[2] Dear Mr CEO | ✔

By wheniwasdreamingg

641K 32.5K 1.1K

*Sequel to 'Dear Mr Nerd'* Apakah Hana akan berpendirian teguh pada hatinya yang lama atau sekarang? Ketika i... More

BAB 1 - Hana and Begin Again
BAB 2 - Hana and First Night
BAB 3 - Hana and Unexpected
BAB 4 - Hana and Shock
BAB 5 - Hana and Him
BAB 6 - Hana and Meet Again
BAB 8 - Hana and Annoyed
BAB 9 - Hana and Luck
BAB 10 - Hana and Surprise
BAB 11 - Hana and Complicated
BAB 12 - Hana and Curiosity
BAB 13 - Hana and New Job
BAB 14 - Hana and The Boss
BAB 15 - Hana and Infuriating Guy
BAB 16 - Hana and Trauma
BAB 17 - Hana and Different
BAB 18 - Hana and Madness
BAB 19 - Hana and Loser
BAB 20 - Hana and True Heart
BAB 21 - Hana and Rumour
BAB 22 - Hana and True Self
BAB 23 - Hana and Nightmare
BAB 24 - Hana and Sorry
BAB 25 - Hana and Invitation
BAB 26 - Hana and Date
BAB 27 - Hana and Kiss
BAB 28 - Hana and Misunderstanding
BAB 29 - Hana and Goodbye
BAB 30 - Hana and Hopeful
BAB 31 - Hana and Messages
BAB 32 - Hana and Lesson
BAB 33 - Hana and Now Here Us
BAB 34 - Hana and Three Words
BAB 35 - Hana and Revenge
BAB 36 - Hana and Crazy
BAB 37 - Hana and Apologize
BAB 38 - Hana and Dream
BAB 39 - Hana and Wishes
BAB 40 - Hana and Axel
BONUS
Side Story (His Little Girl)
PENGUMUMAN

BAB 7 - Hana and That xx

16.5K 886 13
By wheniwasdreamingg

******************************

Apa yang akan kau rasakan jika kau bertemu seseorang yang kau anggap sudah mati, muncul kembali di hadapanmu seolah tak terjadi apa-apa? Apa kau akan merasa senang, takut, sedih atau merasakan semuanya menjadi satu? Ya, itu yang Hana rasakan sekarang ini. 

But... something different about him.

Hana merasa dia bukan orang yang sama lagi seperti dulu, ia tak pernah melihat seseorang terlihat seperti tak bernyawa sepertinya, mungkin mati definisi yang sangat cocok untuknya. Zombie? Mungkin ucapan Fey ada benarnya.

"Hey, kamu mendengarku tidak?" tanyanya sambil mengibaskan tangannya ke depan wajah Hana.

Hana terkesiap dari lamunannya. "H-Huh?" Hana jadi gelagapan.

"Aku ulang sekali lagi, kamu siapanya Cole?"

Hana menaikkan kedua alisnya maksimal. "Umm, a-apa?" Kenapa nama Cole tiba-tiba dibawa?

"Kamu mendengarku, girlie."

"Dia bosku, kenapa kamu nanya begitu?" tanya Hana heran.

Dia mengerutkan keningnya. "Bos? Kamu yakin?"

Hana mengangguk pelan. "Ya."

Ia mengangguk pula dan kembali menggunakan kacamata hitamnya, ia lalu berbalik akan pergi tapi langkahnya dihentikkan oleh panggilan Hana, "Axel?"

Ia menghentikkan langkahnya tapi tidak berbalik ataupun menjawab.

Hana menarik napasnya dan menghembuskannya perlahan. "Umm, maafin aku." Akhirnya kata-kata yang ingin ia ucapkan sedari dulu keluar juga, yang rasanya sangat sulit diungkapkan dulu.

Setelah beberapa saat Hana mengucapakan kalimat tersebut, tiba-tiba terdengar suara tawa garing dari cowok ini seolah lontaran Hana tadi merupakan hal terlucu yang pernah didengar. Ia lalu berbalik menghadap Hana lagi dengan senyum samar.

"Maaf, perkataan kamu tadi sangat lucu. Hmm, aku harus ngomong apa ya? Aku rasa gak ada yang perlu diomongin lagi, ya kan?" ucapnya, tapi terdengar mencekam.

"Maksud kamu?"

