[3] My Wife Stella

De Alvarosha99

2.4M 63.7K 1.2K

Apa yang terjadi jika sebuah pernikahan terjadi tanpa adanya cinta? Pernikahan yang terjadi hanya karna perjo... Mais

🍁 Chapter [1] 🍁
🍁 Chapter [2] 🍁
🍁 Chapter [3] 🍁
🍁 Chapter [4] 🍁
🍁 Chapter [5] 🍁
🍁 Chapter [6] 🍁
🍁 Chapter [7] 🍁
🍁 Chapter [8] 🍁
🍁 Chapter [9] 🍁
🍁 Chapter [10] 🍁
🍁 Chapter [11] 🍁
🍁 Chapter [12] 🍁
🍁 Chapter [13] 🍁
🍁 Chapter [14] 🍁
🍁 Chapter [15] 🍁
🍁 Chapter [16] 🍁
🍁 Chapter [17] 🍁
🍁 Chapter [18] 🍁
🍁 Chapter [19] 🍁
🍁 Chapter [20] 🍁
🍁 Chapter [21] 🍁
🍁 Chapter [23] 🍁
🍁 Chapter [24] 🍁
🍁 Chapter [25] 🍁
🍁 Chapter [26] 🍁
🍁 Chapter [27] 🍁
🍁 Chapter [28] 🍁
🍁 Chapter [29] 🍁
🍁 [Attention!] 🍁
🍁 Chapter [30] 🍁
🍁 Chapter [31] 🍁
🍁 Chapter [32] 🍁
🍁 Chapter [33] 🍁
🍁 Chapter [34] 🍁
🍁 Chapter [35] 🍁
🍁 Chapter [36] 🍁
🍁 Chapter [37] 🍁
🍁 Chapter [38] 🍁
🍁 Chapter [39] 🍁
🍁 Chapter [40] - ENDING 🍁
🍁 [Friendship Favorable] 🍁
🍁 [Bonus Part 1] 🍁
🍁 [Bonus Part 2] 🍁
🍁 [SEQUEL?] 🍁
🍁 [Questions About My Wife Stella] 🍁
🍁 [SEQUEL :: My Wife Stella] 🍁

🍁 Chapter [22] 🍁

48.3K 1.3K 29
De Alvarosha99

Author POV

Stella berjalan cepat menuju halte saat di rasakan ada yang mengikutinya. Baru saja dirinya akan naik kedalam taksi tangannya lebih dulu di tarik kebelakang.

"Stella, berhenti menjauhiku. Aku sudah tau apa yang membuatmu marah padaku, dengarkan dulu penjelasanku"ucap Samuel.

"Apa lagi? Semua foto itu sudah jelas kau memang berhubungan dengan Clara dan anak itu adalah anak kalian"balas Stella pelan.

"Tidak! Kau salah paham Stella. Clara sama sekali tidak hamil. Dia hanya memancing emosimu, percayalah aku memang dulu dekat dengannya namun kita hanya berteman dan foto itu adalah untuk cover majalah remaja. Kamu jangan salah paham lagi ya"ucap Samuel kembali.

"Jadi... Kamu gak hamilin dia?"tanya Stella.

"Ngga"jawab Samuel.

"Hmm maaf"ucap Stella pelan sambil meremas ujung bajunya.

"Hustt, aku yang seharusnya minta maaf gak jelasin sejak awal ke kamu. Maafin aku ya, sayang"balas Samuel.

Direngkuhnya tubuh mungil Stella kedalam pelukan hangat Samuel. Seolah beban sudah terangkat Stella pun melepaskan pelukannya dan menatap kedalam mata Samuel.

"Janji gak akan sembunyiin apapun dari aku ya"ucap Stella.

"Aku janji"balas Samuel dengan senyuman manisnya.

Stella merasakan dadanya menghangat kembali. Mungkinkah ia sudah mencintai Samuel? Dan sudah benar-benar melupakan Steven?

