Kisah Kita | HyunLix

By June_arshi

47.7K 6.2K 2.2K

Tamat. Slice of Life. Perjalanan nona dan tuan Hwang. Dia yang jauh di hati itu, perlahan mendekat. Dia yang... More

🍁 KARAKTER
🍁 PROLOG
🍁 1
🍁 2
🍁 3
🍁 4
🍁 5
🍁 6
🍁 7
🍁 8
🍁 9
🍁 10
🍁 11 🚫
🍁 12
🍁 13
🍁 14
🍁 15
🍁 16 🚫
🍁 17
🍁 18
🍁 19
🍁 20
🍁 21
🍁 22
🍁 23
🍁 24
🍁 25
🍁 26
🍁 27
🍁 28
🍁 29
🍁 30
🍁 31
🍁 32
🍁 33
🍁 34
🍁 35
🍁 36
🍁 37
🍁 38
🍁 39
🍁 40
🍁 41
🍁 42
🍁 43
🍁 44
🍁 45
🍁 46
🍁 47
🍁 48
🍁 49
🍁 50
🍁 51
🍁 52
🍁 53
🍁 54
🍁 56
🍁 57

🍁 55

417 70 27
By June_arshi

Maaf untuk kesalahan penulisan

🍁BAYI HWANG DAN PERJUANGAN KEDUANYA🍁



Felix sedang menikmati me time-nya. Jendela kamar dibuka lebar agar sejuk dirasa cukup untuk menghilangkan hawa panas di bulan Agustus. Sedari tadi dia masih berkutat dengan buku diari yang sudah berapa banyak tertupuk di rak buku setelah lembarnya habis untuk ditulis.

Dia menggores tinta bolpoin dalam tulisan hangul. Jari telunjuk dan jempolnya bergerak untuk membuka lembar baru kemudian membuat gambar anak ayam yang baru menetas dari cangkangnya.

Di delapan bulan kehamilannya, Felix menjadi lebih tertarik untuk membaca buku dan menulis. Ketika angin kencang menerpa, kelopak bunga mawar di vas itu jatuh ke diari yang baru saja ditutupnya. Atensinya kini beralih pada bunga mawar yang sudah layu.

Bunga itu pemberian Hyunjin. Setiap tiga hari setelah pulang kerja, suaminya itu akan membelikannya buket bunga yang berbeda untuknya. Felix mengulas senyum. Dalam duduknya yang tegap berganti menyandar pada kursi. Dedaunan di luar jendela menari-nari dan menciptakan pantulan cahaya di atap kamar. Dia mendongak mengamati kilauan itu cukup lama.

"Ternyata waktu menjawab semuanya."

Kalimat itu diucapkan dengan tone nada yang rendah.

Dia merendahkan pandangan kearah rak buku. Sudah lama semenjak Felix pertama kali dihadiahi ungkapan cinta oleh sang suami. Lalu dia dengan terbuka menaruh semua buku diarinya disana. Terkadang Hyunjin akan datang ketika Felix sedang menulis di malam hari seusai menidurkan anak-anak.

Hyunjin akan duduk di sampingnya sambil melipat tangan di meja dan tertidur. Suaminya itu tak mengusiknya hanya ingin berada di dekatnya sambil menunggu jam tidur mereka.

Di pojok kanan meja belajarnya, ada satu pigura foto terpajang. Itu foto keduanya ketika menikah. Sorot matanya meredup. Pandangannya memudar karena air mata menggenangi matanya.

Mengulas masa lalu, ada banyak cerita kelam yang menyayat hati. Namun Tuhan ternyata telah menyiapkan kejutan sebagai kado indah setelah pernikahannya berjalan dengan baik.

Mereka belum pernah melakukan percakapan lama. Semua di masa itu dimulai dengan kepolosannya dalam mencintai. Asmara, gundah, bahkan rasa malu sudah banyak dikecap.

Usai air mata itu jatuh ke pipi, Felix tiba-tiba tertawa. Terlintas kenangan ketika dirinya bersembunyi di bawah meja perpustakaan. Cemburu membuatnya ingin menyerah. Lalu tak ada yang tahu jika kala itu dia ternyata bersembunyi dari orang yang mengakibatkan rasa gundah.

Masih terasa malunya ketika Hyunjin memergokinya menangis di bawah meja perpustakaan. Masih teringat jelas ketika dia meminta maaf dan pergi dengan menyeret pantat ke belakang. Felix rasa, Hyunjin pasti bingung tapi juga mentertawakannya. Atau mungkin dia tak suka ketika Felix terkesan seperti stalker.

"Oh Tuhan, ternyata aku sudah setua ini." ucapnya sembari mengusap air mata.

"Aku sungguh malu ingin bertanya padanya tentang hari itu."

