BERAWAL DARI PERTUNANGAN (com...

By vivinafiah

1.9M 80.9K 2.8K

Vivi Rineyka gadis manis yang di tunangkan oleh ayahnya kepada putra dari rekan kerjanya ( Deni Devasa ) yang... More

Perkenalan
Deril's?
Sifatnya yang Dingin!
Makan bersama!!
Flower's
Mall's
kisah yang rumit.
Cas't BDP.
Hug{}
engagement day!
engagement day 2
Ayah?
Deril's mdbstr
Hari Pertama!
Deril disconcerting!
feeling's
Deril POV'S
Salma POV
Deril Suck's
Deril Sick's
This feeling.....
Deril Attention!
problematic question's
feeling the nascent!
Become Awkward!
Vivi Jealous!
statement painful
Dean Faudzi's
Hug's
Secret!
FirstKiss!
Tragedy
He is attentive.
the most painful thing
Honesty
Lost Confidence Back
Lies Revealed
Decision!
Deril that Spoiled!
Alone.
Explanation
Problem
CaffeBigo.
Longing
picture?
An Ordeal Back
Undecided
Event
Deril frk!
Dearmad
Broken Heart
Tears
the umpteenth time
Sad Ending

Invective!

50.4K 1.7K 83
By vivinafiah

Heihei ketemu lagi nih....
masih ada yang nunggu kelanjutan cerita ini?😂😂
Yawdah semoga kalian ga bosen ya sama alurnya😂 kalau sama akunya gpp deh :v asal jangan sama cerita nya ya.

Maaf kalau ceritanya ga semaximal mungkin:( dan buat kalian ga suka atau garing.
Tapi aku udah berusaha ko 😊 semoga kalian suka.
Selamat membaca....😍😍

Rasa bahagia begitu mengalir pada dirinya. Bahkan rasa nyamannya itu terasa sangat mencekam pada dirinya saat ini.

Ngga ngga! Lo harus inget apa kata salma! Batin vivi bergeming seketika saat ucapan salma terngiang kembali di fikirannya itu.
Vivi mengalihkan pandangannya ke lain tempat.

Tangan deril melayang tepat di jidat vivi, ia kembali memeriksa keadaan vivi.
" pulang ya, biar aku anter. Keadaan kamu gada perubahan" ucap Deril yang sedikit memohon kepada vivi agar pulang karena badannya sangat panas kali ini.

Vivi terdiam, ia menatap mata deril secara mendalam. Ada rasa ingin ia keluarkan semua unek-unek yang ada pada dirinya itu.
" ngga" ucap Vivi beberapa detik kemudian, dan menolan ajakan deril.

Deril menghembuskan nafasnya secara kasar, ia langsung meninggalkan uks tanpa menoleh kembali kepada vivi.
Vivi masih menatap deril, ada rasa kecewa karena tak mengikuti apa kata deril. Tapi mau tak mau itu harus ia lakukan demi salma saat ini.

" deril kenapa vi?" Tanya yuli yang menyadari kepergian deril.
Vivi menggedikkan bahunya.

" Vi? Tadi salma ngapain lo?" Tanya Widya yang rupanya masih kepo akan perbincangan antara vivi dan salma.

Vivi terdiam sejenak " dia cuma nanyain keadaan gue doang" ucap vivi beberapa menit kemudian.

"Yakin?" Tanya widya dengan tatapan menyelidik.

Vivi mengangguk cepat, ia tak ingin membuat widya curiga jika vivi berlama-lama menjawab.

Widya terdiam, matanya masih menatap vivi tajam.

"Apapun yang di katain salma tadi. Gue cuma mau bilang lo jangan percaya vi" ucap yuli yang angkat bicara.

Vivi terdiam, ucapan salma terus terngiang di kepalanya.

Apa gue harus tanya ke deril aja? Batinnya bergeming di dalam sana.
Vivi menggeleng cepat

Ngga ngga, kalau gue bilang pasti deril gakan jujur juga batinnya menolak keras untuk berkata jujur kepada deril.