🍁🍁🍁

Steven baru saja selesai sarapan dan tengah duduk santai di ranjang rumah sakit. Untuk ke-2 kalinya dalam sebulan ini dia memasuki rumah sakit.

"Abang mau buah?"tawar Milley.

"Ngga, De. Udah sana kamu kuliah aja"tolak Steven.

"Aku kan libur, Kak!!! Masuk kembali bulan September. Oh iya, Kak Stella tau gak kalo Kakak di rawat?"tanya Milley.

"Nggalah, De. Udah jangan tanya dia lagi. Kakak sedang berusaha untuk melupakan dia"jawab Steven.

Milley menatap kakaknya dalam kemudian mengangguk pasrah. Di dalam hati ia berdoa untuk kebahagiaan Kakaknya, Milley tau bahwa Kakaknya memang bukan lelaki baik tapi dia berhak untuk bahagia bukan?

🍁🍁🍁

Vino terbangun dengan kepala pusing akibat pengaruh alkohol. Dengan sisa tenaga ia keluar kamarnya dan menemukan Clara sedang terduduk santai.

"Udah makan kamu?"tanya Vino.

"Udah dong"jawab Clara.

"Buat aku mana?"tanya Vino lagi.

"Ngga ada! Tinggal pesen susah amat"jawab Clara cuek.

Vino menghela nafasnya kasar. Pagi-pagi ia sudah harus berdebat dengan Clara. Dengan cepat ia memesan sarapan dari restoran langganannya.

"Eh Vin, semalem kamu sebut nama Stella terus. Kamu deket sama dia?"tanya Clara.

"Eh? Gak ko, aku cuma denger gosip aja"jawab Vino.

"Gosip kalo dia itu hamil?"tebak Clara.

"Iya. Tapi gak tau Ayahnya siapa. Apa jangan-jangan itu anak si Steven ya?"tanya Vino.

"Ya bisa jadi. Karna dulu aku sempet tau kalo Steven memang melakukan hubungan dengan Stella. Tapi setahuku anak itu sudah dia gugurkan"jawab Clara.

"Mana mungkin begitu orang perutnya aja buncit gitu. Coba cari tahu tentang dia"titah Vino.

"Siap!"balas Clara.

Clara melihat cara pandangan Vino terhadap Stella berubah. Entah apa yang di pikirkan oleh Vino, Clara hanya menjalankan tugasnya saja.

🍁🍁🍁

Malam Minggunya~

Keluarga Meshach telah sampai di kediaman keluarga Zevani. Senyum manis dan ramah mereka membuat Albert dan Sean menjadi betah berlama-lama. Stella turun dari kamarnya dengan menggunakan dress selutut berwarna gading dengan rambutnya yang di kuncir setengah membuatnya terlihat seperti anak remaja. Manis dan polos.

Samuel memperhatikan dengan sangat detail. Dan kemudian tersenyum manis.

"Kamu selalu cantik disaat apapun"bisik Samuel.

"Sam...!"pekik Stella sedikit keras.

"Panggil aku Mas, hehe"ucap Samuel sedikit keras membuat kedua orangtua mereka terkikik geli melihat interaksi keduanya.

"Baiklah, langsung saja dimulai bagaimana?"tanya Alaric.

"Iya begitu lebih baik"jawab Samuel.

"Baiklah. Pertama-tama..."ucap Albert membuka acara dan segera menyampaikan niatnya.

Acara pertunangan memang hanya di hadiri beberapa rekan dan saudara dekat saja. Nanti saat menikah pun begitu, hanya orang terdekat saja yang di undang.

"Bagaimana neng cantik mau gak tuh terima abang ganteng?"tanya Alaric.

"Mau, Yah"jawab Stella malu-malu.

"Alhamdulillah. Sekarang waktunya tukar cincin sebagai simbol terikat satu sama lain"ucap Albert.

