πŸ‹ ARSENSHA (END) πŸ‹

By elaabdullaah

1.7M 91.9K 2.6K

My Possessive Boyfriend #1 Karena menolong seorang pria yang terluka, Sensha terjebak dalam hubungan yang rum... More

Arshensa 1 - Ulah Arvin
Arsensha 2 - Terima Kasih Arvin
Arsensha 3 - Bunda
Arsensha 4 - Kedatangan Arvin
Arsensha 5 - Perdebatan
Arsensha 6 - Arvin Marah?
Arsensha 7 - Arvin Manja
Arsensha 8 - Si Bunglon
Arsensha 9 - Tante Audy vs Arvin
Arsensha 10 - Childish
Arsensha 11 - Aksi Ngambek
Arsensha 12 - Jogging
Arsensha 13 - Emosi Yang Kembali
Arsensha 15 -Tetangga Baru
Arsensha 16 - Masalah Lagi?
Arsensha 17 - Ketahuan?
Arsensha 18 - Flashback
Arsensha 19 - Kesepakatan Bersama
Arsensha 20 - Apakah Berakhir?
Arsensha 21 - Ancaman
Arsensha 22 - Beruntung?
Arsensha 23 - Rey dan Anggi
Arsensha 24 - Rey yang Aneh
Arsensha 25 - Cemburu Terus
Arsensha 26 - Penculikkan
Arsensha 27 - Ada Apa Dengan Arvin?
Arsensha 28 - Perasaan Sensha
Arsensha 29 - Penyesalan Sensha
Arsensha 30 - Kelelahan Sensha
Arsensha 31 - Pikiran yang Mengganggu
Arsensha 32 - Kita Sama?
Arsensha 33 - Yippie!
Arsensha 34 - Kelakuan Kurcaci - END
OPEN PO SHALNA SASIKIRANA

Arsensha 14 - Aku Sayang Kamu

41.3K 2.5K 54
By elaabdullaah

nah update lagi, kan? tapi emang agak lamaan. beberapa hari ini kurang enak badan, hehe. btw, ini typo-nya masih bergentayangan, yak! :p

***

PART 14 Aku Sayang Kamu

GILA! Arvin gila. Ini sudah malam, tapi dia belum makan. Apa dia masih nungguin balasan pesan dari aku? Mungkin aku balas aja pesannya.

Senshapratista : Kamu makan sekarang. Besok aku hubungi lagi. Habis makan kamu langsung istirahat. Kita selesaikan masalah kita besok aja.

Hanya itu saja balasanku dari pesan Arvin. Bukannya aku tidak mau membalas pesannya lebih panjang. Hanya saja aku tau dia pasti tidak punya tenaga untuk berdebat denganku. Lebih baik tunggu besok saja.

Saat aku ingin mematikan lampu kamar, tiba-tiba ponselku berbunyi.

Tante Audy?

Kegilaan apa lagi yang dilakukan oleh Arvin? Kenapa malam-malam begini masih saja ada yang mengusikku?

"Halo Tante?"

"...."

"Tapi ini udah malam. Sensha gak berani izin sama bunda," kataku.

"...."

"Sensha baru aja balas pesannya dia, Tan."

"...."

"Iya, apa perlu Sensha nelpon Arvin aja, ya?"

"...."

"Sensha coba ya. Maaf ya, Tan."

"...."

"Selamat malam, Tan."

Arvin ada-ada aja, deh. Ngapain juga dia pake acara mogok makan lagi. Kan aku sudah balas pesan dia, aku juga udah nyuruh dia makan. Kenapa dia masih aja mogok sih.

Lebih baik aku balas pesannya aja lagi.

Senshapratista : Arvin, kalau kamu sayang sama aku. Kamu cepat makan. Kasihan mama kamu khawatir sama kamu. Besok aku ke rumah kamu

Kulihat Arvin belum juga membalas pesanku yang sebelumnya. Apa dia udah tidur ya?

