"Mas Yoga?"
Dia meringis...
Begitu didalam pesawat gue tunggu di dalam. Sementara Rizki udah masuk ke business class. Gue dan dia bersalaman dan gue peluk.
"Sombong," kata dia
"Maaf Mas, ternyata ribet banget," kata gue
Kebetulan di backpack gue ada undangan. Gue kasih undangan ke dia.
"Apa ini?"
"Datang yaaaa! Sampai nanti!"
Gue kemudian berbalik masuk ke business class.
"Lama amat, kemana aja?"
"Ada temen, nanti kalau mendarat gue kenalin."
Penerbangan malam walau sebentar itu membosankan. Walaupun gue bisa manja-manja ke Rizki, dan sering dicium, tapi rasanya beda. Suasana malam di pesawat, kayak gue terperangkap ditabung, sementara diluar cuma gelap, gak ada sinar.
Begitu mendarat berasa sangat lega.
Saat di baggage claim area, gue kenalin Rizki ke Yoga.
"Kayak Ardi ya?" , bisik Rizki
"Iya...mungkin mereka ada hubungan."
jawab gue
"Kalian saudara-an ya?" tanya Yoga
"Iya,"
Gak tahu kenapa bisa jawab serempak.
"Mas Yoga balik kerja di Bali lagi?"
"Oh engga....gue cuma mau ngambil barang-barang yang masih ketinggalan di kos lama. Yaaah baru bisa ngumpulin duit, jadi bisanya ambil sekarang. Sama mau bayar hutang."
Gue ngerasa kering tenggorokan waktu dengernya.
"Mas, mampir ke Starbuck dulu, ada saudara adek yang mau adek kenalin."
"Mmm...sebentar aja khan? Kasihan temen gue nungguin soalnya."
Kita ke Starbuck, gue kenalin Yoga ke Ardi. Setelah itu Yoga pamit.
"Mas jangan lupa datang."
"Mas pasti datang."
Dia memeluk gue duluan.
"Mirip Mas Angga ya?" kata Ardi
Dari nadanya antara cemburu sama curiga.
"Hmmn....mirip kamu banget sayaaang!" , gue cium bibir Ardi.
Kalau orang perhatikan kita bertiga pasti aneh deh. Tadi selama gue nganter keluar Yoga, udah pasti Ardi ciuman ma Rizki. Dan Rizki ciumnya selalu kelihatan hot.
Sekarang gue masuk, ciuman ma Ardi.
"Kenal dimana?"
Gue cerita waktu heboh di Bali itu. Tapi gue nekanin kalau Yoga itu never touch me. Walaupun dia gay. Dia sangat menghormati orang.
Padahal gue udah pernah have sex khan ma dia?
"Mengharukan...ada gay sampe ga ngentot lo." kata Rizki.
"D'après toi?", gue lempar gumpalan tissue ke kepala Rizki.
Rizki cuma ketawa.
Kita bertiga langsung dibawa ke hotel milik orang tua Rizki. Kita dapat di cottage, yang ada private pool.
Seneng yah hidup Rizki itu.
"Kenapa ngelamun?" tanya gue ke Ardi
"Aku kepikiran Yoga tadi ."
Gue peluk Ardi
"Aku ngerti sayang, makanya aku coba cari info mengenai Papa kamu."
Ardi mendesah dan menyandarkan kepalanya ke tubuh gue.
"Kenapa yaaa...yang berhubungan dengan aku atau keluargaku, pasti berkaitan dengan ayang. Trus nanti ayang yang beresin. Kayak aku gak ada gunanya."
"Huuusshh...!"
Rizki masuk ke kamar, dia langsung melumat bibir Ardi.
"Kangen si bengkok engga?"
"Bangeeeet....!!" kata Ardi.
********
Pagi kita berenang bertiga. View langsung ke laut. Posisi kolam renang itu sendiri di atas tebing pantai.
Sebenarnya gue juga kepikiran Yoga.
Kasihan dia berarti selama ini. Udah setahun lebih dia ngumpulin duit, cuma buat ambil barang yang ketinggalan di Bali dan bayar hutang.
Siang ketika kita sedang bantuin check katalog dan souvenir, ada sms masuk di HP gue
Yoga
Hai adek...lagi apa?
Gue
Lagi cek souvenir mas.
Mas lg apa?
Yoga
Lgi packing, soalnya pswt minggu pgi
biar gak ada yg ktinggalan
Lagian nanti mlm kan ktemu adek
kangen...
Gue
Iya mas, adek jg kangen
Yoga
Sampai nanti yah
mmmmuuuaaaachh
Gue
mmmmuuaaacchh
Tamu di Bali adalah kolega dan relasi bisnis Mama, Tante Sofia dan Papanya Rizki. Kebanyakan orang asing.
