[3] My Wife Stella

By Alvarosha99

2.4M 63.7K 1.2K

Apa yang terjadi jika sebuah pernikahan terjadi tanpa adanya cinta? Pernikahan yang terjadi hanya karna perjo... More

🍁 Chapter [1] 🍁
🍁 Chapter [2] 🍁
🍁 Chapter [3] 🍁
🍁 Chapter [4] 🍁
🍁 Chapter [5] 🍁
🍁 Chapter [6] 🍁
🍁 Chapter [7] 🍁
🍁 Chapter [8] 🍁
🍁 Chapter [9] 🍁
🍁 Chapter [10] 🍁
🍁 Chapter [11] 🍁
🍁 Chapter [12] 🍁
🍁 Chapter [13] 🍁
🍁 Chapter [14] 🍁
🍁 Chapter [15] 🍁
🍁 Chapter [16] 🍁
🍁 Chapter [17] 🍁
🍁 Chapter [18] 🍁
🍁 Chapter [20] 🍁
🍁 Chapter [21] 🍁
🍁 Chapter [22] 🍁
🍁 Chapter [23] 🍁
🍁 Chapter [24] 🍁
🍁 Chapter [25] 🍁
🍁 Chapter [26] 🍁
🍁 Chapter [27] 🍁
🍁 Chapter [28] 🍁
🍁 Chapter [29] 🍁
🍁 [Attention!] 🍁
🍁 Chapter [30] 🍁
🍁 Chapter [31] 🍁
🍁 Chapter [32] 🍁
🍁 Chapter [33] 🍁
🍁 Chapter [34] 🍁
🍁 Chapter [35] 🍁
🍁 Chapter [36] 🍁
🍁 Chapter [37] 🍁
🍁 Chapter [38] 🍁
🍁 Chapter [39] 🍁
🍁 Chapter [40] - ENDING 🍁
🍁 [Friendship Favorable] 🍁
🍁 [Bonus Part 1] 🍁
🍁 [Bonus Part 2] 🍁
🍁 [SEQUEL?] 🍁
🍁 [Questions About My Wife Stella] 🍁
🍁 [SEQUEL :: My Wife Stella] 🍁

🍁 Chapter [19] 🍁

55.5K 1.5K 29
By Alvarosha99

Stella POV

"Apa yang kamu lakukan disini? Dan foto siapa itu?"tanya Steven.

Aku memandang datar ke arahnya dan mencoba memikirkan jawaban yang tepat untuk menjawabnya.

"Aku melakukan check up biasa. Dan ini foto anak temanku, permisi"jawabku cepat.

Aku berjalan cepat mendahuluinya dan segera menyetop taksi yang lewat. Namun gerakanku kalah cepat olehnya.

"Kau keliatan pucat. Pulanglah bersamaku"ucap Steven.

"Tidak perlu. Kau urus saja urusanmu dan tinggalkan aku"balasku datar tanpa menoleh kearahnya.

"Bisakah kau menganggapku ada? Bisakah kau melupakan sejenak permasalahan yang terjadi. Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja, Stella"ucap Steven melembut.

"Kau pun tak pernah menganggapku ada Mas, untuk apa aku melakukannya. Aku memang sudah melupakan semua masalah tapi kau datang dan membawa masalah baru. Aku baik, tak usah cemaskan aku. Urus saja tunanganmu itu, Mas"balasku sengit.

"Hey, apa kau belum dengar berita terbaru?"tanya Steven.

"Belum. Memang ada apa?"tanyaku balik.

"Aku tidak jadi menikah dengan Clara"jawab Steven.

Bagaimana bisa? Apa yang terjadi? Bukankah dia sangat mencintai wanita itu?
Tapi... Tapi kenapa hatiku merasa lega.
Ya hanya lega bukan senang, mungkinkah masih ada sisi baik dalam diriku baginya.
Ya... Bagaimanapun dia tetap ada di hatiku sebagai orang yang berharga, tak mudah bagiku melupakannya begitu saja.
Dan kali ini... Aku merasa lega ia tidak menikah dengan Clara karna ku tahu wanita itu hanya mengincar harta dan kepopularitas saja.

"Oh"ucapku hanya itu saja yang kulakukan sebagai tanda aku mengerti dan tak perduli.

Ia mendesah kecewa lagi dan lagi. Itu tak luput dari penglihatanku namun aku tetap memandang ke depan, hingga sebuah mobil fortuner hitam berdiri tepat di depan wajahku dan keluarlah sosok malaikatku disana.

"Stella, naiklah"ucap Samuel lembut.

"Baiklah"balasku senang.