Tapi apa harus gue sepercaya itu ke salma? Bisa aja dia bohong batinnya kembali bimbang.

Vivi terdiam, otaknya berfikir sangat keras.

Salma ga akan boong, masa iya dia mengumbar keaiban dia sendiri. 3 taun mereka bersama, pasti banyak halhal yang udah mereka lewatin bersama batinnya bergeming di dalam sana. Dada vivi terasa sesak saat membayangkan hal seperti itu.

" vi? Lo ga kesambet kan?" Tanya yuli yang sedari tadi melihat sikap vivi yang aneh.
Vivi tersentak kaget, fikirannya pun buyar seketika.

Vivi tersenyum saat mendengar ucapan yuli tadi " ga lah. "

" ya lo aneh aja gitu, geleng-geleng sendiri, ngangguk-ngangguk sendiri. Aduh keadaan lo makin parah deh" ucap Yuli yang merasa keadaan vivi semakin parah.

Vivi terkekeh " ga yul, yaampun gue masih waras ko. Gue cuma inget ayah gue doang ko. "

Yuli mengerutkan keningnya, ia merasa jawaban vivi itu melantur. Masa iya inget ayahnya ngangguk-ngangguk sama geleng-geleng gitu.

" bentar-bentar. Lo kangen ayah lo? emang ayah lo kemana?" Tanya widya yang angkat bicara dan ikut menimbrung.

Vivi menghela nafasnya sejenak " dia lagi di luar kota. Buat nyelesain tugasnya" ucap Vivi yang tersenyum kecut, hatinya seketika merindukan sosok sang ayah.

Widya mengerutkan keningnya " terus lo disini sama siapa?" Tanya Widya yang sedikit kebingungan.

Vivi terdiam, ia bingung harus menjawab nya bagaimana.
" ya-gue tin-nggal sama de-ril tapi lo berdua jangan mikir yang aneh-aneh. Di rumahnya bukan ada gue sama deril doang ko " ucap vivi mencoba menjelaskan walaupun sedikit gugup untuk mengatakan yang sejujurnya.

Widya dan yuli tersenyum menggoda.
" ihh, sweet deh udah mah tunangan sama yang ganteng, tinggal serumah lagi aaa pengen nyusul" ucap yuli yang terkagum-kagum bahkan pipi nya pun sudah merah merona .

" iya ya yul, lo beruntung banget vi. Asal lo tau ya yaampun dari banyaknya cewe di sekolah ini yang naksir sama deril cuma lo yang bisa luluhin hati deril tau. Hebat lah ga ambil jalur pacaran lo lansung ambil jalur tunangan ckckc" ucap widya yang menggoda vivi.
Vivi tersenyum malu saat mendengarkan penuturan widya dan yuli.

" engga, lo berdua salah. Pertunangan ini dari awal tuh cuma perjodohan dari kedua orang tua gue sama deril " ucap vivi yang mengatakan sejujurnya.

Widya dan yuli pun yang tadinya sempat terkekeh pun langsung terdiam.
" perjodohan? Masa iya vi?" Tanya Yuli yang terlihat kaget.

"Ya, awal nya gue gamau. Sama deril juga gamau tapi ya kita jalani dulu aja" ucap Vivi tersenyum dan mengingat sedikit tentang masa lampaunya itu.

" tapi sekarang ada kan benih benih cinte?hayo ngaku aja" ucap Yuli menggoda vivi senyumannya sangat menggelikan.
Vivi mengulum senyumannya itu, pipinya sudah sangat merona.

" apa si ah, udah deh ga usah nyebelin deh" ucap vivi yang merasa malu di goda oleh temannya itu.
Yuli dan widya terkekeh saat melihat vivi yang jadi salah tingkah.

" lo tau ga? Tadi kan gue manggil deril ya di kantin. Dan gue bilang lo masuk uks vi. Lo tau gimana ekspresi deril? Yaampun keliatan banget kalau dia khawatir banget tau sama lo. Bahkan dia lari buat ke uks, gue aja sampe kewalahan ngejar dia. " ucap Yuli yang menceritakan kejadiannya yang tadi saat ia keluar dari uks dengan alasan ingin ke kamar mandi padahal dirinya menghampiri deril.