Di detik itu, perutnya terasa seperti dijejak. Bayi dalam kandungan, rupanya ikut menemani sang ibu yang bernostalgia.

Felix naikkan kemeja putihnya untuk melihat kulit perut. Janinnya bergerak membentuk jejak di kulit itu. Dia pun mengelus dimana janinnya menjejak.

"Baby.. apakah kamu mirip Mama atau Papa?"

Pintu kamar di buka sesaat setelah dia berbicara dengan calon bayi Hwang. Dan tak disangka-sangka tamu hari ini datang dengan wajah berserinya.

"Felix! Saudaraku!" Langkah kaki itu sangat cepat hingga dia sudah berada di samping Felix.

Laki-laki itu segera membuat Felix berdiri dari duduknya dan memeluk erat dari samping. "Aku rindu sekali. Apalagi browniesmu aku lebih rindu" imbuhnya dengan suara menggelegar.

"Paman!" itu Celine yang baru tiba dari sekolah dan mendengar pamannya datang dari Bibi Kim.

"Ohoho..! Putriku!" sahutnya dan langsung berlari menggendong Celine.

Dikecupinya pipi gembil ponakannya yang baru pulang sekolah. "Hhmph kok putri Paman bau kecut." candanya dengan tersenyum lebar.

"Celine tidak bau. Paman yang bau!" jawab Celine  dengan wajah garang tapi imut.

"Duuh sikap ini, sikapmu mirip sekali dengan Felix. Suka marah-marah." katanya dengan tertawa ringan kemudian bercicit "tapi sayang, wajahmu mirip Hyunjin."

"Tapi paman tetap sayang Celine." ujarnya lagi-lagi mengecupi pipi putri Hwang.

Sekitar lima menit yang lalu Hyunjin menjemput Sam di Bandara. Sehingga Celine akhirnya dijemput oleh sopir keluarga Hwang. Di Bandara, dia bersikap biasa saja dan tak memasang wajah bahagia ketika bertemu Hyunjin. Hingga mereka sampai di rumah Hyunjin, Sam langsung berlari ke atas mencari anak-anak Hyunjin dan Felix.

"Dimana Innie?" tanyanya pada Hyunjin.

"Di rumah Mama tadi Papa bilang mau ajak Innie menonton pertandingan bola." jawab Hyunjin.

Sam mengeluarkan ponselnya, dia segera menelpon Papanya dan terdengar kecekcokan disana. Hingga akhirnya dia tersenyum karena berhasil bernegosiasi dengan Papa Hwang untuk membawa Innie pulang ke rumah.

Di taman samping rumah, wajah Sam tambah berseri ketika bermain dengan Innie dan Celine. Setelah Innie tiba di rumah, dia langsung menggendongnya dan akhirnya menggendong kedua anak Hwang. Katanya tak ada yang lebih membahagiakan selain bermain dengan ponakannya. Ketika diberikan pertanyaan perihal pernikahan oleh sang Mama, dia punya banyak alasan untuk menjawabnya.

"Kau tidak ingin menikah?"

"Umurku baru 34, jadi ya.. nanti saja."

Lalu ketika berada di rumah Hyunjin, dia akan mengusir kedua orang tua ponakannya agar dia bisa bermain tenang.

"Sana kalian berdua pergi saja. Pacaran lagi juga tidak apa." ucapnya tanpa menengok lalu dia melongos begitu saja ke dapur untuk mencari minuman atau sekedar makan dulu seakan berada di rumah sendiri.

Berjalan-jalan di bibir pantai, Felix yang memakai celana pendek juga kemeja putih itu baru saja dioleskan tabir surya oleh Hyunjin. Dia memasangkan topi pantai pada sang istri agar terlihat imut. Ketika mengikat tali topi di dagu Hyunjin mencuri satu kecupan di bibir ranum sang istri.

Tapi sepertinya satu kecupan tak cukup untuknya hingga akhirnya kepala Felix terdorong ketika Hyunjin mengecup bibirnya putus-putus. Pipi itu merona dan wajah yang tambah tembam karena sedang mengandung itu terlihat imut.

Pasir putih terlihat berkilauan dari jauh. Air laut menyapa kaki yang selaras bejalan tanpa beralas. Jemari bertautan lalu mereka bercanda karena sedari tadi wajah Felix masih merona.

"Hun hyung.."

"Iya?"

"Jangan menggodaku." ucapnya menutupi wajah dengan telapak tangan kanan.

"Aku ingin terus menggodamu."

"Jangan seperti itu, aku malu."

Hyunjin sekali lagi menyingkirkan telapak tangan kecil itu dan mengecup bibir istrinya.

"Biar orang lain lihat. Supaya mereka tahu kalau aku mencintaimu." kata Hyunjin yang terus mengelus perut Felix.

Felix pun menyembunyikan wajahnya dengan memeluk Hyunjin dari samping.