Aku meninggalkannya disana. Sendirian. Dengan keterkejutannya disana. Aku tetap diam, tak perduli lagi akan dia. Biarlah aku menjadi orang yang egois.

Sepanjang perjalanan aku hanya terdiam memandangi keluar. Hingga suara berat di sebelahku membuyarkan segala lamunanku.

"Berhenti memikirkannya! Fokus saja pada dia"ucap Samuel seraya melirik perutku yang mulai sedikit demi sedikit membuncit.

"Maaf"hanya kata itu yang bisa kuucapkan.

Aku sangat keterlaluan. Memikirkan lelaki lain saat sedang bersama lelaki yang mencintaiku.
Masih berharap jika seandainya...

Stop!!!

Cukup aku tidak mau berangan atau apapun lagi mengenai dia.
Tidak aku tidak boleh. Steven hanyalah kesalahan terbesar dalam hidupku.

"Sam, aku sudah dapat jawaban yang tepat untuk lamaranmu"ucapku selanjutnya.

"Benarkah? apa jawabanmu?"tanya Samuel antusias.

"Akan kukatakan nanti malam. Bersabarlah"jawabku dengan senyum merekah.

"Kau memang selalu penuh kejutan dan aku suka kejutan darimu"ucap Samuel membuatku tertawa.

Dia adalah lelaki dengan segala kesederhanaannya.
Dia tidak pernah memandang aku siapa dan apa latar belakang hidupku.
Dia tidak pernah mempermasalahkan aku sudah pernah menikah dan menjadi janda.
Dia bisa menerima segala kekuranganku. Dan aku rasa inilah jawaban yang tepat.

"Baiklah, lupakan soal lamaranku. Sekarang kita mau kemana?"tanya Samuel.

"Aku ingin ke KFC. Sudah lama aku gak makan ayam, hehe"jawabku.

"Oke"ucapnya lalu segera kami menuju KFC.

🍁🍁🍁

Steven masih terpaku di tempatnya hingga tepukan di pundaknya membuyarkan segala keresahan hatinya.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?"tanya seorang satpam.

"Tidak. Terimakasih"jawab Steven.

Ia memasuki mobilnya dan segera menuju rumahnya. Hari ini ia meninggalkan semua pekerjaannya karna hanya seorang Stella.

Ia tak bisa berfikir saat melihat Stella memilih bersama Samuel.

"Kau membuatku gila!! Arghh"teriak Steven di seantero rumahnya yang sepi.

Terlihat sebuah foto pernikahan dirinya dan stella masih ada di ruang tamunya. Ia mendekat dan

PRANGG~

Memecahkannya, Kemudian mengusap wajah cantik wanita di bingkai tersebut.

"Kenapa? Kenapa begini, kenapa baru sekarang aku menyadarinya bahwa kau amat berharga bagiku"lirih Steven.

"Arrgghhhh!"teriak Steven frustasi.

Tetes demi tetes air mata turun membasahi pipi Steven. Raungan dan jeritannya terdengar pilu hingga membuat orang yang mendengarnya pasti ikut merasakan kesedihan dan kepedihannya.

🍁🍁🍁

Sebuah pargelaran pertunjukkan di lakukan di lapangan Kejora. Puluhan artis ibu kota tampak mulai memasuki dan segera bergabung demi memeriahkan salah satu ulang tahun stasiun TV yang ke-23.

Clara menegakan tubuhnya dan menghela nafas kasar.

"Ayo semuanya berkumpul"ucap Rina.

Dia mulai menjelaskan bahwa susunan jalannya acara dan lain sebagainya. Clara dan tim'nya mendengarkan dengan khidmat.

Acara di mulai dengan menerbangkan balon ke udara dan acara pembukaan. Clara mulai menjejakan kakinya dan membuat formasi indah dengan ke-8 teman se-timnya. Lantunan musik berirama cepat membuat gerak tubuh wanita itu semakin lincah dan banyak mengundang penonton bergoyang.

Suara tepuk tangan meriah di berikan pada Clara dan timnya yang termasuk kedalam sebuah girlband bernama FlyHigh.

Setelah melakukan aksinya Clara terdiam di belakang panggung dan berbincang dengan salah satu produser film yang terkenal di Jakarta. Wajah cantik dan badan proporsionalnya yang mengundang banyak daya tarik hingga ia akhirnya menandatangani salah satu proyek besar. Yaitu menjadi pemeran di film layar lebar.

"Ciee yang dapet tawaran gede"ucap seseorang di belakang Clara.

"Hey, Vin. Lu ko disini?"tanya Clara.

"Tentu saja. Gw di undang di sini. Dan kau sudah berjaya rupanya"jawab Vino dengan senyuman licik.