Vivi terdiam, hatinya terasa hangat saat mendengar ucapan yuli tadi. Ada rasa senang di dalam sana saat mendengar kalau deril khawatir kepada dirinya.

Ceklekk...
Pintu uks pun terbuka, vivi, yuli dan widya melirik kearah ambang pintu.

" kamu harus pulang" ucap Deril yang baru saja memasuki uks dengan membawa lembar kertas izin yang berukuran kecil dan bahunya menggendong dua tas miliknya dan milik vivi. Rambut nya sedikit berantakan, wajahnya sangat terlihat segar dan tampan.

Vivi mengerutkan keningnya
" ga mau deril, bosen dirumah. Apalagi kalau sendiri" ucap Vivi yang kembali menolak untuk di ajak pulang.

" ada aku, jangan susah deh!" Ucap Deril yang sudah sebal akan sifat kesusahan vivi. Ia segera menarik tangan vivi agar segera turun dari ranjang kasurnya itu.

" oke-oke!! Kamu minta surat izinnya dulu gih" ucap vivi yang akhirnya pasrah akan paksaan deril.

" nih, udah mau alesan apa lagi?" ucap deril yang mengangkat 2 lembar kertas izin yang telah ia minta.

Vivi mendengus kesal " hih rewel" ucap vivi yang mulai beranjak dari rajang nya itu.
vivi membenarkan penampilannya sejenak, rambutnya sedikit berantakan dan bajunya pun berantakan.

"Yul, wid thanks ya lo udah nemenin gue. Ga tau deh gue harus bilang apa lagi ke lo berdua. Lo terlalu baik ke gue. Thanks ya" ucap vivi yang bertrimakasih atas kebaikan yuli dan widya.

" ih vi, gpp ko kita berdua lakuin ini juga karena lo temen kita " ucap yuli yang tersenyum manis.

" ya vi, kaya yang ke siapa aja. Udah sana lo pulang istirahat, cepet sembuh ya" ucap Widya mengelus pundah vivi dengan hangat.

Vivi tersenyum manis dan mengangguk, hatinya terasa hangat bisa memiliki teman seperti widya dan yuli.

" thanks ya, lo udah jagain vivi" ucap deril angkat bicara dan tersenyum manis.

" selow der" ucap yuli tersenyum manis.

" yawdah ayo vi" ucap Deril yang merangkul vivi agar segera keluar dari ruang uks.
Vivi mengangguk dan melambai kearah yuli dan widya.
Yuli dan widya hanya tersenyum dan membalas lambaian vivi.

Setelah itu vivi dan deril segera keluar dari ruang uks.
Di luar uks banyak sekali para murid yang beralalulalang vivi sedikit merasa malu karena baru saja ia dan deril keluar dari ruang uks banyak sekali tatapan nakal yang menatap kearahnya dengan tajam.

" biar tas aku, aku yang bawa " ucap Vivi pelan dan menarik tas miliknya dari bahu deril.
Deril awal nya menolak, tapi vivi memaksanya karena ia tak ingin deril dianggap seperti babu kalau seperti itu.

Setelah itu deril menggenggam tangan vivi, mereka pun melangkah menelusuri setiap kelas untuk segera keluar dari sekolah ini.

" der!!" Teriak daffa dari sisi lapangan dan memanggil deril dengan lantang.
Deril menghentikan langkahnya karena baru saja namanya di sebut.

Deril melirik kearah sisi lapangan ternyata gerombolannya berada di sana, terutama salma dia pun berada di sana.

Vivi yang berada di samping deril pun mengalihkan pandangannya kesisi lapangan juga mengikuti arah pandangan deril.
Vivi melihat salma di sana, ia segera menarik tangan miliknya dari genggaman deril.

Deril yang merasa tangannya di hempas oleh vivi pun melirik kearah vivi dengan tatapan kebingungan.