Tiba-tiba ponselku berbunyi. Ini dari Arvin.

Arvin S. D. : Aku sakit, sayang. Demam. Kamu kesini sekarang bisa? Aku butuh kamu

Demi??? Kenapa Tante Audy gak bilang sama aku kalau Arvin sakit, apa Tante Audy gak tahu?

Aku segera berlari ke ruang kerja ayah. Meminta izin untuk pergi ke ruamh Arvin.

"Ayah?" panggilku. Ayah yang mendengar suaraku melepaskan kacamatanya.

"Ada apa, sayang?"

"Sensha izin ke rumah Arvin ya, Yah? Dia lagi sakit. Arvin minta Sensha buat ke sana. Boleh, kan?" kataku meminta izin. Aku takut jika ayah tidak mengizinkanku.

"Kamu siap-siap aja sana, terus izin sama bunda, biar ayah yang ngantar kamu ke sana," kata Ayah.

Aku senang sekali saat ayah mengizinkanku pergi ke rumah Arvin. Sebenarnya tidak ada masalah dengan kedua orang tuaku. Mereka semua menyukai Arvin. Dan mereka juga mendukung hubunganku dengan Arvin.

Aku langsung ke kamar bunda dan meminta izin lagi kepada bunda. Awalnya bunda kaget karena Arvin sakit. Maklum, calon menantu kesayagannya. Malahan bunda minta ikut juga. Tapi ayah tidak mengizinkan bunda.

Dan sekarang aku sudah di rumah Arvin. Tadi Tante Audy meminta izin pada ayahku agar aku menginap di rumahnya agar bisa menjaga Arvin. Awalnya ayah ragu untuk mengizinkanku, tapi Tante Audy terus mendesak ayah. Di situ juga ada Om Aji -papanya Arvin- yang akan bertanggung jawab keselamatanku jika aku menginap di sana. Tanpa berpikir lagi, ayah langsung mengizinkanku menginap di sana. Tentunya dalam pengawasan kedua orang tua Arvin.

"Arvin, kamu makan ya? Dikit aja," kataku padanya. Kini aku sednag duduk di ranjang Arvin, menemaninya tidur dan memohon kepadanya untuk mau makan.

Dia seperti bayi kecil saja yang menolak untuk makan. Harus menggunakan cara apa lagi agar ia mau makan? Padahal aku sudah datang ke mari demi dirinya.

"Nggak mau sayang. Itu makanannya pahit banget." Arvin menggeleng berusaha menjauhkan sendok yang kuarahkan padanya. Dia membuang pandangannya jauh dari sendok itu.

"Iya aku tau, Arv. Tapi kalau kamu gak makan, nanti kamu gak punya tenaga. Dikit aja, gapapa kok. Asal ada makanan yang masuk ke mulut kamu," ujarku lagi. Aku terus merayunya agar mau makan. Tapi memang dasar dia keras kepala, tetap saja tidak mau membuka mulutnya.

"Pahit, sayang."

"Yaudah kalau kamu gak mau makan, aku pulang aja."

Aku meletakkan piring yang kupangku tadi di atas nakas samping ranjang milik Arvin. Percuma saja membujuknya. Dasar keras kepala.

"Jangan ... aku butuh kamu, sayang. Please, jangan pergi." Arvin berusaha mencegahku untuk pulang. Dia mencekal tanganku. Aku tahu, mungkin saja aku bisa melawan Arvin, karena aku yakin kalau Arvin tidak memiliki tenaga.

"Makanya kamu makan ya, Arv?" kataku lagi masih membujuknya.

Terlihat Arvin seperti berpikir, wajahnya pucat dan sejak tadi dia mengeluarkan keringat dingin.

"Iya, tapi habis makan, kasih aku vitamin C ya dari kamu? Kemarin kan gak jadi, sayang." Arvin masih saja mengambil kesempatan dalam kesempitan.