"Ah begitu rupanya. Ini belum seberapa, Vin. Bagaimana dengan rencana lu?"tanya Clara lagi.

"Ya ya. Kau selalu tidak merasa puas akan semuanya. Semuanya berjalan lancar hingga saat ini"jawab Vino kemudian merentangkan tangannya lebar-lebar.

"Eh? Ngapain lo?"

"Peluk lo lah apalagi"

"Yee ogah gw di peluk lo, Vin. Cari mangsa lain sana"

"Yah. Gak asik lo, Cla"

Clara pun tertawa dan akhirnya tetap memeluk Vino. Baginya Vino bukanlah hanya teman namun sudah dianggap kakak dan saudaranya sendiri. Ia amat berhutang budi pada Vino itulah sebabnya ia selalu membantu Vino termasuk rencananya kali ini, terdengar cukup gila namun Clara tetap melaksanakan tugasnya.

"Sekarang kita harus berpesta"ucap Vino.

"Tentu saja. Club mana yang bakal lo booking?"tanya Clara menantang.

"Terserah padamu. Uangku takkan habis kalau hanya menyewa club, 100 club aku bahkan bisa membelinya"jawab Vino dengan angkuhnya.

"Dasar sombong!"cibir Clara lalu berjalan di belakang Vino.

🍁🍁🍁

Aku berjalan beriringan dengan Samuel ke sebuah taman. Beberapa hari ini aku selalu bermimpi mendatangi taman ini jadi kuputuskan agar kesini dan ternyata bayiku menyukainya. Ia tak berhenti bergerak dan mulai melakukan aksi lainnya yang membuatku takjub bahkan saat tangan Samuel menyentuhnya aku juga merasa nyaman. Apakah aku sudah menyukai Samuel? Secepat itukah hatiku berpaling dari seorang Steven?

"Hey, jangan melamun liat tuh esnya udah mencair"ucap Samuel menyadarkanku.

"Eh iya ya. Sam, apa yang kamu suka dariku?"tanyaku spontan. Aku sendiri kaget dengan ucapanku apalagi Samuel. Hingga akhirnya dia tersenyum manis dan mengusap kepalaku.

"Cinta tak butuh alasan, Stel. Aku menyayangimu karna aku tau kau wanita baik dan lemah lembut, aku mencintaimu karna aku tau kau adalah wanita yang tepat untukku. Kau cantik, pintar memasak, dan kau juga berwawasan luas. Kau sempurna, Stella"jawab Samuel.

"Aku tidak sesempurna itu, Sam. Aku hanya merasa ini terlalu cepat dan aku juga tidak menyangka"ucapku.

"Kau slalu merendah. Tapi itulah yang kusuka darimu. Kumohon pikirkan dengan baik mengenai lamaranku, malam ini aku ingin kau benar-benar sudah menyiapkan jawabannya"balas Samuel.

"Ya aku sudah fikirkan jawabannya. Malam ini jemput aku jam 7 ya"ucapku.

"Tentu saja. Aku akan membawamu ketempat yang belum pernah kau datangi selama ini, berdandanlah yang cantik ya princess"balas Samuel.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Kali ini aku tak mengomel karna dirinya menggombaliku lagi, aku sudah terbiasa dengan kata-kata gombalnya.

"Sam, aku mau pulang saja"pintaku.

"Oke"balasnya dengan tertawa kecil.

Bahkan aku tak pernah membuatnya bahagia tapi dia yang membahagiakanku. Terbuat dari apa hatinya yang masih bisa bertahan disisiku selama ini? Dengan buruknya diriku dan segala kekuranganku dia masih tetap berada disisiku.

Mungkinkah dia adalah orang yang tepat bagiku?

🍁🍁🍁

Steven berjalan gontai ke dapur setelah menangisi hidupnya yang tlah hancur. Ia membuka lemari dan tak ada apapun padahal perutnya kosong sejak pagi. Akhirnya ia putuskan untuk meminum air mineral saja.

Drttt drttt
Getaran ponselnya membuat Steven menghentikan minumnya dan menjawab telvonnya.

"Halo, Mah"

"Halo Steve, apa kau sibuk?"

"Tidak, Mah. Ada apa?"

"Hari ini ada acara keluarga tante Jenny kembali dari Jerman. Datanglah, Nak"

"Hmm... Acaranya dimana, Mah?"

"Di Cafe Harapan. Jam 6 kau sudah harus disana ya"

"Kenapa memangnya?"

