šŸ‹ ARSENSHA (END) šŸ‹

By elaabdullaah

1.7M 91.9K 2.6K

My Possessive Boyfriend #1 Karena menolong seorang pria yang terluka, Sensha terjebak dalam hubungan yang rum... More

Arshensa 1 - Ulah Arvin
Arsensha 2 - Terima Kasih Arvin
Arsensha 3 - Bunda
Arsensha 4 - Kedatangan Arvin
Arsensha 5 - Perdebatan
Arsensha 6 - Arvin Marah?
Arsensha 7 - Arvin Manja
Arsensha 8 - Si Bunglon
Arsensha 9 - Tante Audy vs Arvin
Arsensha 11 - Aksi Ngambek
Arsensha 12 - Jogging
Arsensha 13 - Emosi Yang Kembali
Arsensha 14 - Aku Sayang Kamu
Arsensha 15 -Tetangga Baru
Arsensha 16 - Masalah Lagi?
Arsensha 17 - Ketahuan?
Arsensha 18 - Flashback
Arsensha 19 - Kesepakatan Bersama
Arsensha 20 - Apakah Berakhir?
Arsensha 21 - Ancaman
Arsensha 22 - Beruntung?
Arsensha 23 - Rey dan Anggi
Arsensha 24 - Rey yang Aneh
Arsensha 25 - Cemburu Terus
Arsensha 26 - Penculikkan
Arsensha 27 - Ada Apa Dengan Arvin?
Arsensha 28 - Perasaan Sensha
Arsensha 29 - Penyesalan Sensha
Arsensha 30 - Kelelahan Sensha
Arsensha 31 - Pikiran yang Mengganggu
Arsensha 32 - Kita Sama?
Arsensha 33 - Yippie!
Arsensha 34 - Kelakuan Kurcaci - END
OPEN PO SHALNA SASIKIRANA

Arsensha 10 - Childish

49.8K 2.8K 24
By elaabdullaah

hai, aku update lagi. typo masih bergentayangan yaa~

Aku berada di dapur bersama Tante Audy, membantunya mencoba resep baru. Aku suka banget aneka masakan dari ayam, untung resep barunya adalah ayam bumbu kuning. Makanya aku langsung menyetujui ajakan Tante Audy tadi.

Kuabaikan semua permintaan Arvin. Sejak tadi dia selali membujukku untuk mengikuti kemauan dia. Sekali-sekali bikin dia kapok supaya gak manja juga gapapa, kan? Makanya jadi orang jangan manja. Suka bikin orang kesal.

Sedangkan Tante Audy terlihat senang karena bisa menang dari Arvin?

"Gembul sayang, udahan deh masaknya. Kita jalan aja yuk. Katanya mau jalan," bujuk Arvin sambil memgang tanganku yang sedang mencuci buah apel. Selain masak ayam bumbu kuning, aku dan Tante Audy juga membuag jus apel.

"Arvin apaan sih? Aku lagi nyuci buah nih." Aku kesal saat Arvin mematikan keran air. Mungkin Arvin sudah tidak tahan lagi kuacuhkan sejak tadi.

"Lagian kamu sih, aku dicuekin gitu." Dia mulai menggerutu. Sumpah, wajah Arvin kali ini lucu sekali.

"Aku kan lagi konsen masak, Arv. Udah sana jangan diganggu," kataku sambil menghidupkan keran air. Arvin malah menahanku.

"Aku gak suka diabaikan, pokoknha kita jalan. Kamu udah janji," katanya memaksaku. Ini anak dibilangin malah gini?

"Tapi aku udah gak mau jalan. Aku mau masak aja di sini. Kalau kamu mau jalan ya udah jalan aja." Aku melanjutkan aktivitasku. Sedangkan Tante Audy yang sedang menghalus bumbu kuning melihat kami sambil tersenyum. Mungkin Tante Audy terhibur dengan wajah Arvin yang sangat lucu.

Arvin semakin kesal. Jangan ditanya lagi seperti apa wajahnya. Wajah dia yang ngeselin tapi lucu, kekanakan sekali.

Arvin berhenti menggangguku mencuci apel, dia berjalan meninggalkanku. Sepertinya ia sudah menyerah membujukku, sementara Tante Audy semakin tertawa melihat tingkah Arvin. Mungkin sebelumnya Arvin tidak pernah seperti ini.

Tiba-tiba aku merasa aneh, kurasakan ada seseorang yang memelukku. Tangan kekar itu mengukungku, aku semakin sulit bergerak. Kalau terus begini, aku akan lama untuk mencuci apel.

