Kisah Kita | HyunLix

By June_arshi

57.6K 7.1K 2.3K

Tamat. Slice of Life. Perjalanan hidup nona dan tuan Hwang. Dia yang jauh di hati itu, perlahan mendekat. Dia... More

🍁 KARAKTER
🍁 PROLOG
🍁 1
🍁 2
🍁 3
🍁 4
🍁 5
🍁 6
🍁 7
🍁 8
🍁 9
🍁 10
🍁 11 🚫
🍁 12
🍁 13
🍁 14
🍁 15
🍁 16 🚫
🍁 17
🍁 18
🍁 19
🍁 20
🍁 21
🍁 22
🍁 23
🍁 24
🍁 25
🍁 26
🍁 27
🍁 28
🍁 29
🍁 30
🍁 31
🍁 32
🍁 33
🍁 34
🍁 35
🍁 36
🍁 37
🍁 38
🍁 39
🍁 40
🍁 41
🍁 42
🍁 43
🍁 44
🍁 45
🍁 46
🍁 47
🍁 48
🍁 49
🍁 50
🍁 51
🍁 53
🍁 54
🍁 55
🍁 56
🍁 57
🍁 58 Ekstra Chapter

🍁 52

567 87 69
By June_arshi

Bintangnya disentuh dulu
Maaf untuk kesalahan penulisan.

🍁CANTIK🍁



Langit malam ini terlihat terang. Bintang bertaburan menghiasi angkasa. Cuaca musim gugur tahun ini terasa begitu menyenangkan. Tak terasa lima tahun berlalu dengan cepatnya.

Dua manik kecokelatan itu tak henti bergetar disaat memandangi gerakan dua insan tersayangnya sedang berlarian di taman. Bertebaran dedaunan yang tertiup angin kencang. Disamping mereka terdapat salah satu keajaiban dunia yang berdiri tinggi dan mewah.

Tempat yang dijanjikan untuk ditemui kala dirinya perlahan sembuh dari sakit yang menyiksa. Bukan berarti sembuh total, hanya bersyukur dapat melakukan kegiatan seperti biasa lagi setelah pemulihan.

Surai panjang yang tergerai cantik itu nampak bergelombang ketika Celine bergerak bebas. Dia habis lomba lari dengan Innie dengan finish di tempat Felix duduk. Dua anak Hwang itu tertawa puas disertai deru napas yang kuat karena berlari terlalu jauh. Felix dapat melihat kilauan mata di dua pasang mata itu.

"Adik Celine kalah."

Celine mencebik lucu "kaki kak Innie terlalu panjang."

Innie tertawa "sekarang belikan kakak es krim disana." katanya memberikan selembar uang dari negara asing untuk alat pembayaran.

"Beli empat ya." ucap Felix sebelum Celine pergi. Dia ingin makan es krim tidak hanya satu.

"Baik Mama." Celine berjalan menjauh menuju penjual es krim di food truck.

Selang beberapa saat Celine kembali membawakan es krim berbagai rasa. Pipinya membentuk gundukan lucu kala gummy smile tercipta.

Di bulan Oktober, Hyunjin yang ternyata ada perjalanan bisnis ke Paris lagi itu akhirnya membawa serta keluarganya. Niatnya ingin bekerja sambil berlibur. Tapi nyatanya kepala keluarga itu belum sempat berwisata sehingga Felix pergi berlibur bersama dua anak mereka.

Innie menggandeng tangan putri Hwang dan Mamanya agar tak kehilangan jejak karena mereka sedang berjalan di kerumunan orang. Mereka berhenti sejenak di toko roti dan masuk ke dalam toko roti itu. Harumnya aroma pastry menyapa mereka dengan ramah.

Felix izin ke toilet sejenak dan meminta kedua anaknya untuk tak sembarangan pergi. Hingga Celine meminta tolong kakaknya untuk memesan satu roti untuknya, putri Hwang itu masih berada di kursinya. Ada satu anak berjalan mendekatinya. Anak laki-laki itu terlihat imut dengan bibir bawah sedikit tebal.

"Ak cancik capa namanya?" tanya anak laki-laki itu dengan semangat.

Celine terdiam dan bingung harus merespon atau tidak. Karena Felix mengajarkan untuk tidak menjawab orang asing sembarangan. Terlebih lagi dia tak tahu laki-laki itu berbicara dalam bahasa apa.

Terlihat kedua orang tua anak itu mendekat. "Dia tidak paham bahasa Luan." ujar ibu dari anak itu.

Celine tambah mematung karena ibu itu mirip dengan Mamanya. Ketika ibu itu menatapnya, dia tersenyum dan bertanya namanya dalam bahasa yang dimengertinya.

"Celine." jawabnya tanpa sadar karena kelewat terpakunya pada paras ibu itu.

"Celine? That's very noice." ucap ibu itu dengan aksennya.

"Namamu siapa?." tanya Celine kepada anak laki-laki itu.