"Karna kau selalu terlambat datang jadi kau harus disana untuk menyambut kami semua"

"Baiklah"

Klik. Sambungan terputus. Steven memandangi ponselnya dengan dahi berkerut. Tante Jenny kembali ini adalah berita buruk mengingat anaknya yang bernama Jessy sangat tergila-gila dengan Steven.

"Kenapa selalu saja ada orang seperti itu!"gumam Steven.

Seperti yang di perintah mamahya Steven berjalan menuju kamarnya dan bersiap walaupun jam masih menunjuk pada angka 4 sore. Dirinya sudah berberes dan berniat untuk berkeliling dahulu.

🍁🍁🍁

Entah disengaja atau tidak Steven melajukan mobilnya keapartemen Stella dan terdiam melihat dari jauh wanitanya yang tengah berdiri di balkon kamar dengan pandangan kosong.

"Apa kamu setersiksa itu? Apa karna aku kau seperti itu stella?"lirih Steven menatap sedih wajah Stella.

🍁🍁🍁

Aku berdiri santai dengan susu hangat di tanganku. Sore yang lebih tenang tanpa gangguan siapapun. Aku menyukai kesendirianku. Nayla kini tengah kuliah lagi untuk melanjutkan pendidikannya yang sempat terhenti sehingga aku sendirian lagi, walau sesekali aku akan mengunjungi orangtuaku tetap saja rumah ini hanya sebagai bangunan bukan tempat aku untuk pulang dan bersandar.

Aku ternyata membutuhkan seseorang sebagai teman berbagi.
Aku ternyata membutuhkan seseorang sebagai tempatku bersandar.
Seulas senyum tercipta kala melihat pesan samuel padaku, singkat namun tetap menghangatkan hatiku.

Entah sejak kapan diriku mulai merasakan aman dan sedikit nyaman berada di dekat Samuel. Bahkan sesekali aku akan merindukannya entah suaranya atau apapun itu. Dan aku pun tak bisa menampik bahwa sedikit demi sedikit hatiku bisa luluh dengannya.

Jam menunjukan pukul 5.30 tak terasa aku sudah terlalu lama berada di balkon kamar, dan sekarang aku harus bersiap untuk bertemu Samuel dan mengatakan bagaimana perasaanku padanya.

🍁🍁🍁

Pukul 6 tepat.

Mobil Steven memasuki cafe dan segera menduduki kursi yang telah di booking sebelumnya. Keluarganya belum nampak dan ia terpaksa menunggu.

10 Menit Kemudian~

Keluarga besar Vallerosha sudah datang dan acara keluarga itu terjadi dengan sangat meriah. Makan malam yang sangat di rindukan oleh Steven. Tindakan serta cara berbicara Steven berubah saat nenek dan kakeknya memeluknya. Ia menjadi seperti anak kecil dengan tindakannya membuat Selena mengerutkan keningnya bingung.

"Mas, dulu waktu aku hamil Steven kamu kan yang ngidam?"tanya Selena.

"Iya. Kenapa?"tanya balik Michael.

"Kamu ngidam apa dulu? Ko aku ngerasa aneh ya sama Steven. Kaya bukan dia gitu"jawab Selena.

"Aku gak ngidam makanan atau apapun. Hanya lebih manja aja. Eh? Aku gak ngerasa gitu, Steven masih sama aja ko, sayang"ucap Michael.

"Nah kan. Kamu mirip sama Steven, Mas. Liat deh dia dari tadi kaya anak kecil ngambekan dan manja banget malahan sama opa dan omanya"balas Selena.

Michael diam dan memperhatikan gerak gerik anak sulungnya itu dan kemudian tersenyum penuh arti. Selena hanya bisa termenung dengan pemikirannya sendiri. Jika benar dugaannya, Selena sudah pasti menyukai arti dari sikap Steven yang berubah itu.

🍁🍁🍁

Aku berjalan memasuki cafe indah dengan desain yang sederhana namun tetap elegan. Benar apa kata samuel aku belum pernah kesini.

"Kau mau makan apa?"tanya Samuel lembut.

"Apapun"jawabku.

Samuel memesankan makanan dan kembali mengobrol. Membahas satu sama lain. Pendekatan yang lazim di lakukan dan aku bisa melihat ketulusan dimatanya. Tatapan penuh harapannya membuatku diam.

Benarkah keputusanku ini?

"Stella... Ayo makan bukan melamun"ucap Samuel.

Berarti dari tadi aku melamun? Ya Tuhan bodoh sekali aku ini.

Aku pun mulai menyendok satu per satu steak yang terlihat menggiurkan itu. Namun tiba-tiba perutku bergejolak dan ingin memuntahkannya. Segera aku berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan semua makanan di dalam perutku.