"Gampang. Yang penting kamu makan." Nanti saja kupikirkan bagaimana menghindari masalah yang satu itu. Setidaknya Arvin mau makan dan minum obat.

Aku menyuapi Arvin. Memang harus sabar mengahadapinya. Setiap aku menyendokkan makanan ke mulutnya, dia selalu sengaja agar mulutnya celemotan. Kesempatan itu ia gunakan untuk memintaku membersihkan makanan yang menempel di sudut bibirnya. Terkadang Arvin menggigit jariku. Jahat memang.

"Ini kamu minum dulu," kataku. Aku memberikan segelas air mineral pada Arvin. Ia meminumnya dengan sangat lahap. Setelah itu aku memberikan obat padanya.

Nah, kalai gini kan dia udah makan dan minum obat.

"Sekarang mana vitaminku?" Arvin menagih janjiku. Dan ini masalah terbesar yang kuhadapi.

"Nanti dulu. Aku ke bawah naruh piring sama gelasnya dulu ya." Aku bersiap mengambil piring dan gelas milik Arvin. Tapi aku belum menyentuhnya tiba-tiba Arvin bangun dan mengambil nampan yang hendak kubawa. Ia membawa nampan itu ke bawah. Sebelumnya ia mengunci pintu kamarnya.

Hei? Jadi aku sekarang dikurung di sini?

Aku mencoba membuka pintu yang terkunci, namun Arvin sama sekali tidak membukakannya. Sampai aku mendengar suara langkah kaki. Mungkin itu Arvin. Aku mundur perlahan dan kembali ke posisiku.

Ternyata benar, itu adalah Arvin. Arvin masuk ke dalam kamar, dan untungnya dia tidak mengunci kembali pintu itu.

"Sekarang kamu tepati janji kamu. Aku udah membawa piring dan gelas tadi ke bawah." Arvin berjalan mendekatku ke arahku.

"Tapi, aku ngantuk." Alasan yang kurang bagus. Tapi aku terpaksa menggunakan alasan itu. Aku sudah tidak mempunyai stok alasan lagi.

"Kalau kamu gak ngasih vitamin yang kuminta, kamu harus tidur di sini."

"Gila kamu. Bahkan kita belum nikah, Arv."

"Itu malah bagus. Dengan begitu kita akan segera menikah. Kamu tinggal pilih. Memberikan vitaminku atau kamu tidur di sini," paksa Arvin. Dia lagi sakit masih saja bisa mengancam orang.

"Arv ...." panggilku.

"Pilih, Sha!"

"Kamu tutup mata dulu."

"Gak."

"Aku malu."

"Aku gak bakal ketipu lagi. Kamu pasti nanti kabur kalau aku tutup mata." Ah, pintar sekali pacarku ini. Dia sudah tau kalau aku pernah menjebaknya.

"Ih."

"Jadi pilihan kamu apa?" tanya Arvin. Dia perlahan berjalan mendekat ke arahku.

"Iya-iya, aku bakalan nepatin janjiku."

"Bagus," ucapnya. Ia mendekat ke arahku hingga aku tidak sadar sudah berada batas paling akhir. Punggungku menyentuh dinding kamar Arvin.

Arvin mengukungku, kedua tangannya ia letakkan di samping bahuku. Menciptakan ruang sempit di antara aku dan dia.

Arvin mendekatkan wajahnya padaku, hidung kami saling bersentuhan. Hingga aku rasakan ada rasa lembab pada bibirku. Oh tidak! Itu bibir Arvin.

Tangan Arvin berada di tengkukku, sedangkan tangan yang satunya memegang pinggangku. Ruang di antara aku dan dia semakin sempit.

Arvin membuatku tidak bisa bernapas, ia menikmati setiap deruan napasku. Aku tidak bisa menghindar, kukungan Arvin sangat erat. Kedua tanganku berusaha mendorong dada bidang Arvin. Aku benar-benar kehabisan pasokan oksigen.