Orang Indonesianya seniman senior, budayawan dan Arsitek senior.
Selebihnya adalah artist dari negara-negara Eropa.
Jujur kita bertiga nervous, soalnya tamunya keren-keren dan terkenal.
Disini kita harus siap penilaian yang jujur dibandingkan dua kota sebelumnya. Udah jelas Bali benar-benar bagian dari seni dunia.
Banyak artist kelas dunia disini ataupun datang kesini.
Disini ujian yang sebenarnya...
Seperti di dua kota sebelumnya kita melakukan sambutan yang sama, hanya sekarang ada sedikit improvisasi yang memasukkan sedikit cerita lucu soal ketololan kita. Mau gak mau Ardi pakai bahasa Inggris.
Kita deg-degan....dari pintu masuk, mereka semua mengitari karya yang ditampilkan di Jogja mengenai putus asa dan harapan. Gue berharap ga dengar satupun kata dari mereka.
"This is amazing...."
Itu kata pertama yang dilontarkan seorang perempuan, setelah beberapa menit terdiam.
"This is describing of sadness...it so painful."
Kok mereka ngerti yaaaa? Padahal kita sengaja gak kasih judul.
Gue lihat Mama cukup tegar, walau berkaca-kaca.
Setelah mereka masuk kedalam, mereka komentar soal masterpiece kita. Walaupun mereka memuji, tetap ada kritik, tapi gue yakin jujur.
Mungkin cara pandang mereka berbeda dari kurator yang di Jakarta.
Entahlah, seni itu khan hal yang relatif.
Yang bikin gue lega, mereka komentar make sense dengan harga yang ditawarkan.
Begitu diceritain Tante Sofia kalau sudah terjual semua, mereka tepuk tangan. Gue gak sangsi, karena mata mereka jujur.
Gak lama tamu undangan umum sudah berdatangan. Rata-rata birokrat dan arsitek muda.
Mas Yoga ada diantara mereka. Gue ajak ngobrol bertiga dengan Ardi dan kita ajak makan bersama.
Sesekali bergantian kita menemani tamu lain.
"Sayang, aku punya firasat kalau dia ada hubungan dengan aku. " bisik Ardi
Gue mengangguk.
"Mas Yoga..... kalau Mas Yoga itu nama lengkapnya siapa Mas?" tanya gue
"Yoga Eka Prasetyo."
Gue dan Ardi berpandangan.
Mungkin sekitar jam 10-an malam, Mas Yoga pamit. Gue minta tolong sopir hotel antar Mas Yoga sampai kosnya.
Lega sudah, road show sudah selesai. Sebagai catatan buat kita, ternyata pengunjung cukup antusias sama seperti di Jakarta, tamu ada beberapa menginginkan karya kita.
Ada yang minta dibuatkan karya.
Yang jelas permintaan itu semua kita tolak halus.
Menurut kritik para artist, karya terakhir kita sangat tak ternilai. Karena sangat emosional. Mama dan Tante Sofia sangat setuju dengan pendapat itu. Kalau karya masterpiece kita, menurut mereka, sangat sensual dan erotic. Hmmm...gue ngeri dengernya.
Takut ketahuan pastinya.
*******
Seorang staf Hotel datang ke kita yang sedang rebahan di sofa di lobby.
"Mas dipanggil Ibu ke dalam."
"Mas siapa nih?" tanya Rizki
"Semuanya Mas...!"
Kita bertiga mengikuti staf tersebut ke ruang pribadi Tante Sofia.
Disitu cuma ada Mama dan Tante Sofia.
Kita bertiga duduk didepan mereka.
"Mama dan Tante Sofia banyak terima kasih dengan kalian. Ternyata kalian memberikan lebih dari yang diharapkan. Kalian sampai tidak tidur berhari-hari....bla...bla.."
Gue sebenernya udah ngantuk
Mama kemudian menyalakan infocus, dan munculah angka-angka,
analisa pertumbuhan dan entah apa lagi.
"Kabar gembiranya dari pameran di Jakarta saja untu transaksi tiles sudah melampaui Break Even Point. Dari perhitungan sales review, pendapatan 175% dari total biaya pameran. Itu belum termasuk transaksi di Bali.
Begitu juga laporan dari staf Hotel, ada peningkatan pemesanan hotel. Kemungkinan tingkat okupansi bla...bla..bla
Hmmm berarti kabar gembira
...syukurlah!!
Pelayan masuk membawa satu kotak coklat praline, dua botol wine , saat ditaruh dimeja gue puter-puter botol lihat labelnya. Tahun 1966
.....waduuuuh udah 20-an tahun lebih. Dibelakangnya ada yang bawa tiga box kayu lumayan besar.
"Ini cheque hasil penjualan karya kalian termasuk karya yang dibeli perusahaan." kata Mama.