" gatel" ucap vivi menyengir dan menggaruk telengkuknya yang tak gatal.
Deril menatap vivi sejenak.
" kesana dulu ya, aku mau bilang dulu" ucap deril yang meminta agar mereka berdua menghampiri gerombolannya itu dulu.
Vivi mengangguk pasti.

Setelah itu mereka pun segera melangkah ke sisi lapangan dan menghampiri gerombolan deril.

" mau kemana lo ?" Tanya dede dengan tatapan datarnya itu.

" gue mau anter vivi pulang dulu ya, sorry gue gabisa kumpul hari ini" ucap deril dengan nada suara biasanya itu.

" gue bingung deh, lo kenapa si sibuk banget der? " ucap Dede dengan nada suara yang terdengar sinis.
Salma yang berada di samping daffa pun hanya menatap deril dengan tatapan berharap.

" de,bukan gitu. Tapi emang gue gabisa hari ini." Ucap Deril dengan nada suara yang terdengar masih biasa.

" apa karna .... " dede melirik kearah vivi yang berada di belakang deril, ucapannya menggantung sejenak.

" gausah libatin vivi!" Geram deril yang tak suka jila vivi di libatkan dalam masalahnya.

Dede terkekeh " emang nyatanya gitukan. Perasaan lo bareng mulu sama dia. Ada hubungan apa lo sama dia? Ampe salma lo geletakkan gitu aja. "Tandas dede dengan sorat matanya yang tajam itu.
Tatapan dede sedikit mengendur menatap vivi " apa jangan jangan lo cewe ga bener lagi? Di bayar berapa...

" parah ya lo!" Ucap deril yang mengangkat kerah seragam dede hingga terangkat keatas.
Deril menatap dede dengan tajam, sedangkan dede hanya terkekeh menjijikan.

" nyatanya kan gitu, lo lebih mentingin dia cewe yang ga berguna. Cuma anggep lo ojek doang!" Ucap Dede sengit.
deril mempererat cengkramannya pada kerah seragam dede, rahangnya terkatup sangat rapat.

" der udah" ucap Vivi yang menarik deril agar deril melepaskan genggamannya pada kerah dede itu. Vivi tau jika ini berkelanjut pasti akan berakhir dengan perkelahian.

Ucapan dede itu mampun membuat hati vivi sedikit goyah, rasa sakit di hatinya semakin memburuk. Entah ia merasa jika dirinya saat ini banyak tak di sukai oleh penghuni disekolah ini.

" der udah lah!" Ucap Davi yang meleraikan deril agar menjauh dari dede.

" Lo kebangetan de! Kalau lo emang punya masalah sama gua ya selesain sama gua! Gausah lo libatin vivi! Tuduhan lo kampungan! " ucap Deril yang mulai emosi akan sifat dede.

" der udah der" ucap vivi menarik deril agar menjauh dari dede. Hati vivi terasa takut kalau deril melakukan hal yang engga-engga.
Mata vivi terasa panas, dadanya masih begitu sesak.
Ia mencoba menahan air matanya agar tak menetes.

" der! Udah " ucap Salma yang menarik deril agar menjauh dari dede.

" de udah cukup! Lo berdua kaya anak kecil !" Ucap daffa yang mulai meleraikan perdebatan deril dan dede.
Deril melepas cengkraman nya dari kerah dede. Nafasnya berderu tak menentu tatapannya sangat tajam, menandakan kalau pria ini sangat emosi saat ini.
Deril merenggangkan jaraknya dengan dede ia sedikit menjauh.

" der lo harus tenang" ucap salma yang mengelus dada deril dengan hangat agar deril berhenti untuk beremosi. Salma menyandarkan kepalanya di bahu deril.
Deril hanya terdiam, ia tak memperdulikan salma tatapannya masih menatap tajam kearah dede.

Vivi yang melihat hal yang di lakukan salma pun sedikit mundur untuk menjauh dari deril. Tatapannya ia alihkan kelain tempat agar tak menyaksikan kejadian itu yang sangat menyesekkan dadanya itu, air mata yang sedari tadi ia tahan pun dengan mulus turun membasahi kedua pipinya.