Biasanya aku akan lemas namun aku tidak merasakannya. Aku justru merasakan tenang dan lega. Suara Samuel berteriak membuatku keluar dan menemukannya terlihat gusar dan khawatir padaku.

"Aku baik-baik saja, Sam"ucapku menenangkannya.

Aku berjalan menuju tempatku kembali. Namun pergelangan tanganku di tarik Samuel menuju luar cafe dengan sebelah tangannya menutup kedua mataku. Mataku masih tertutup oleh tangan besar Samuel. Hingga pada hitungan ke-3 Samuel melepaskan dan didetik itu juga aku menangis. Menangis haru dan bahagia. Apakah semua ibu hamil begitu sensitif seperti aku ini?

Aku tak kuasa melihat pemandangan di depanku. Jalanan yang di sulap begitu indah dengan balon berwarna pink dan biru muda lalu tanah tempatku berpijak yang di taburi bunga mawar biru dan merah. Ini berlebihan namun aku menyukainya juga.

Atap cafe yang di sulap dengan berbagai pernak-pernik lainnya. Dan entah sejak kapan aku sudah berada di tengah luar cafe yang banyak pasang mata melihatku dengan pandangan irinya. Kulirik Samuel yang tersenyum sangat manis mendekatiku.

Duduk bersimpuh di depanku mengambil sebelah tanganku dan dikecup dengan lembut. Matanya memandangku sendu dan hangat. Aku tersentuh oleh perlakuannya.

"Stella Zevani, will you marry me?"

Aku terdiam beberapa saat hingga satu jawaban itu terucap dengan lantang.

"Yes i do"

Suara tepuk tangan meriah dan kembang api yang menyala menjadi saksi antara aku dan Samuel menjadi satu.

Aku memeluknya erat dan diapun membalasnya tak kalah erat seraya mengucapkan kata terimakasih di telingaku membuatku terkekeh karna geli.

🍁🍁🍁

Steven memandang keluar dengan tatapan bingung sekaligus penasaran.

"Ada apa ya, Pak?"tanya Steven pada salah satu pengunjung yang baru saja masuk.

"Itu ada yang abis di lamar dan lamarannya di terima"jawab bapak tersebut.

"Oh makasih, Pak"ucap Steven.

Kakinya melangkah maju keluar tak perduli pada teriakan orangtua dan saudaranya ia tetap keluar membelah lautan manusia yang memenuhi bagian luar cafe tersebut.

Hingga pada jarak yang cukup dekat nafas Steven tercekat. Udara di sekitarnya menghilang matanya memanas hatinya bergemuruh hebat. Ia memandang nanar dan sedih pada pasangan di depannya.

"Stella kau..."ucapan Steven terputus karna kegelapan lebih dulu menghampiri Steven.

Dia pingsan di tempat membuat semua orang memandang bingung dan tak ada yang membantunya hingga teriakan kencang pun terdengar.

"Steven... Anakku"teriak Selena histeris.

🍁🍁🍁

Aku menoleh saat nama itu terucap dan tertangkap indra pendengarku. Aku menoleh kebelakang dan menemukannya disana.

Dia. Lelaki itu terjatuh di tanah. Apakah ia melihatku dengan Samuel berpelukan? Apakah ia menyaksikan semuanya sejak tadi?

Tuhan apa aku sudah melukainya?

"Mass.... Masss stevennn!!!!!"teriakku lantang dan berlari mendekat kearahnya. Tak kuhiraukan lagi suara samuel yang berteriak memanggilku, diriku seakan terhipnotis saat melihat tubuh lelaki itu terjatuh dan begitu lemas dan lemah.

~Bersambung~

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 247K 50
[READY EBOOK πŸ“±] LINK PEMBELIAN EBOOK BISA DM/BUKA DI PROFIL AKU, TEPATNYA DI BERANDA PERCAKAPAN YA☺️ "Ngapain di sini? Jual diri ya." Luna memejamk...
19M 216K 11
Sebelum membaca aku harap kalian sudah menyiapkan mental. Bab, demi bab, perasaan kalian akan di buat terombang-ambing. Sedih, kesal, kasihan, baper...
6.7M 958K 54
Prahara rumah tangga si cowok spek malaikat dan cewek spek iblis. PART MASIH LENGKAP! TIDAK DI HAPUS SAMA SEKALI ❣️ Novel tersedia di seluruh Gramedi...
5M 273K 68
[Beberapa Part di hapus acak. PO 06 Juni 2024!] Masa SMA adalah masa yg paling indah. Katanya. Namun, tidak bagi Bianca Olivia. Diusianya yg menginja...