"Arvin, lepasin ih." Aku berusaha melepaskan pelukan Arvin.

Ada-ada aja sih kelakuannya. Sebentar aja gak gangguin aku, bisa kan? Arvin malah mengeratkan pelukannya padaku, terus saja seperti ini. Padahal sejak tadi aku memberontak meminta melepaskan pelukan Arvin ini.

"Aku gak mau ngelepasin kamu, Mbul. Kalau kamu gak mau jalan, kita bakalan tetap posisi seperti ini," katanya.

Kini Arvin semakin erat memelukku, mungkin ia melampiaskan kekesalannya padaku. Menyeruakkan wajahnya di leherkan. Hembusan napasnya terasa di leherku membuat sedikit rasa geli.

"Arv, lepas. Kalau gini aku gak bakal selesai cuci buahnya nih." Aku terus memohon sama Arvin.

"Gak."

Dasar keras kepala.

"Tante, tolongin Sensha. Arvin bandel banget." Aku mencoba meminta bantuan Tante Audy. Semoga saja bisa membantuku bisa terlepas dari Arvin.

"Arvin, lepasin Sensha. Kalau gini nanti masaknya bakalan lama." Kini giliran Tante Audy yang berbicara. Tapi namanya Arvin, dia mana mau mengalah. Orangnya keras kepala begitu.

"Mama apaan sih? Kan Sensha udah nurutin kemauan Mama buat masak bareng. Arvin kan cuma meluk Sensha aja Mama malah ngelarang," kata Arvin. Tuh kan? Dengar sendiri. Bahkan Tante Audy saha tidak bisa membujuk Arvin.

Sebenarnya aku terlihat risih berada di posisi seperti ini, ditambah lagi aku tidak enak pada Tante Audy.

"Terserah kamu deh Arvin. Mama kan cuma minta nemanin masak aja. Lagian kan Sensha masih di sini. Dia gak jadi pulang." Tante Audy mencoba memberti pengertian pada Arvin.

Arvin perlahan melepaskan pelukannya, dan berbalik menghadap Tante Audy. Kemudian ia menaruh buah apel yang kupegang, lalu merangkulku dari samping.

"Tapi kan Arvin maunya sama Sensha, Ma. Udahan aja deh Ma masaknya," kata Arvin meminta pada mamanya.

"Ya udah kali ini Mama ngalah deh. Biar Mama aja yang masak, tapi biarin Sensha menyelesaikan pekerjaaannya yang tertunda. Gak baik kalau udah melakukan sesuatu tapi gak selesai, loh," kata Tante Audy sambil melirikku.

Jujur kali ini Arvin yang membuatku kesal. Apa salahnya sih kalau aku membantu Tante Audy masak?

"Ya udah aku selesaiin nyucinya dulu," kataku. Aku menyuci buah apel yang tertunda. Setelah selesai aku meletakkan buah apel di samping blender. Padahal aku ingin sekali membuat jus apel. Siang-siang begini sepertinya segar.

"Aku buat jus apelnya sekalian ya, Arv? Boleh kan?" pintaku pada Arvin. Dia menimbang permintaanku. Wajahnya terlihat mengerut. Sementara aku terus memasang muka penuh permohonan padanya.

"Boleh, deh."

Untung saja Arvin mengizinkanku. Aku membuat 4 gelas jus apel untukku, Arvin, Tante Audy dan Bik Wati. Karena aku tidak jadi membantu Tante Audy memasak, akhirnya Bik Wati-lah yang menggantikanku.

Lalu Arvin membawaku ke kamarnya, jangan mikir yang aneh-aneh apa yang kulakukan di sana. Aku butuh perjuangan keras untuk membujuk Arvin agar tidak mengunci kamarnya, walau melalui perdebatan yang sengit, akhirnya Arvin menurutiku.

Dan sekarang, aku di sini ... di kamar Arvin. Dan hanya menemani Arvin menonton TV saja. Kalau gitu kan di ruang tamu juga bisa.

Saat sudah sampai di kamar Arvin, aku langsung saja duduk di sofa sambil membawa dua gelas jus apel. Aku tidak memperdulikan Arvin yang berusaha merayuku yang sejak merajuk. Kupasang wajah cemberutku karena kekesalanku padanya.

Arvin mendatangiku dan meminum jus apel buatanku tadi.