"Terserah kalian baginya gimana." lanjut Mama.
Kita bertiga saling bertatap-tatapan....
Gede bangeeet.
"Sekarang Mama dan Tante Sofia, cuma bisa kasih ini sebagai ucapan terima kasih. Jangan dilihat nilainya yaaaa...! Maaf kita belum bisa kasih yang sepadan dengan jerih payah kalian."
Box kayu diberikan ke kita, masing-masing satu.
Hmmm....apa yaaa isinya?
Kotaknya di finish veener, rapi banget.
Bener-bener customized
Kok deg deg an
..........
Kita buka sama-sama
Ditempat gue ada secarik kertas dengan tulisan tangan diatas diatas lembaran beludru biru.
dear Raditya
Congratulation for your outstanding performance
Regards
D C
PS: don't forget to watch "Quantum of Solace " Movie Premiere
Gue mau teriak....
Dapat tanda tangan langsung dari orangnya....
ini original...tanda tangan asli...tulisan dia asli....ditujukan ke gue....
terus aktor ini lagi beken-bekennya.
Gue buka lembaran beludru atas
Degub jantung gue kenceeeeeng banget
Isinya ada dua....
Omega Seamaster Planet Ocean 2201.50.00 limited edition Quantum of Solace
yang satunya lagi
Scalextric Set....The Alfa Romeo 159
Bond Car Collection scale 1:43
Quantum of Solace
Haaaah gilaaaaaa.....release date Quantum of Solace di Indonesia baru besok November......sekarang khan Agustus.
terus produk limited edition ini kita sudah pegang?
Emang release produk udah keluar ya?
Belum khan? Mmm...gue garuk-garuk kepala.
Gue seakan gak percaya, merchandise ini beneran buat film itu ya? Dan ini original semua.
Siapa orang didunia ini yang pegang barang sama dengan kita ya? Berita juga baru di majalah film, belum ada iklan short movie di TV.
Gue lihat Rizki masih bengong lihat tanda tangan asli Daniel Craig...sambil pegang Omega Seamaster
Gue lihat Ardi...
samaaa...dia terpana dengan ucapan Daniel Craig yang ditujukan ke namanya. Terus dia bolak-balik lihatin jam....ada graphir Quantum of Solace.
Gue bisa pameeeer di Friendster dan Facebook. Malam ini upload semua photo kegiatan gue.
Gue terpana...ini ide siapa? Pasti Tante Sofia deh...dia khan link nya sampai kemana-mana dunia. Dari Raja di Arab sampai seniman dunia. Gue ngelihat Tante Sofia dan Mama seakan-akan gak percaya.
"Tante...... gimana bisa dapatin ini semua?"
Tante Sofia tersenyum..."Ada deeeh!"
Nyerah gue, kalau jawaban gitu...
"Kalian mau nonton premiere di London?" tanya Tante Sofia
Kita semua diam....are you sure?
Oohh....shut up! Kalau gue sih melongo, bisa nonton premiere di London.
"Lihat nanti aja Sofi....jadwal kuliah mereka gimana? Nanti malah jatuh lagi nilai-nilainya gara-gara bolos," kata Mama
Mmmm...Mama iiih...mimpi gue jadi berantakan.
"Terima kasih Maaaa...Terima kasih Tanteee....!"
kalau ucapan paling aneh dari Rizki
"Terima kasih Mami...Terima kasih Mama....!"
Rizki emang dari kecil kalau manggil Mama gue itu Mama.
Tante Sofia buka wine, kita toast untuk rasa syukur atas keberhasilan ini.
Malam itu juga gue upload foto-foto sepanjang wisata kemaren, foto pas lagi bikin pameran...itu khan sexy, apalagi cuma pake boxer mini gak pake celana dalam, foto di boutique Peter Lim..........serasa model,
terus foto pas pameran.
Dan terakhir ini yang utama, foto ucapan dari Daniel Craig plus hadiah dari Mama dan Tante Sofia yang gue yakin orang se Indonesia belum dapetin ini barang. Kita bertiga bakal keren...
Gue confirm semua yang add gue.
Besok tinggal nunggu komentar
Habis beresin Friendster dan Facebook pakai Macbook nya Ardi, gue nengok belakang, ya ampuuun.......
Rizki lagi ngentotin Ardi...
Sial...ninggalin gue
*******
Minggu pagi kita sarapan bareng Tante Sofia dan Mama.
"Abang, mulai sekarang harus pakai baju rapi kalau kuliah! Biasakan pakai baju, bukan polo shirt."
"Mmm....ya Ma!"
Gue gak kebayang, anak-anak Arsitek khan pake baju sembarangan, terus gue pakai baju paling rapi. Gue makin aneh pastinya. Tapi mau gak mau gue ikutin deh....