" mending lo pulang der" ucap Davi yang meminta deril pergi dari tempat ini dari pada nanti dede akan memancing emosi deril kembali.

" gue tegasin ke lo de! Dan lo daff! Gue tau sekarang gue gapernah ada kumpul sama lo semua! hidup gue gakan selamanya buat ngejalani hal kaya gitu terus! Gue punya kepribadian! Gue punya kehidupan lain! Bukan berarti lo salahin vivi karena gue ga ada waktu buat kumpul! Bahkan lo firnah dia yang engga-engga!" Tandas deril panjang lebar dan menjelaskan apa alasannya itu.

Daffa dan dede terdiam, ia mencerna ucapan deril tadi.

" der udah lah, jangan di perpanjang masalah kaya gini" ucap Salma yang masih setia di samping deril.

Deril terdiam, ia tak bergeming bahkan tak menjawab ucapan salma.

" masa iya lo berantem semua cuma gara-gara kaya gini, der mungkin kata dede itu maksudnya lo jangan pernah dong beda-bedain waktu lo smaa temen dan sama vivi" lanjut salma yang masih mengelus dada deril agar deril tenang.

Deril tersadar akan kelakuan salma yang ia lakukan padanya. Deril langsung menjauh dari salma, pandangannya mencari-cari sosok vivi yang saat ini sudah menjauh dari nya. Vivi menundukkan kepalanya, ia mencoba menahan air matanya agar tak terus menerus mengalir.

" gue cabut duluan " ucap Deril yang langsung meninggalkan gerombolannya itu dan langsung menghampiri vivi.

" sebaiknya kita pulang" ucap Deril yang langsung menggenggam tangan vivi dan menjauh dari area sekolah secepatnya.
Vivi mengusap air matanya ia tak ingin deril melihat dirinya menangis.

" jangan dengerin apa kata mereka" ucap deril yang mengoceh dan terus menarik vivi agar keluar dari sekolah.

" iyah" ucap vivi yang berada di belakang deril.

sesampainya di gerbang deril memberikan selembar kertas izinnya kepada satpam di sekolah. Setelah itu mereka pun diizin kan untuk keluar dari sekolah.

Deril masih menarik vivi untuk Segera menuju parkiran. Hati deril masih berkecamuk kesal di dalam sana.

Vivi masih terdiam di belakang deril, bibirnya bungkam. Rasanya ia lelah untuk hari ini, ia ingin segera sampai di rumah dan mengunci pintu dan tak ingin diganggi oleh siapapun.

Deril melepaskan genggamannya saat mereka tiba di parkiran. Deril segera memakai helm miliknya, dan segera menaik di motor kesayangannya itu. Setelah siap vivi pun menaik di belakang deril tanpa berkata apapun kepada deril.

Deril mengendarai motornya dengan laju yang sangat kencang. Vivi yang berada di belakang deril pu harus berpegangan kuat pada behel motor.
Vivi tau deril masih marah atas kejadian tadi, tapi vivi juga merasakan rasa sakit hati juga atas kejadian tadi.

" pegangan!" Ucap deril yang merasa vivi tak berpegangan pada pinggang deril. Nada suara nya terdengar sedikit membentak.
Vivi yang mendengar ucapan deril pun langsung tersentak kaget, ia pu langsung berpegangan di pinggang deril.

" kalau lo bawa nya kaya gini, lo bisa nyelakain diri lo sendiri deril. " ucap vivi yang mengingatkan deril agar melambatkan laju motornya itu.
Deril terdiam, ia tak bergeming. Laju motornya masih sama dengan kecepatan yang tadi.

Vivi berpegangan erat pada pinggang deril, ia merasa mulai ketakutan.

Deril pun melambatkan laju motornya, tapi ia tak bergeming sama sekali.

Sepanjang perjalanan berlangsung, semua hanua berdiam diri. Tak ada pembicaraan sama sekali yang terdengar.

Bahkan tak terasa sudah 10 menit kemudian, mereka pun telah sampai di rumah kediaman deril.
vivi segera turun dari motor deril, sedangkan deril ia melepas helm miliknya dan menyetandarkan motornya.

