk mencari tahu apa yang akan cowok bandel itu lakukan nantinya. Termasuk Adnan. Cowok itu memutuskan untuk memerhatikan aksi Raga pada Rena dan memutuskan menghentikan pembicaraannya dengan Alicia.

Merasa ada yang mengganggu ketenangannya, Rena mendongak, wajahnya berubah kesal saat melihat Raga tersenyum, yang menurut Rena sangat menyebalkan.

"Ikut gue bentar." Tanpa menunggu jawaban, Raga segera menarik Rena keluar kelas meninggalkan beberapa teman sekelas lainnya yang menatap kepergian mereka dengan bingung. Adnan ingin mengikuti, namun lengannya ditahan oleh Alicia.

"Nan, nanti jadi kan?"

Adnan kembali duduk. Lalu cowok itu mengangguk dan tersenyum tipis.

Di koridor IPA, Raga masih menarik pergelangan Rena untuk mengikuti langkah panjang cowok itu. Rena berusaha meronta, namun lagi-lagi Raga dapat menahannya.

"Ga! Apaan sih!" Rena membentak. Ia sedikit meringis merasakan pergelangan tangannya yang sedikit sakit.

Ketika sampai di taman belakang sekolah, tempat di mana biasanya Raga mengistirahatkan tubuh, juga tempat di mana Raga memergoki Rena memanjat, dan tempat di mana panggilan menyebalkan dari Raga untuk Rena berasal.

Rena langsung menghempaskan kuat tangan Raga hingga pegangan itu terlepas. Pandangan Rena berubah tajam dan penuh amarah.

"Apasih maksud lo? Ganggu orang tau, nggak?!" Rena melotot kesal.

Raga berjalan menuju kursi panjang yang tersedia di taman bagian belakang sekolah tersebut. Ia duduk dengan satu kaki yang diangkat ke atas satu kaki lainnya. Cowok itu menyekap kedua tangan di depan dada dan menatap Rena tanpa ekspresi.

Mendengus, Rena kemudian melangkah mendekati Raga dan duduk di sebelah cowok itu. Agak sedikit jauh dari Raga, walaupun masih satu bangku.

"Lo suka Adnan?" tanya Raga seketika.

Rena membuang wajah sambil mendengus. "Bukan urusan lo!"

Raga tersenyum manis. Agak sinis. Ia melirik Rena dari ekor matanya. "Serius lo suka sama Adnan? Asal lo tau Na, Adnan itu cu--"

"--apaan sih lo?! Tau apa lo soal perasaan gue?! Tau apa lo soal Adnan?!" sela Rena dengan marah.

Raga terkekeh kecil. "Semua orang juga tau kalau lo suka dia. Adnan itu teman gue dari SD. Gue tau dia, jauh sebelum lo kenal sama Adnan. Gue kasih tau aja sama lo, sebaiknya lo jangan terlalu berharap sama Adnan, kalau ujung-ujungnya lo nggak mau sakit hati."

Rena melongos, cemberut.

"Udah, ah! Gue laper, mau ikut kantin nggak?" Raga beranjak, menunggu reaksi Rena.

Dengan malas, meski memang mau, karena perutnya lapar, Rena mengangguk mengikuti Raga yang sudah berjalan.

  ♣️♣️♣️

"Tumben lo akrab sama si Trouble," celetuk Mala.

Bel pulang sekolah telah berbunyi beberapa menit lalu. Banyak murid berlalu lalang melangkah di koridor menuju parkiran atau peprus dan lapangan. Ada yang memilih pulang, meminjam buku atau bahkan menghabiskan waktu berjam-jam di perpus sekolah, ataupun menjalani eskul yang diadakan hari senin ini.

Rena dan Mala memutuskan untuk menuju lapangan. Sebenarnya, ini keputusan Mala. Cewek dengan rambut pirang yang diikat dengan membiarkan poni sebatas alisnya bebas berhambur di depan kening.

Rena menoleh, lalu mengerutkan alis. "Akrab, apaan?"

Mala mengulum bibirnya. Ia menarik lengan Rena untuk duduk di bangku tepi lapangan yang teduh. Di lapangan, terdapat beberapa siswa yang mengambil eskul bakset berkumpul. Termasuk sang pacar cewek berambut pirang, Mala.

"Ya, biasanya lo sama dia macem Tom and Jerry. Kalau ketemu pasti berantem mulu yang ada. Tapi tadi tumben, sampai makan di kantin bareng lagi," ujar Mala, lalu melambaikan tangannya saat Leon melihat ke arah mereka.

Rena mencebik. "Emangnya nggak boleh? Cuma makan doang, lebay."

Mala terkekeh singkat. "Yadeh."

Lalu diam. Keduanya memusatkan pandangan pada sekumpulan siswa berpakaian khas olahraga basket memulai pemanasan. Pemandangan yang merusak iman. Suara sorak-sorakan dari para penggemar dan juga anggota cheers menggema di lapangan outdoor saat ini. Setelah pemanasan selesai, siswa-siswa yang mengikuti eskul basket memulai jam permainan mereka.