"Manis ...." ucapnya, lalu ia menoleh ke arahku dan berkata, "tapi lebih manis yang buat, sih." Arvin berkata sambil merayu. Aku tersenyum tipis menghargai usahanya. Tapi tetap saja aku masih marah padanya.

Aku tetap diam, tidak membalas gombalannya.

"Mbul, kamu tahu gak?" katanya. Aku tetap diam.

"Kamu jelek kalau cemberut gitu."

"Oh."

"Yah, kok singkat gitu reaksinya," katanya.

"Bodo amat deh, Arv. Suka-suka kamu aja," kataku masa bodo, sebenarnya mau dia apa sih?

"Iya, tapi aku suka kamu."

Aku diam.

"Mbul, udahan dong marahnya. Kamu ke sini kan buat nemenin aku. Kok kamu cemberut gitu," katanya.

"Ya udah sekarang kan aku udah di sini. Kamu udah puas kan?" kataku padanya. Arvin terus berusaha membujukku. Tapi aku kesal padanya, karena dia, aku gak bisa bantuin Tante Audy masak. Padahal dia tau kalau aku pengen banget nyobain resep ayam bumbu kuning dari Tante Audy.

"Dih, Mbul. Kamu makin gemesin tau gak? Tapi kamu tambah jelek kalau cemberut gitu. Aku suka kalo kamu senyum," Arvin mengatakannya dengan wajah tanpa rasa bersalah. Santai banget, Mas.

Kalau ngomong coba dipikir dulu, asal bicara aja. Suka-suka aku mau masang wajah gimana, jelek yaudah.

Aku merasa bosan dengan tingkah Arvin yang seperti itu. aku mengambil ponselku dan membuka beberapa aplikasi sosial mediaku. Mungkin membuka instagram bisa menghiburku.

Aku asyik memberikan simbol 'love' pada akun instagram temanku, kadang juga aku membuka akun instagram temanku dan men-stalk -nya. Lucu juga ya kalau lihat momen-momen teman kita.

"Mbul, jangan acuhin aku, dong. Asyik banget sih buka sosmednya," katanya. Tapi aku tidak menjawab aksi protesnya. Aku tetap fokus pada layar ponselku dan melihat beberapa foto dan video lucu. Sedikit bisa menghiburku.

Saat aku membuka video lucu dari akun instagram milik temanku, aku tertawa lepas. Tapi tiba-tiba Arvin merebut ponselku dengan cepat. Bahkan aku tidak bisa melawannya dan mengambil kembali.

"Ish, apaan sih kamu, Arv? Ngambil ponsel aku sembarangan. Kembaliin sini ponsel aku," ujarku kesal padanya. Menatap matanya penuh dengan kekesalan. Baru saja aku terhibur, dan sekarang dia menghancurkan suasana hatiku.

Tapi Arvin sama sekali tidak mau mengembalikan ponselku dan malah mengacuhkanku. Jadi dia mau balas dendam?

Kulihat dia sedang asyik mengotak-atik ponselku. Aku tidak bisa melihat apa yang dia lakukan. Tiba-tiba dengan mudahnya dia mengembalikan ponselku padanya.

Aku melihat apa yang dia lakuin barusan dan ternyata dia barus saja nge-blok akun instagram temanku yang membuat video lucu tadi. Kejam!

"Arvin, apa yang kamu lakuin? Dia itu teman aku. Kenapa kamu blok dia? Kamu ngeselin banget sih jadi orang," kataku, aku menatapnya dengan wajah merah penuh kemarahan. Apa hak dia buat ngeblok akun orang lain? Padahal aku gak pernah seperti padanya.

"Aku kan udah pernah bilang sama kamu jangan cuekin aku kalau lagi ngomong. Kamu malah asyik sendiri. Jadi jangan salahin aku," katanya dingin. Dia sama sekali keterlaluan. Memasang wajah datar tanpa rasa bersalah. Meminta maaf pun tidak.

Aku kesal dengannya. Lihat saja, aku gak mau ngomong sama dia. Bahkan membalas setiap pesannya. Sekali-sekali orang seperti itu harus diingatkan, bahwa setiap hubungan itu ada batasnya. Semua orang memiliki privasi yang pasangannya tidak perlu tahu.

TBC

gimana? ada yang kangen sama Arvin, enggak? hehe

minta kritik dan sarannya, ya:) terserah kalian mau mem-vote atau enggak, hehe:)

Continue Reading

You'll Also Like

4.1M 242K 60
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
738K 34.7K 40
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
643K 43.6K 40
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
5.3M 227K 54
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...