Kalau Mama bilang gitu, gue khawatir jangan-jangan ada rencana baru lagi di Jogja. Mama gue itu penuh improvisasi.
Sehabis sarapan Rizki mengajak jalan-jalan, lihat tempat-tempat masa kecil dia setelah pindah ke Bali.
Termasuk rumah kontrakannya dulu.
Rumah saat orang tuanya kontrak dulu sangat kecil, seperti rumah petak.
Lantainya semen plester.
Hebat sekali perjuangan orang tuanya.
"Dit, lihat pertama gue tinggal dulu di Bali. Berkat orang tua lo, sekarang kita bisa hidup sangat layak. Sekarang lo ngerti khan, alasan Mami sama gue cari keluarga lo?"
Dia kemudian nunjukin warung tempat dia biasa disuruh Mamanya nitip kue dan es mambo.
Ardi dan gue belum habis mengerti, bagaimana perjuangan orang tuanya mengubah kehidupan.
Ardi mengambil HP dari kantong celananya.
Gue dan Rizki kembali ngobrol soal masa kecilnya Rizki.
"Sayang....kenapa lo pucat?" tanya Rizki ke Ardi.
"Awang mati dipenjara," kata Ardi.
"Haah...tahu dari mana?" tanya gue
"Dari Mas Angga, barusan dia kirim pesan, dia dikabari orang tuanya Awang."
Gue dan Rizki pandang-pandangan.
"Matinya kenapa?" tanya gue
"Perkelahian dalam sel, ditusuk dan dicekik."
"Loh Ki.....Awang khan cuma pengedar kelas teri, kenapa dia dibunuh? Apa cuma kebetulan?"
Rizki angkat bahu...
"Nanti gue pasti dapat info."
"Hmmm....berarti Rommy dalam bahaya dong."
"Kalau Rommy mau dimati-in, harusnya beberapa hari setelah ditangkap. Logikanya, data ada di otak dia, udah gitu gak usah pakai flash disk yang lo pegang, tinggal Rommy dipaksa nyanyi, bener khan? Berarti Rommy harusnya mati dari kemaren-kemaren. Tapi dia masih tetap hidup!"
Gue diem, masih masuk akal juga analisa Rizki. Mengingat gak ada yang steril di negara ini. Toh dari dalam penjara masih bisa ngatur penjualan narkoba. Masih bisa kuasa dan bisa bayar aparat. Aparat yang nakal bisa aja bungkam Rommy. Tapi kayaknya Rommy dilindungi sesuatu.....
Kita jalan-jalan sekitar permukiman disitu.
"Gue mau cari temen-temen jaman SD dan SMP dulu." kata Rizki.
Kita datang di tiga rumah, tapi teman Rizki masih kerja semua. Ada yang kerja di restaurant dan hotel.
Gue masih kepikiran potongan kepala ayam. Apa ada hubungannya dengan kematian Awang? Khan Awang ada di garis musuh? Apa arti ancaman itu?
"Heh....ngelamun," Ardi menepuk punggung gue.
Gue senyum...
********
Sore itu kita sudah di Bandara Ngurah Rai. Ardi sudah terbang lebih dahulu ke Bandung. Oleh-oleh buat anak kos udah, buat anak kampus udah, buat Vira udah, buat Mas Dony udah, buat Kak Gita dan teman kosnya udah, buat karyawan jus juga udah. Siapa lagi?
Rizki memeluk gue dan mencium leher gue.
"Sayang....tenang aja... semua aman sesuai janji gue," bisik Rizki.
Gue percaya... Rizki dengan otaknya, kelicikannya dan kekuatan finance nya, itu sangat cukup buat melindungi gue.
Gue mengangguk
Gue gak peduli di lounge Garuda yang banyak orangnya gini, gue berani cium Rizki. Gue gak malu kita berdua bersikap mesra seperti orang berpacaran. Daripada gue menyesal, kalau tiba-tiba gue mati gimana?
Ada telephone yang gak gue kenal, setelah gue angkat ternyata dosen wali gue.
"Iya Bu....?"
"Radit.....Ibu bisa minta tolong?"
"Iya Bu?"
"Bulan September ada Seminar Nasional Arsitektur, kamu persiapkan pokok bahasan yang mau diajukan buat research. Saya sudah lihat juga hasil presentasi kamu tentang situs Trowulan, mungkin itu bisa buat pameran nanti."
"Baik Bu."
.........
Gue sekarang berasa males balik Jogja. Kok jadi gue? Ada khan anak angkatan atas?
"Lo mau dibantuin apa?" tanya Rizki
Itu setelah gue curhat ma dia.
"Nanti aja deh....! Gue belum ngerti yang dimaksud dosen gue. Belum ada gambaran."