Axel melipat tangannya, matanya memutar ke atas. "We were young, being in love and heartbroken. Aku rasa itu hal yang wajar, i mean that's life  gak ada yang perlu disesali," ucapnya, "dan satu hal yang yang perlu kamu ketahui, aku yang harus minta maaf padamu," ia mengangguk sambil menatap Hana yang terkesima. "Yap, aku minta maaf padamu."

Hana tertawa kecil dan memutuskan pandangannya dari Axel. "Kamu ngomong apa sih? Kamu gak perlu minta maaf."

Axel melangkah selangkah maju ke arah Hana dan mengulurkan tangannya. Hana menatapnya dengan ekspresi penuh tanya padanya.

"Namaku Axel Leonard Sieghart. Kamu bisa panggil aku Axel, orang yang kamu kenal dulu udah mati jadi... nice to meet you."

Hana tak membalas uluran tangan Axel, ia hanya menatap wajah Axel yang mencoba membaca ekspresinya dibalik kacamata hitamnya ini.

Axel menatap tangannnya sebentar lalu menjatuhkannya. "Rude, huh?"

Hana menggeleng tak percaya padanya. "Itu aja? Itu yang mau kamu bilang setelah bertahun lamanya kita gak bertemu?"

Axel meringis geli lalu membuka kacamatanya, Hana sekarang menyadari bahwa ekspresinya sekarang terlihat... tak berperasaan.

"Siapa namamu? Umm, Anna? Nana?" Axel berkernyit menatap ke atas mencoba mengingat ingat nama Hana ini. "Uhh... Natasha?" 

Ingin sekali Hana memakinya. Dia lupa namanya? Sedangkan dirinya tak pernah seharipun lupa dengan dirinya apalagi namanya.

Axel kemudian berdeham. "Apapun yang terjadi dengan kamu dan aku dulu, aku minta maaf. Aku mungkin bukan seorang laki-laki yang kamu harapkan, laki-laki yang menunggangi kuda dan bawa kamu ke istananya untuk dijadikan permaisurinya dan uhh, mulai sekarang kita ini nothing, jadi jangan harap lebih lagi ke aku lagi, ok?" ucapnya panjang lebar sembari menepuk pundak Hana berkali-kali.

Hana membuka mulutnya tak percaya, ia tak menyangka Axel berubah menjadi orang yang sangat... sangat brengsek!

Axel menyadari ekspresi Hana yang marah seolah akan kalap. Ia langsung berpose menyerah. "Umm, apa? Aku salah ngomong ya? Kamu Natasha kan?"

Hana tak segan-segan langsung menampar wajah Axel dengan kencang sedari dengan air mata meluruh menuruni wajahnya. "Brengsek."

Axel mengelus pipinya yang panas, ia menatap Hana parno. "Aku rasa aku pernah buat hal buruk banget ke kamu ya?"

Hana tak habis pikir, Axel ternyata mengira dirinya adalah cewek-cewek jablay yang ada di sekitarnya. Ia menyesal, ia menyesal sejadinya menunggu dirinya yang ternyata berubah kelewat brengsek hingga sekarang.

Hana menghapus paksa air matanya, ia menatap Axel ironis.

"Aku benci kamu, Xel."

Hana lalu berbalik akan pergi tapi tepat saat ia berbalik, ia tertubruk oleh seseorang yang berdiri di belakangnya. Saat mendongak ke atas, ia lihat Cole melihatnya dengan ekspresi tercengang melihat Hana yang kini menangis.

Cole yang menyadari ini menatap tajam Axel yang sekarang ekspresinya terlihat datar, ia langsung tahu siapa pelakunya.

"Kau lagi kau lagi, apa maumu kali ini Axel?" tandas Cole, terlihat urat-urat bermunculan di wajahnya, Cole lalu menarik tangan Hana hingga berada di sebelahnya, merangkulnya.

Axel yang melihat ini tertawa kecil.

"Apa yang lucu?" tanya Cole segan.

"Gak ada, cuma takjub sama cewek ini. Magic apa yang dia punya yang bikin orang seperti kau ini hmm maksudku kita bisa tertarik." Axel menggelengkan kepalanya.

"In your dream, Axel. Dia bukan cewek yang bisa kau mainin seenaknya seperti yang lain."