Samuel pun memasangkan cincin di jari manis Stella dengan sangat lembut begitupun Stella. Walau ini yang kedua kalinya ia tetap merasakan perbedaan. Dulu hanya ia seorang yang merasakan bahagia, sedangkan Steven tidak. Dan sekarang ia sangat bahagia karna ia sudah menemukan lelaki yang tepat untuk imamnya dan Ayah bagi anaknya.

Sean melirik Stella dari atas hingga ke kaki. Matanya menemukan sedikit keanehan diperut Stella yang membuncit.

"Aku gak nyangka kamu makannya banyak ya sampe buncit gitu perutnya"ucap Sean sambil tertawa kecil.

Sedangkan Stella merasakan ada hal yang buruk akan terjadi. Bagaimana jika calon mertuanya itu tahu dia hamil dan menggagalkan acara pernikahannya?

Samuel pun segera menggenggam tangan Stella seolah memberi kekuatan dan kemudian berbisik lembut.

"Tenanglah, Mamahku tidak tahu tentang itu. Semua akan baik-baik saja percaya padaku"ucap Samuel.

Stella terdiam menatap calon suaminya dengan takjub. Ia sungguh beruntung mendapatkan lelaki seperti Samuel yang begitu baik dan pengertian.

"Mari kita lanjutkan dengan makan malam bersama"ucap Cindy.

Keluarga Meshach dan Zevani pun kian dekat dari hari ke hari. Dan memutuskan pernikahan akan dilangsungkan bulan depan.

🍁🍁🍁

Steven memasukan kembali ponselnya dan menuju ruang tamu untuk sarapan. Sudah seminggu semenjak ia dirawat ia pun tinggal dirumahnya bersama keluarganya.

"Steve, ada yang ingin kami tanyakan padamu"ucap Michael.

"Memangnya aku berbuat kesalahan lagi, Yah?"tanya Steven.

"Hm ya kesalahan yang fatal jika kamu memang melakukannya dengan wanita lain selain istrimu"jawab Selena.

"Hah? Maksud Mamah apa? Istri? Kapan aku kawin lagi?"tanya Steven tak mengerti.

"Nikah, Kak. Bukan kawin"ucap Milley membenarkan.

"Begini Steve... Saat kau sakit ada seorang dokter yang mengatakan bahwa penurunan daya tahan tubuhmu akibat bawaan dari bayi"ucap Michael menjelaskan.

"Hah????? Apa bayi? Bayiku?"pekik Steven kencang.

"Ih Kakak gimana sih! Yaiyalah anak Kakak. Kan Kakak yang buat sama Kak Stella"sahut Milley.

"Stella? Aku dan dia... Hm.... Memang pernah melakukannya tapi... Dia tidak hamil"balas Steven.

"Coba kamu selidiki lagi deh. Atau jangan-jangan kamu begituan sama Clara ya?"tebak Selena.

"Hmmm..."gumam Steven.

Mereka memang sering melakukannya dulu namun itu selalu menggunakan pengaman jadi tidak mungkin Clara hamil. Sedangkan Stella dia sendiri yang sudah menggugurkannya. Steven pun terdiam ia tak ingin keluarganya menyalahkan Stella karna dia sudah membunuh keturunan keluarga Vallerosha.

"Sudahlah, Mah. Dokter itu pasti salah, aku tidak punya anak"ucap Steven lalu bangkit menuju kamarnya kembali menyisakan orangtua dan adiknya yang masih mematung.

"Mil, kamu kan dekat sama Stella. Coba deh kamu ketemuan dan bicarakan hal ini dengannya"pinta Selena.

"Oke, Mah"balas Milley.

🍁🍁🍁

Stella mulai memberesi pakaiannya untuk melakukan check up rutin setiap bulan dengan Samuel.

Stella menggenggam erat tangan Samuel. Kemudian menatap perutnya yang kian membuncit. Setelah namanya dipanggil Stella berjalan dan mulai tiduran di ranjang yang disediakan. Melihat bagaimana sang dokter yang mulai mengolesi gel ke tubuhnya.