"Aku jadi ingat saat kau mengandung Innie. Di pertemuan alumni SMA, perutmu tertekan di tubuhku karena kau takut bertemu orang lain." Hyunjin merangkul pinggang sang istri yang masih enggan dilepaskan pelukannya.

"Setiap mengandung, ada saja perilaku unik yang ditunjukkanmu. Tapi yang paling menakutkan adalah ketika kau mengandung Celine dan dengan hebatnya menendang orang dengan perut sebesar ini." Dia tertawa sambil terus membawa sang istri untuk berjalan.

Dari atas, Hyunjin tak bisa melihat wajah Felix karena tertutup topi. Sehingga tangannya bergerak untuk menarik topi itu kebelakang yang menemukan surai panjang yang berperawakan kecil itu tertiup angin pantai. Hyunjin mengelus dan menyisir surai itu.

"Mon..." panggilnya sampai tiga kali lalu Felix mendongak.

"Dibalik rapuhnya tubuhmu. Jiwamu sangatlah kuat untuk menahan beban. Berbeda denganku, tubuhku kuat tapi aku akan hancur jika dirimu tak ada di sampingku. Tolong jangan tinggalkan aku." Hyunjin memohon. Sambil berdoa dalam hati dia memohon agar Felix mampu bertahan untuknya. Matanya terasa perih dan mulai berair.

Dokter berkata kehamilan ini yang terakhir untuk Felix dan setelah itu, Felix tidak dianjurkan merawat bayinya karena akan beresiko untuk kesehatannya.

"Hyung, tubuhmu kuat. Karena itulah Tuhan saling melengkapi kita. Aku ada disini, kita akan menyambut anak ketiga. Aku doakan kau sabar dan kuat untuk merawatku dan anak kita."

"Maafkan aku." tangis itu pecah Hyunjin tak bisa menahan untuk bersikap tegar layaknya seorang kepala keluarga.

Dia jatuh dan bersimpuh dihadapan Felix. "Maafkan aku menyakitimu dulu. Maafkan aku terlambat menemuimu. Maafkan aku sedari awal tak mengungkapkan perasaanku. Sedari awal kita bertemu di masa kecil, aku merasakan untuk pertama kalinya kalau aku mencintaimu. Lalu kita bertemu lagi di masa remaja dan aku semakin mencintaimu. Hingga.., hingga detik ini. Felix.." kata-katanya terputus karena menangis tersedu. Hyunjin takut kehilangan.

Felix ikut duduk dan menyetarakan wajah mereka. "Hwang Hyunjin, Lee Felix mencintaimu juga." katanya tersenyum hangat dan mengecup bibir tebal yang basah karena tangisan.

Matanya bengkak dan kini membantu sang istri membuat istana pasir yang megah. Tangan mungil itu terampil sekali membentuk pasir menjadi bangunan kecil. Lalu ditunjukkannya pada Hyunjin kalau tanggannya kotor dan susah dibersihkan. Hyunjin membantunya membersihkan tangan dan Felix suka perhatian kecil yang ditunjukkan oleh suaminya.

Setelah bangunan itu berdiri, mereka duduk menghadap istana pasir dengan Felix yang menyandar di dada Hyunjin.

"Hyung, aku ingin bertanya tapi malu."

"Ingin menanyakan apa?"

"Janji jangan menggodaku." Dia mengambil kelingking Hyunjin dan membuat isyarat janji.

Hyunjin terus memandanginya dengan tersenyum.

"Apa kau ingat dulu pernah memergokiku berada di bawah meja perpustakaan?" tanya Felix yang masih diringi dengan keraguan untuk bertanya.

"Ooh itu." respon Hyunjin cepat "iya ingat dan aku pernah memberitahumu." Hyunjin masih menunggu Felix untuk berkata.

"Umn, dulu aku tidak sengaja berada disana. A-aku-" Felix yang awalnya menunduk itu sesekali matanya melirik keatas untuk melihat reaksi Hyunjin. Tapi sepertinya suaminya itu masih menunggu ungkapannya.

"- dulu aku ingin menyendiri di perpustakaan. Lalu aku mendengar suara orang masuk dan akhirnya karena panik aku memilih bersembunyi di bawah meja."

"Lalu?"

"Lalu.., aku menunggu orang itu pergi tapi lama sekali. Tak taunya tak lama dari itu dia mengambil barang yang jatuh di lantai dan aku terkaget ternyata itu hyung. Dan a-aku sangat malu. Aku sungguh tidak bermaksud menstalkingmu. Sungguh." katanya dengan ucapan cepat dan membentuk dua jari. Bola matanya terlihat bulat sempurna menandakan keseriusan ucapannya.

"Begitukah? Lalu kenapa dulu Mon menangis?" tanya Hyunjin yang masih mempertahankan senyum.