Lagi-lagi Axel tertawa, namun setelahnya wajahnya berubah serius saat menatap Hana yang kelewat bingung dicampur benci mengarah padanya.

"Be careful," ucap Axel padanya. Axel kembali menggunakan kacamatanya dan berbalik pergi meninggalkan mereka berdua.

Hana ingin mengejarnya karena ia merasa kurang untuk memakinya, namun ia mengurungkan niatnya. Ia kembali mengingat ucapan Axel sebelumnya, jadi dia sudah melupakannya selama ini. Hana merasa orang paling bodoh di dunia ini.

"Kamu gak pa-pa? Dia apain kamu?" tanya Cole yang khawatir melihat ekspresi wajah Hana yang kusut.

Hana segera menghapus air matanya yang lagi-lagi terjatuh, ia menggeleng pada Cole. "Gak kenapa-napa."

"Ucapan orang tadi jangan dihiraukan, dia memang selalu ingin buat aku jatuh, maaf bikin kamu ikut dalam masalahku ini."

"Kamu kenal dia?" tanya Hana dengan suara serak.

"Lebih dari mengenal diriku sendiri, kalau dia apa-apain kamu lagi, jangan segan-segan kasih tahu aku, ok?"

Hana mengangguk pelan.

Ia ingin pulang, ia ingin melupakan kejadian hari ini yang mungkin lebih baik ia tak pernah bertemu lagi dengannya daripada disakiti lebih dari ini.

* * * *

Hana tak habis pikirnya tentang kejadian kemarin, bahkan membuatnya tak bisa tidur karena menangisi orang itu. Ia heran kenapa ia harus menangisi orang seperti dia dan lebih bodohnya kenapa ia masih ingin bertemu dengannya lagi? Ia sangat ingin mendapatkan kepastian lebih.

Batin Hana memukul dirinya sendiri. Selalu saja di hati terdalamannya ia berpikir Axel berkata hal tersebut untuk sengaja menyakitinya, tapi untuk apa? Tentu dia tak mengerti karena sejak awal ia tak pernah mengerti diri Axel yang sebenarnya. Bagaimana kalau masa lalu bersamanya itu adalah sebuah ilusi, kepalsuan dan kebohongan?

Tapi masih melayang di pikiran Hana, apa sebenarnya hubungan mereka antara Cole, Nathan dan Axel sendiri. Mereka semua masing-masing tampak saling membenci satu sama lain, weird. Sesuatu besar pasti pernah terjadi pada mereka, entahlah... kenapa ia harus peduli lagi? Mungkin lebih baik ia harus melupakannya, tapi gimana caranya?

Banyak pertanyaan muncul beberapa di kepalanya lagi, tapi darimana ia tahu ia disana dan apa maksud perkataanya untuk berhati-hati dengan Cole layaknya Nathan, kenapa ia peduli? Bukankah ia tak peduli lagi dengannya? Mana yang benar?

"Bisa jadi Cole itu gangster."

Hana mendelik pada Fey setelah Hana menceritakan kejadian yang terjadi padanya kemarin pada Fey.

Hana tertawa kecil. "Kamu gila? Kenapa? Untuk apa?"

"Kamu kira orang kaya gak ada yang demen berantem? Mafia aja pengusaha kenapa mereka enggak?"

Hana makin tertawa kencang. "Kamu mau bilang kalau mereka itu sebenarnya mafia? Ini bukan film, Fey."

"Siapa tahu emang bener, emang kamu kira buat film dapet inspirasi darimana? Dari dunia nyatalah!"

"Ya, tapi gak mungkinlah mereka itu mafia bahkan wajahnya gak ada mafianya sedikitpun, udahlah kenapa aku jadi ngomongin ini haha." Hana kembali memakan es krim yang sudah ia makan sepuluh kotak banyaknya dari kemarin di depan TV bersama Fey.

Fey yang melihat kondisi Hana jadi iba, ia segera merebut es krim dari tangan Hana dan sukses mendapatkan tatapan membunuh dari Hana.

"Ayolah sampai kapan kamu mau begini terus, perhatiin tubuh kamu juga dong!"

"Udah deh Fey, kamu itu uhh, gak bakalan ngerti sama perasaanku sendiri! Jadi gak usah sok perhatian deh!" bentaknya.

Fey terlihat tercengang atas lontaran Hana tadi, ia menggelengkan kepala dan segera bangkit meninggalkan Hana.