"Perkembangannya bagus, Bu. Lihat dia begitu aktif dan sehat. Ibu memang sangat baik dalam merawatnya"ucap dokter Siska.

"Apa jenis kelaminnya, Dok?"tanya Samuel yang berdiri di samping Stella.

"Untuk saat ini belum jelas. Mungkin bulan depan, Pak"jawab dokter Siska.

"Baiklah terimakasih, Dokter"ucap Samuel.

Stella dan Samuel pun menebus vitamin di apotek. Getaran ponsel Stella membuatnya berhenti sejenak melihat sebuah pesan masuk di ponselnya.

From : Milley
Kak Stella, bisa ketemuan gak?

From : Stella
Bisa. Kapan De?

From : Milley
Sekarang, Kak. Aku tunggu di Cafe Mentari.

From : Stella
Oke.

Stella pun memasukan kembali ponselnya dan menatap Samuel.

"Sam, aku mau ke cafe dulu. Kamu gimana?"tanya Stella.

"Aku harus kembali kekantor. Aku anter kamu tapi kamu pulangnya sendiri gapapa?"tanya balik Samuel.

"Gapapa ko"jawab Stella dengan tersenyum.

🍁🍁🍁

15 menit kemudian~

Stella tlah sampai di Cafe Mentari dan terlihat di meja dekat jendela Milley sedang memesan kepada pelayan.

"Hai Kak, apa kabar?"tanya Milley.

"Baik ko. Ada apa kamu mau ketemu aku, Mil?"tanya Stella to the point.

"Kita makan dulu ya, Kak. Baru abis itu kita ngobrol"jawab Milley.

Stella mengangguk dan memesan makanannya. Milley diam-diam memperhatikan seluruh bentuk badan Stella, ia pun sedikit heran dengan perut Stella yang membuncit. Setelah makan Milley pun memulai pertanyaannya.

"Kak, aku mau tanya dulu sebelum Kakak bercerai dengan Kak Steven, apa Kakak sudah pernah hamil?"tanya Milley.

"Hm... Ti-tidak"jawab Stella gugup.

"Apa setelah kalian bercerai barulah Kakak mengetahui kehamilan, Kakak?"tanya Milley.

"Tentu saja tidak. Kamu bicara apa sih, Mil"jawab Stella semakin gugup.

"Tolong Kak jujur ke aku. Kakak sedang hamil kan? Lihat perut Kakak yang membuncit aku tau itu"desak Milley.

"Baiklah. Tapi kamu harus janji jangan katakan pada siapapun. Termasuk Steven. Aku memang hamil anaknya namun aku sudah putuskan untuk menikah dengan Samuel dan anggaplah anak ini adalah anakku dengannya"ucap Stella.

Milley terdiam dia tak menyangka bahwa Stella bisa berbicara seperti itu. Walau ia juga menderita namun apakah pantas seorang Ibu melarang anaknya bertemu atau mengenal Ayah kandungnya? Pantaskah seorang Ibu memisahkan anak dengan Ayahnya?

"Baiklah aku akan simpan rahasia ini baik-baik"balas Milley.

🍁🍁🍁

Steven berjalan di sekitar rumahnya setelah sarapan pagi yang sedikit membuatnya bingung ia pun menyelidiki tentang Stella. Setelah di dapat bahwa Stella berada di apartemen sendirian, Steven pun bergegas menuju kesana.

Baru sampai di tangga terakhir terlihat disana ada tantenya Jenny dan anaknya Jessy.

"Mau kemana kamu, Steven?"tanya Selena.

"Aku mau pergi sebentar. Ada keperluan"jawab Steven lalu cepat-cepat jalan sebelum di tanya lebih banyak lagi.

🍁🍁🍁

15 Menit Kemudian~

Steven terdiam cukup lama di mobilnya untuk memastikan keadaan aman. Barulah ia berjalan menuju apartemen Stella sambil membawa buah jeruk. Entah mengapa Steven merasakan bahwa Stella sedang ingin makan jeruk saat ini.