  ♣️♣️♣️

"Na, sori ya, gue lupa kalo ternyata pulang bareng Leon. Mau ngajak bareng, Leon bawa motor, Na. Sori banget," ucap Mala dengan wajah penuh rasa bersalah.

Rena berdecak malas. Ia beranjak berdiri di samping Mala. "Yaudah. Gue naik taksi aja," kata Rena sedikit kesal.

Mala menggaruk pipinya sejenak. Lalu pandangannya jatuh pada Adnan yang baru saja bangkit dari duduknya. "Nan!" panggil Mala membuat Adnan menoleh dan berjalan ke arahnya.

"Kenapa, La?"

Mala melirik Rena yang saat ini sedang melotot. Rena paham maksud Mala memanggil Adnan. Cewek itu berdecak kesal, pelan.

Mala melirik Rena. "Lo mau pulang kan?" Adnan mengangguk. "Gini, gue lupa kalo pulangnya bareng Leon. Gue maksa Rena buat ikut lihat kalian sore ini. So, gue bisa minta tolong sama lo buat anter Rena?"

Rena meringis kecil. Antara malu dan kesal. Dilihatnya Adnan yang terlihat salah tingkah dengan menggaruk rambut belakangnya. Bertepatan saat itu, Leon dan Raga datang menghampiri.

"Sayang, yuk!" ajak Leon pada Mala. Mala meminta waktu sebentar. Di sebelah Leon, Raga berdiri sambil menyekap kedua tangan di depan dada, menyaksikan pemandangan membosankan yang tertangkap kedua bola matanya.

"Duh, gimana ya La, Na. Gue ada janji nih. Nggak bisa nih, kayaknya." Adnan menjawab gugup.

Rena menundukan wajah. Rasanya agak gimana gitu saat tau Adnan menolak. Biasanya, cowok itu yang menawarkan. Harapan pulang bersama Adnan, sirna sudah.

Mala menghela napas pelan. "Nggak bisa ya? Emang ada janji apaan?"

Adnan diam. Semuanya diam. Lalu sebuah suara melengking membuat lima kepala menoleh.

"Nan, ayo! Udah sore nih. Entar filmnya keburu dimulai." Seorang gadis perawakan tinggi, kulit kuning langsat, rambut diikat kuncir kuda, berlari kecil menghampiri lima orang tersebut.

Adnan tersenyum kecut. Melirik Rena yang tampak membuang wajah. "Gue sama Alicia cabut dulu, ya! Sori banget. Maaf, Na." Adnan merasa sangat bersalah. Ia sudah janji dengan Alicia. Janji harus ditepati. Oleh karena itu, alasan Adnan menolak karena janji tersebut.

Setelah Adnan dan Alicia angkat kaki, Mala menoleh ke arah Rena. "Na, you okay?"

Rena tersenyum tipis dan mengangguk. "Fine. Really fine," ucapnya pelan.

Setelah menyaksikan 'pertunjukan' di depannya, Raga mulai angkat bicara sambil merangkul Rena yang ada di sebelahnya. "Udah, Rena bareng gue! Dah," lalu Raga menyeret cewek itu menjauh dari Leon dan Mala yang mengangkat bahu pasrah.

Raga membawa Rena menuju motor besarnya yang sudah kembali akibat diambil pasca kejadian balapan. "Udah gue bilang, hati-hati. Semua yang kelihatan baik di depan, gak selamanya baik. Diam-diam bisa nyakitin." Cowok tinggi itu memakai helm full face miliknya. Lalu menaiki motor dan menyalakan mesinnya.

"Naik. Gue lagi baik nih sama lo hari ini. Jangan geer." Rena yang sudah tidak sanggup lagi, dengan pasrah naik ke jok belakang motor Raga.

Tanpa diminta dan disuruh, Rena melingkarkan lengannya erat pada pinggang Raga. Menenggelamkan wajahnya di punggung cowok itu yang tidak berbalut jaket. Hanya dilapisi baju basket yang berkeringat. Rena tidak segera menjauhkan wajahnya, tidak merasa jijik, bagi Rena, keringat Raga saat ini harum. Entah mengapa, Rena menyukainya.

Hendak protes, Raga membatalkan niatnya saat mendengar isakan kecil. Cowok itu menghela napas pelan dan membiarkan perutnya yang tertekan lengan Rena yang melingkar erat di pinggangnya. Lalu, perlahan Raga mulai menjalankan motor besarnya keluar dari parkiran sekolah.

  ♣️♣️♣️
Sorry kalo ada typo.
jgn lupa vomments ya.

 

Continue Reading

You'll Also Like

5.4K 845 45
Ghia tidak pernah punya teman sepanjang dua belas tahun dia hidup. Sialnya, di Pulau yang Terasingkan tidak ada siapa pun yang sudi menjadikan Ghia s...
FANGIRL (END) By ila

Teen Fiction

20.4K 436 2
[Sedang direvisi] El menolak Diva karena merasa gadis itu tak sebanding dengan dirinya dalam segi prestasi. Maka, Diva berambisi untuk menjadi pintar...
5.1M 215K 52
On Going ❗ Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
3.5M 167K 62
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...