"Fey! Maaf... aku-" Belum sempat minta maaf Fey sudah keluar apartemen dengan tasnya.

Di dalam, Hana menampar dirinya sendiri.

* * * *

"Fey! Fey pliss ngomong sama aku... Fey." Sudah beberapa hari ini Fey tak bicara lagi dengan Hana di apaertemen maupun di kantor, bahkan Hana yang di depan meja kantornya tak digubris oleh Fey seolah Hana itu hantu.

"Maafin aku, seriusan. Aku lagi emosian... Kamu pasti ngertilah Fey, pliss maafin aku," ucap Hana memohon-mohon tapi tetap saja tak digubris oleh Fey.

"Hai Fey, mau makan bareng?" ajak salah satu anak intern cewek.

Fey langsung mengangguk dan tersenyum padanya. "Yuk!" Ia lalu bangkit berdiri dan melewati Hana sembari menggandeng anak intern tersebut.

Hana menghela napas panjang.

Sungguh ini hal terakhir yang ia kira akan terjadi.

Sepulang kerja, Hana yang biasanya langsung pulang dan menulis, memilih untuk pergi ke pusat pembelanjaan. Hana bermaksud hari ini untuk membeli hadiah permintaan maaf untuk Fey dan sekaligus melupakan penat di hatinya.

Hana akhirnya mendapatkan sweater merah yang sejak dulu datang kesini Fey incar, walaupun mahal, jika ini bikin Fey senang dan memaafkannya, Hana rela berkorban lagipula ia tak memiliki siapa-siapa disini selain Fey.

Setelah membelinya, ia kemudian ke toko musik selain membaca dan menulis, ia juga suka mendengar musik. Ia sebenarnya tak spesifik dalam memilih lagu, asal lagu itu enak didengar Hana akan senantiasa mendengarkannya.

Setelahnya, sudah hal wajib bagi Hana jika diluar, ia pergi ke toko buku untuk mencari mangsa novel baru selanjutnya.

Ia tak sadar sudah menghabiskan waktu berjam-jam di toko buku, ia tak sadar selalu lupa waktu jika membaca. Saat ia akan membayar, ia sempat melihat majalah bisnis terpampang di sebelah kasir dan memperlihatkan orang yang baru ia benci beberapa hari ini berpose di cover majalah yang bertuliskan 'The Genius is Back'. Hana mengernyit membacanya, jenius? Jenius dalam hal pekerjaan ya, tapi dalam berhubungan, tidak. Entah jika ada kata yang lebih rendah daripada bodoh yang pas untuknya.

Saat perjalanan pulang ke apartemennya ia baru teringat sesuatu, ia memukul kepalanya sendiri. 

Bodoh! Kemarin kan hari ulang tahun Fey! Astaga jelas kenapa dari kemarin dia marah ke aku! Pikir Hana.

Hana segera buru-buru pergi ke toko kue sebelum toko tutup dan apalagi cuaca sedang mendung yang sepertinya mau hujan besar. Tapi, ia bisa menghela napas lega saat melihat satu toko kue buka di pinggir jalan setelah ia mencari-cari toko kue yang buka berjam-jam di tiap jalanan.

"Silahkan, mau beli kue rasa apa?" sapa pelayan toko.

Tapi bukannya fokus pada kue, Hana malah fokus dengan wajah pelayan toko kue di depannya ini. Hana tak pernah melihat cewek secantik dirinya, berkulit bening, rambut ikal coklat sedada, bibir ranum merah serta tubuh yang indah.

"Hmm, jadi mau beli  apa?" tanyanya lagi berusaha menyadarkan Hana.

Hana  bergeleng, menyadarkan dirinya. "Hmm uh, ada kue tar rasa green tea?"

Ia menangguk. "Sebentar ya." Ia lalu menyiapkan tempat dan plastik untuk membungkus kue yang diminta dan lagi-lagi Hana tak bisa melepaskan pandangannya dari cewek manis ini. Kalau ia adalah seorang pria, pasti Hana udah naksir berat padanya.

"Terimakasih sudah membeli!" ucapnya sembari menunduk hormat.

Hana mengangguk. Ia sempat melihat nama cewek ini di seragamnya 'Kayleen' yang menurutnya nama yang cantik seperti orangnya.