Tok tok tok.

"Iya siapa?"tanya Stella raut wajahnya berubah pucat saat melihat kehadiran Steven di depannya.

"Hai Stella. Boleh aku masuk?"tanya Steven.

"Ada apa? Kenapa Mas bisa kesini?"tanya balik Stella.

"Ada yang ingin kutanyakan padamu, dan tujuanku baik Stella. Tolong jangan berprasangka buruk padaku"jawab Steven.

"Baiklah, silakan"ucap Stella lalu mempersilakan Steven masuk.

Tanpa pikir panjang Stella membuatkan kopi kesukaan Steven dan menghidangkannya. Lalu menatap bingung kearah Steven.

"Kenapa melihatku seperti itu?"tanya Stella tak suka.

"Tidak, kau hanya lebih gemukan dari terakhir kita bertemu"jawab Steven dengan tersenyum misterius.

"Hm ya aku memang banyak makan akhir-akhir ini"ucap Stella sedikit gugup dan menutupi perutnya dengan bantalan sofa.

Steven pun memberikan buah yang di belinya tadi kepada Stella. Reaksi yang tak terduga Stella tersenyum manis dan berterimakasih terhadap Steven, seperti anak kecil yang mendapat permen, Stella begitu bahagia dan langsung memakan buah jeruk itu.

"Ternyata feelingku benar kau memang sedang ingin memakan buah jeruk"ucap Steven dengan senyuman yang masih mengembang diwajahnya.

"Bukan begitu. Aku memang banyak makan akhir-akhir ini bukan karna buah yang kau bawa, bahkan Samuel membelikanku lebih banyak dari ini"balas Stella ketus.

Perlahan senyum Steven memudar dan kemudian menyeruput kopi yang di buatkan Stella. Rasanya masih sama seperti dulu saat Stella masih menjadi istrinya yang selalu melayaninya tanpa pamrih.

Stella memakan buah jeruknya dengan berhati-hati baru saja dia mengalami kejolak aneh di perutnya, beberapa waktu lalu Samuel membelikannya buah jeruk namun ia tak mau memakannya dan sekarang saat Steven yang membelikannya ia dengan mudahnya menerima dan memakannya. Stella merasakan pergerakan anaknya di perutnya sangat kencang hingga membuat Stella berhenti makan dan memegangi perutnya karna begitu sakit.

"Kau kenapa, Stella? Ada yang sakit?"tanya Steven.

"Ti-tidak. Aku baik-baik saja"jawab Stella susah payah.

"Kamu terlihat pucat, Stella. Lebih baik kau istirahat biar aku pulang saja lain kali aku akan kesini untuk menanyakannya padamu"ucap Steven.

"Jangan!! Sekarang saja, karna tidak ada lain kali, Mas. Cukup hari ini kamu menemuiku, selanjutnya anggap kita tak saling mengenal"balas Stella.

Steven pun terdiam beberapa saat meresapi perkataan Stella yang menyakitkan hatinya. Stella kembali menjadi dia yang dingin dan kejam. Stella seakan membuat jarak pada Steven.

"Baiklah jika itu maumu. Sekarang jawab dengan jujur pertanyaanku"ucap Steven.

"Memang pertanyaan apa yang kau ajukan padaku?"tanya Stella.

"Ini mudah. Aku hanya ingin kau menjawab apa adanya yang terjadi. Ingat harus jujur, aku ingin mendengarnya langsung darimu"jawab Steven.

Stella terdiam sambil memikirkan apakah keputusannya ini benar. Bagaimana jika Steven menanyakan perasaannya?

"Hm baiklah akan kujawab"ucap Stella.

"Stella, apa benar jika kau akan segera menikah dengan Samuel?"tanya Steven.

"Iya benar"jawab Stella.

"Apa yang membuatmu bisa memutuskan untuk menikah lagi?"tanya Steven.