"Huh? A-a ii-itu." Felix kelabakan.

"Kenapa sayang." tanya Hyunjin yang akhirnya mendusal di leher Felix.

"Aku" Felix mengecilkan suaranya "cemburu."

"Apa?" Hyunjin mendekatkan wajahnya ke Felix "hyung tidak dengar."

Angin pantai sore ini bertiup lumayan kencang jadi pikir Felix wajar suaminya tak mendengar. Jadi sekali lagi dia ucapkan namun masih dengan suara kecil.

"Aku cemburu."

"Aku, apa?" Hyunjin menatapnya dalam juga menyisir poni yang menutupi mata indah itu.

Mata Felix sudah bergerak gelisah. Kemudian dengan menutup kedua mata dia memberanikan diri.

"Cemburu" akhirnya diucapkan cukup lantang.

Hyunjin tersenyum lebar dan ketika kedua kelopak mata itu perlahan terbuka, Felix yang awalnya malu itu kemudian detak jantungnya terasa tak karuan. Suaminya tampan sekali pikirnya. Apalagi senyuman itu menandakan kebahagiaan.

Hyunjin lagi-lagi mendusal di wajah Felix. "Feliiix." katanya lalu mencium hidung sang istri. Sepertinya bahagia sekali.

"Suamimu ini dulu pernah membuat rumor kencan. Agar Yeji tak diganggu oleh Minhwan. Lalu ujung-ujungnya dirinya sendiri menyesal. Tapi mendengarmu berkata cemburu entah mengapa terasa begitu bahagia. Berarti Felixku sangat mencintaiku." tegas Hyunjin agar Felix paham.

"Aku cinta kak Hyunjin. Tapi aku malu mengungkapkannya." katanya dengan meremat kaos sang suami

"Iyaa. Aku tahu." Hyunjin mengelus lengan atas Felix dengan lembut.

"Kak, nama anak kita nanti siapa?" tanyanya yang akhirnya teringat belum menyiapkan nama untuk anak ketiga mereka.

"Hmn.."

Dua minggu kemudian Felix telah melahirkan bayi imut yang sehat. Berjenis kelamin laki-laki. Kata Sam, ini baru anak yang ditunggu kelahirannya. Karena katanya bayi imut itu mirip Felix.

Sambil berurai air mata, Hyunjin yang mendampingi sang istri operasi sesar itu terus mengucap maaf dan diakhiri dengan terima kasih. Seperti ucapnya, dia akan merawat keduanya yang sama-sama berjuang untuk hidup.

Lalu dua bulan setelahnya, di rumah Hyunjin berkumpullah keluarga Hwang yang membantu mereka. Ada Mama Hwang yang turun membantu Felix. Juga Sam yang berjaga sebagai seorang dokter.

"Rowoon." panggil Hyunjin yang menggendong anak ketiganya.

"Adek Owoon." Celine pun mengajak main sang adik.

"Kenapa Owoon?" tanya Sam yang alisnya menukik.

"Celine juga memanggil Felix dengan sebutan Obok." jelas Hyunjin.

Innie datang membawakan botol susu setelah turun dari kamar Felix. Dia menyerahkan botol susu itu ke Papanya.

"Obok?" ucap Sam tak percaya.

"Iya Paman. Papa.. Papa.." panggil Celine.

"Iya?"

"Adek Owoon mirip Mama Obok."

Hyunjin hanya bisa tersenyum kikuk menanggapi panggilan Rowoon dan Felix dari duplikatnya itu.

Bertambahnya satu lagi anggota keluarga terakhir dari Hyunjin dan Felix. Mereka saling membantu dan menguatkan. Karena mereka sudah berkeluarga dan berkomitmen menjalin hubungan yang baik.

Cinta tanpa landasan pun tak cukup untuk membuat orang bertahan di sebuah hubungan. Maaf dan terima kasih selalu tercurah, sederhana tapi membuat keduanya nyaman bersama.

🍁 5/5/2024
🍁 JUNE_GN

Gimana?

Tanda-tanda mau..

Continue Reading

You'll Also Like

543K 43.3K 66
Ini cerita tentang Soobin x Yeonjun TXT Yeonjun; uke rusuh Soobin; seme kalem nan imut Part ganjil : Soobin POV Part genap: Yeonjun POV *Gambar diamb...
141K 20.6K 29
"Gue nurutin buku panduan kencan kok nggak ada hasilnya ya. Udahlah gue ke dukun aja. Minta jampi-jampi yang manjur." Bxb Heeseung x Sunghoon Harsh w...
335K 29.8K 42
Haruto akan menunjukkan bahwa sosok tumpuan kekuatannya untuk hidup didunia memang layak diperlakukan bak ratu. Ketika semua musuhnya datang menghanc...
103K 11K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...