Namun, saat ia keluar toko kue, ia dikagetkan dengan kehadiran seseorang yang paling terakhir ingin ditemui sekarang, begitupun sebaliknya pada cowok ini yang sama terkejutnya dengan Hana yang hampir saja mereka berdua tertubruk dan menjatuhkan kue Hana.

"Wow, bukankah ini yang disebut takdir?" ucap cowok itu yang ternyata tak lain adalah Axel sendiri.

Hana memutar bola matanya berupaya tak menggubrisnya dan pergi, tapi ia malah dihalangi oleh Axel. Sorotan matanya menuju kue yang dibawa oleh Hana.

"Siapa yang ultah? Kamu?" tanyanya.

"Bukan urusanmu." Hana kembali melangkah jalan ke sisi lain, namun Axel juga bergeser ke arahnya dan bergeser lagi ke arah lain saat Hana mencoba pergi ke sisi lainnya.

"Apa yang kamu mau, Axel?" tanya Hana dingin.

Axel tak terduga menaruh kedua jari telunjuknya ke masing-masing ujung mulutnya dan menariknya ke atas sehingga membentuk seulas senyum.

"Senyum dong, jutek amat mukanya," ujarnya.

Hana mengerutkan keningnya. Ia bermaksud tak mengindahkannya dan melangkah jalan lagi tapi masih dihalangi. "Apaan sih?"

"Senyum dulu, baru boleh lewat, masa lagi ultah cemberut," ucapnya ngotot.

Hana melihat jam di pergelangan tangannya dan hampir menunjukkan pukul tengah malam, ia melebarkan matanya. Jelas saja, banyak toko kue yang sudah tutup saat ia berkeliling. Hana lalu melihat sekeliling jalanan yang sudah sepi dan dilihat banyak orang yang memerhatikannya sedari tadi saat berjalan sendiri, ia sadari cuma ada Axel dan dirinya sekarang di jalan.

Ia menelan ludah, gak mungkin kan dia jalan sendiri sekarang? Itu namanya nyari mati, tapi siapa yang harus dia telepon sekarang untuk menjemputnya? Fey? Gak mungkin di keadaan sekarang, Cole? Apalagi! Gak mungkin dia nelpon bosnya, dia kira dia siapa!

Disaat seperti ini, Hana menyesal dirinya bukan orang yang pandai bergaul.

Hana lalu menatap Axel di depannya yang sedari tadi menaikkan kedua alisnya maksimal menunggu balasan. Hana segera menggeleng. Gak mungkinlah aku minta pertolongan dia!

"Haloo? Kacang-kacang-kacang, kacang mahal ya~" ucap Axel sambil nyanyi gak jelas pada Hana dengan ekspresi wajah datar.

Hana dengan jengkel lalu terpaksa tersenyum ke Axel. "Udah, puas?"

Axel membalas tersenyum lebar dan bergeser. "Okedeh, pass. Hati-hati di jalan yang serem ini ya." Axel lalu berjalan melewati Hana tak lupa sambil tertawa, ia akan masuk ke dalam toko kue tersebut.

Mata Hana berkeliaran kemana-mana, apalagi atmosfer udara makin mencekam dan ia menyadari setitik air hujan mulai membasahi wajahnya. Dengan satu tarikan napas, terpaksa Hana menarik tangan Axel.

Axel berbalik menatap Hana heran, ia menaikkan kedua alisnya menunggu ia bicara.

"Um... um... uhh... bisa tolong anterin aku pulang?"

******************************

VOTE. COMMENT. SHARE.

******************************

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 58.3K 92
WARNING ⚠🔞 Victor Alexander Tanovich Jarleo. Tan, seorang konglomerat berdarah biru pewaris perusahaan Rusia yang hidup untuk sebuah misi, membalask...
52.4K 2.1K 15
[Story Completed] Siapa yang ingin menjadi korban penculikan? Tentu saja tidak ada yang mau bukan, apalagi seorang anak konglomerat seperti...
17.2M 823K 69
Bagaimana jika gadis bar-bar yang tak tau aturan dinikahkan diam-diam oleh keluarganya? ... Cerita ini berlatar belakang tentang persahabatan dan per...
3.5M 166K 55
Lapak 21+ terdapat kekerasan fisik, ucapan dan tindakan. Yang masih kecil menjauh, kalau tetap nekat. Bukan tanggung jawab penulis (~‾▿‾)~ "Nikahi a...