"Ya karna aku mencintainya. Dan kurasa lebih baik jika aku dan dia menikah agar tidak menimbulkan fitnah dan hal yang tidak di inginkan"jawab Stella.

"Lalu apakah benar kau sedang hamil Stella?"tanya Steven lagi.

"Ehh...? Pertanyaan macam apa itu, Mas!"teriak Stella marah.

Marah karna pada akhirnya ia ketahuan sudah hamil. Stella marah pada dirinya sendiri yang begitu mudah tersulut emosinya.

"Tenanglah, Stella. Aku hanya bertanya lagipula aku tidak akan marah kalaupun kau benar hamil"ucap Steven.

"Apa maksudmu, Mas?"tanya Stella bingung.

"Aku mengerti, Stella. Kau hamil di luar nikah kan? Itu adalah anak kau dan Samuel. Kau melakukan hubungan itu dengannya. Aku hanya mau memastikan bahwa apakah benar kau hamil atau tidak"jawab Steven.

"YA AKU HAMIL!!! SEKARANG KAU SUDAH PUAS KAN, MAS!!! PERGILAH DARI HADAPANKU!!!"ucap Stella kencang.

Stella benar-benar kehabisan kesabarannya. Ternyata benar ikatan batin antara anaknya dengan Steven tidak mungkin ada. Sekarang saja Steven tak menyadari bahwa anak yang ia kandung adalah anaknya. Steven pun sudah menuduhnya dengan sangat kejam.

Walaupun Stella sendiri yang mengatakan bahwa ia sudah menggugurkan anak itu. Namun tetap saja Stella merasakan kesedihan di hatinya. Lelaki yang sudah menghamilinya bahkan tak ingat jika pada malam itu dialah yang sudah memaksanya. Dan Stella sangat terpukul saat lelaki itu menuduhnya hamil diluar nikah oleh Samuel.

Dan kini Stella pun mengerti keputusannya adalah tepat. Steven bukanlah lelaki yang baik, karna lelaki itu tidak berperasaan, dan bermulut pedas. Stella pun memantabkan hatinya agar secepat mungkin menjauhi Steven dari kehidupannya dan melupakan segalanya.

"Baiklah, terimakasih atas waktunya"balas Steven lalu berjalan menuju pintu.

Stella memegangi perutnya yang kian sakit setelah tadi mendengar penuturan Steven seolah anaknya itu pun mengerti kesedihan ibunya.

"Sayang Bunda gapapa, kamu yang tenang di dalam sana ya. Jangan banyak gerak ya, Nak"lirih Stella.

Steven menyandarkan punggungnya di jok mobilnya. Ia mencerna kembali bagaimana reaksi demi reaksi wajah Stella tadi serta perkataan yang terlontar dari mulut Stella.

"Aku tidak menyangka ia adalah wanita murahan! Ia sudah hamil di luar nikah! Untung saja aku sudah lepas darinya jika tidak maka aku harus bertanggungjawab nanti. Ternyata tidak Clara tidak Stella semuanya sama. Aku yakin dokter itu hanya mengarang bebas"lirih Steven.

~Bersambung~

Continue lendo

VocΓͺ tambΓ©m vai gostar

DOCTOR ARCHITECT [END] De Nday

Ficção Adolescente

164K 6.8K 40
⚠️ Cerita ini dapat menyebabkan gusi kering karena senyam-senyum seperti orang gila, salting brutal jungkir balik, dan menghalu tanpa batas❀️ °~°~°~°...
Nice To Meet You (END) De mrwsdm

Ficção Adolescente

6.9K 1.2K 50
Ketua BEM yang kembali dipertemukan dengan mantan crush dengan segala permasalahannya. Naira Adelaine, gadis cantik yang harus mengalami nasib malang...
290K 12.3K 90
[ Dunia lebih menghargai orang yang mau berusaha dengan usahanya sendiri] -Sudutmataa- *Buat dibaca GRATIS bukan dicopoy! JANGAN LUPA FOLLOW DULU YA...
1.9M 91.8K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...