"A-aku g-gak b-bi-sa na-napas, Arv," kataku terbata. Arvin masih saja tidak memperdulikanku. Dengan kekuatan yang tersisa, aku langsung mendorong tubuh Arvin. Aku menghirup udara dengan lega. Akhirnya.

"Bibir kamu manis. Bibir kamu canduku, aku suka," katanya. Ia masih mendekat ke arahku. Namun aku berhasil mencegahnya.

"Udah, sekali aja. Aku ngasih vitamin untuk kamu cuma sekali," kataku. Aku tau dia pasti belum puas. Setelah ini ia akan meminta vitamin lagi padaku.

"Kamu tau? Bibir kamu adalah canduku dan aku menginginkannya. Sekarang!"

Arvin langsung menyerbuku, mendekatkan bibirnya pada bibirku. Kali ini tindakannya sedikit lebih lembut, terkadang ia memberikan kesempatan untukku untuk menghirup udara.

"U-uda-ah," kataku terbata.

Arvin seakan mendengarnya dan langsung menghentikannya.

"Aku kan udah bilang bakalan ngasih kamu vitaminnya sekali aja. Ini kamu dua kali," kataku kesal. Aku takut jika tadi ada Tante Audy dan Om Aji yang melihat kami.

"Anggap saja itu balasan untuk vitaminku yang tertunda lagi." Arvin berkata dengan mudahnya.

"Sudahlah, aku tidur saja." Aku pergi meninggalkan Arvin.

"Kamu tidur di mana?" tanyanya. Aku sudab berada di ujung pintu dan langsung cepat membuka pintu. Aku tau, dia pasti akan mengurungku lagi. Tidak akan kubiarkan.

"Tidur di kamar tamu. Udah sana kamu tidur," kataku. Dia terlihat kesal karena aku mengusirnya.

"Tapi, itu kan jauh, sayang," kata Arvin manja.

"Jauh apanya? Kamar tamunya sebelahan sama kamar kamu."

"Tapi aku besok pengen lihat wajah kamu pagi-pagi sekali."

Aku memutar bola mataku. Aku jengah dengan sikapnya yanv seperti ini terus.

"Iya, besok. Sekarang kamu tidur."

Aku mendorong Arvin supaya masuk ke dalam kamar dan menutup pintu kamar Arvin. Untung saja kali ini Arvin sedikit bisa dijinakkan.

Aku menuju kamar tamu yang sudah disiapkan oleh Tante Audy. Aku seraya mengambil handuk untuk mencuci mukaku, kemudian aku mengganti pakaianku. Kumatikan lampu kamar, dan memeriksa ponselku. Ada pesan dari Arvin.

From : My Boyfriend

Makasih, Sensha sayang. Hari ini kamu udah baik bangett sama aku. Aku makin sayang sama kamu. Aku pengen selamanya ada di dekat kamu, melihat wajahmu saat aku bangun tidur. Aku tau kamu sayang sama aku kan? Kamunya masih malu-malu. Hehe. Kamu jangan lupa istirahat ya. Ini udah malam. Aku sayang kamu. Aku kangen kamu. Aku cinta kamu. Akh mau kamu. Dan kamu milikku.♥♥

Aku tersenyum membaca pesan dari Arvin. Dia pandai membuatku terbang ke udara. Aku pun langsung membalas pesan Arvin.

To : My Boyfriend

Iya, Arvin. Aku juga. Kita tidur yuk. Udah malam, :)

TBC

Wkwkwk, sweet banget sih mereka, hmm. :")

maafkeun yak kalau part ini rada absurd, wkwk tapi aku udah usahain buat nulis yang aku bisa, hehe. jangan lupa kritik dan sarannya, yak :p

Continue Reading

You'll Also Like

4.8M 366K 51
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

404K 19.5K 47
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
2M 101K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...
5.3M 357K 67
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...