Vivi menatap deril sejenak, deril sibuk membenarkan rambutnya. Setelah itu vivi pun menggelengkan kepalanya lemah dan langsung melangkah masuk ke dalam rumah dan menuju kamarnya.

" non tumben udah pulang?" Tanya bi sarah saat vivi baru saja memasuki ruang tamu. Bi sarah yang sedang mengelap meja pun menatap kepada vivi.

Vivi tersenyum dan menghentika langkahnya " iyah bi, izin pulang soalnya ga enak badan"

" aduh tuhkan kata bibi juga apa jangan sekolah dulu non. Yawdah sekarang non istirahat aja, nanti bibi bikinin bubur buat non." Ucap bi sarah tersenyum manis dan langsung beranjak dari pekerjaannya itu.

"Aduh bi gausah repot-repot...

" gpp non, tenang aja. Yawdah bibi buat dulu ya" celah bi sarah tersenyum manis dan melangkah meninggalkan vivi.
Vivi tersenyum manis saat melihat ketulusan bi sarah tadi.

Setelah itu ia pun melangkah lagi untuk menuju kamarnya.

" vi?" Ucap Deril yang membuat vivi menghentikan langkahnya saat baru saja vivi menaiki beberapa anak tangga.

Vivi menghentikan langkahnya, detak jantungnya berdetak tak menentu.

" maaf soal tadi" ucap Deril yang menyesali akan sikapnya yang sempat emosional.

Vivi terdiam, ia masih enggan untuk membalikkan tubuhnya untuk menatap deril.
" oke, itu ga masalah. Gue harus istirahat" ucap vivi yang memutuskan kontak pembicaraannya dengan deril dan mulai melangkahkan kakinya kembali untuk memasuki kamarnya.

Sejujurnya hati vivi sangat menolak keras untuk memutuskan kontak pembicaraannya dengan deril. Ia ingin lebih dari itu, ia ingin menghabiskan waktunya bersama deril saat ini. Tapi disisi lain hatinya masih sakit jika mengingat ucapan salma tadi yang mampu mencolos hatinya begitu saja.

Deril terdiam di ujung tangga, ia menatap vivi yang mulai memasuki kamarnya. Hati deril terasa hambar saat melihat sikap vivi hari ini.
Ia merasa aneh dengan sikap vivi saat ini.

Deril pun memutuskan untuk memasuki kamarnya dan berganti pakaian nya terlebih dahulu dan berniat menemui vivi nanti.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

10.50 wib.
Vivi telah membersihkan tubuhnya sedari tadi, bahkan ia sudah berpakaian santai saat ini.

Vivi membaringkan tubuhnya di kasur king sizenya itu.
Bi sarah belum juga mengantarkan makanan yang katanya akan ia buat untuk vivi.

Vivi memainkan ponselnya itu, hatinya terasa ingin sekali memanggil deril saat ini. Tapi egonya menolak kuat, vivi tak ingin membuat salma kecewa. Ia tau rasanya di kecewakan bagaimana.

Vivi menghela nafas panjangnya, ia meletakkan ponselnya di sampingnya.

Vivi memejamkan matanya sejenak, rasa pusing di kepalanya sudah tak terasa lagi. Hanya saja rasa lelah di tubuhnya kini merajalela.

'Gue udah nunggu dia selama 3 taun. Bahkan gue udah ngasih apapun kedia sampe diri gue Juga udah gue kasih kedia' ucapan salma terngiang di kepalanya. Vivi meringis tak suka dengan ucapan itu, dadanya terasa sangat sesak jika mengingat ucapan itu.

Pelupuk matanya pun sudah kembali berlinang air mata.
Lo cewe yang kuat ko batin vivi bergeming disana mencoba menyemangati vivi agar lebih kiat lagi.

'apa jangan jangan lo cewe ga bener lagi? Di bayar berapa...' ucapan dede pun terngiang jelas di kepalanya.

'lo lebih mentingin dia cewe yang ga berguna. Cuma anggep lo ojek doang!'

Air mata vivi pun telah membanjiri kedua pipinya itu. Rasa sakit hatinya semakin menjadi saat mengingat ucapan dede dan dalma tadi.

Ayah, cepet pulang. Vivi pengen pulang ke jakarta batin vivi bergeming di dalam sana, hatinya terasa pilu saat ini. Dirinya merasa begitu tak berharga di tempat ini. Bahkan dirinya tak diinginkan di kota ini.

Vivi meraih ponselnya, ia berniat untuk menghubungi sang ayah.

Ponselnya ia letakkan di telinga kirinya, air matanya masih mengalir deras. Vivi menunggu sang ayah mengangkat telfon sambungannya.

Tak ada jawaban.
Vivi mencoba beberapa kali lagi. Tapi hasilnya pun sama, sang ayah tak menjawab sambungannya itu.
Vivi melempar ponselnya di sampingnya.
Ia menenggelemkan wajahnya di tumpukan bantal agar suara tangisnya terendam.

Ayah batinnya terus memanggil sang ayah. Ia sangat merindukannya saat ini.

" Vi?" Suara itu begitu lembut di telinga vivi. Vivi tersentak dan menghentikan isak tangisnya. itu suara deril, vivi dengan cepat mengusap air matanya itu agar deril tak melihatnya.

Engga-engga! Mata lo pasti sembab vi batinnya bergeming didalam sana. Vivi terdiam, ia masih menenggelamkan wajahnya di tumpukan bantal.

" gue pengen sendiri der" ucap Vivi yang masih menenggelamkan wajahnya itu.

Deril terdiam, ia menatap punggung vivi sejenak. Buburnya sempat ia bawa pun ia letakkan di atas nampan.

" hari ini kamu beda vi, semenjak kamu ngobrol sama salma kamu jadi berubah." Ucap Deril kembali.

Vivi terdiam, air matanya masih terus mengalir.

" aku tau salma gimana orangnya, aku tau pasti salma bilang yang engga-engga sama kamu." ucap Deril dengan nada suara datarnya itu.

" aku lebih seneng kamu nanya kepribadian aku dari diri kamu sendiri dan langsung tanpa harus dari orang lain. Kamu tau? Penilaian orang lain hanyalah bumbu yang tak penting untuk kita rasakan." Lanjut Deril.

Vivi terdiam, ia mencerna ucapan deril tadi.

" sekarang kamu makan dulu vi " ucap deril yang mengangkat wajah vivi agar menghadap kearahnya.

Vivi mulai mengangkat wajahnya itu dari tumpukkan bantalnya dengan perlahan, akhirnya hatinya luluh saat mendengat ceramahan dari deril tadi.

Wajahnya sangat berantakan, air matanya masih berserakan di wajahnya itu. Bahkan kelopak matanya sangat bengkak dan sembab.
vivi menyeka air matanya itu.

Deril yang melihat penampilan vivi pun langsung menarik vivi dalam pelukkannya itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

bersambunggg...
Hayooo bagaimana dengan kelanjutannya ya?
Apakah vivi akan menceritakan semuanya kepada deril? Apakah dirinya akan tetap menyembunyikan rahasia nya itu?
Yang penasaran tetep stay di BDP ya😍😍😍

Yang udah baca jangan lupa vomment yang banyak okee. Di tunggu banget soalnya buat jadi penyemangat😍😍😘😘

Okee seeyou againn....

Continue Reading

You'll Also Like

3.4M 177K 36
Singkat cerita alur hidupnya berubah semenjak ia mendatangi pesta pernikahan sahabatnya di Inggris ***
2.6M 39.6K 51
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
20.8K 1K 56
(END) ..... Aku tidak tau apa-apa tentang laki-laki itu, yang aku tau dia seseorang yang sangat ayah percayai, dia yang selalu ayah puji, dan dia yan...
6.6M 528K 66
"Suami lo kalau di rumah, ngomong nggak sih?" "Ngomonglah. Dikit." "Hmm, tapi serius kan dia enggak gagu? Soalnya enggak pernah ngomong sama gue." "D...