"Siapa namamu sayang?" ibu itu meneruskan ke anaknya.

"Luan! akak cancik." teriaknya terlalu semangat. Dia pun mengeluarkan gantungan kunci yang dibawa dari negaranya. "Untuk akak cancik." lanjutnya.

"Thank you." ucap Celine agar Luan mengerti.

Kemudian terlihat kepala keluarga itu datang menghampiri setelah membayar di kasir. Dia terlihat menggendong anak laki-laki bernama Luan.

"Bye-bye akak cancik. Luan au ke Seine." katanya melambaikan tangan. Senyuman anak itu terlihat lucu. Ibu itu juga mengucapkan salam perpisahan.

Sekarang Celine mengamati keluarga itu dari dalam toko. Terlihat dua kakak dari Luan menggandeng yang terkecil di tengah setelah diturunkan dari gendongan.

Di umur tujuh tahun ini Celine tak menyangka dia akan minta di gendong oleh Innie karena tiba-tiba merasa lemas. Putri Hwang ingin bertemu Papanya yang masih sibuk bekerja. Felix berdoa semoga tak terjadi kerusuhan di ruang kerja Hyunjin ketika sang anak berkata ingin ke kantor Papanya.

Celine membuka pintu kantor dengan tak sabaran. Muncullah wajah putri Hwang yang membawa serta tas ayamnya itu sambil berteriak. "Papa!!"

Hyunjin sedikit mengernyit ketika suara itu menyapa gendang telinga. Tapi membiarkan si kecil yang langsung memposisikan diri di pangkuannya.

"Papa kerja apa?" tanyanya sambil menghadap Hyunjin. "Mau lihat."

Celine dengan cepat mengubah posisi menatap komputer serta laptop yang berjejer. Dalam hati Hyunjin sudah khawatir putrinya akan mengotak-atik pekerjaannya. Celine terlihat tertarik namun setelahnya bosan karena tak mengerti pekerjaan Papanya. Felix telah mengantarkan si kecil lalu kembali ke apartemen bersama Innie untuk istirahat.

"Papa tidak capek kerja?" tanyanya tiba-tiba.

"Iya?"

"Papa capek kerja?"

Hyunjin bingung ingin menjawab. Tak mungkin dia menjawab dengan jujur tapi dia juga tidak tahu maksud sang anak bertanya seperti itu.

Hyunjin pun mengangguk ketika raut muka sang anak menjadi sedih.

"Papa.. ayo liburan." ucap Celine yang memberikan roti untuk sang Papa.

"Iya sebentar lagi ya. Jam 5 Papa selesai." ucap Hyunjin dan diangguki Celine.

Celine tak masalah menunggu Hyunjin selesai bekerja karena selama ini dia selalu ikut sang Papa bekerja.

"Pa, Seine itu apa?" tanya si kecil yang sudah menyandar dengan nyaman pada Papanya.

"Sungai."

Celine melintir rambutnya yang sudah panjang sembari menatap seseorsng di depan Hyunjin. Sepertinya salah satu karyawan disana. Lalu dia merubah posisi duduknya untuk bersandar di lengan Hyunjin.

"Sudah jam lima."

"Belum. Masih kurang sepuluh menit." jawab Hyunjin yang melirik cepat kearah jam.

"Itu sudah di angka lima Papa." sekarang dia duduk tegap sambil meminta Hyunjin menatapnya. Yang Celine tahu adalah salah satu jarum pendek itu menuju angka lima maka sekarang adalah jam lima.

"Sebentar ya. Ini-" tidak jadi dilanjutkan Hyunjin karena sang anak sudah mencebik dengan genangan air mata di kelopaknya.

"Maaf pak. Saya periksa besok lagi. Silahkan bapak pulang."

Celine turun dari pangkuan Hyunjin kemudian duduk di sofa. Hyunjin mengambil napas lalu bersiap untuk membuat mood anak bungsunya kembali baik.

"Maaf Papa banyak kerja ya?"

"Papa dak ada waktu buat kita." ucap Celine yang kemudian menangis.

"Iya maaf. Papa kerja untuk kalian."

"Tapi jangan setiap hari."

"Iya besok Papa libur. Kita jalan-jalan sekeluarga ya."

"Tadi ada anak namanya Luan. Celine iri dengan dia, soalnya dia digandeng sama kakak-kakaknya pas liburan. Ada ayah dan ibunya juga. Katanya dia mau ke Seine. Celine juga mau.." cerita si kecil yang membuat Hyunjin semakin tak enak hati.

"Ayo ke sungai Seine. Celine mau kesitu kan?"

Celine mengangguk dan sekarang Hyunjin mematikan komputer dan laptopnya. Menggandeng putri Hwang yang tak bisa berhenti bergerak bebas. Sampai di lobi Hyunjin dan anaknya disapa dengan ramah. Terutama mereka tertarik dengan Celine yang memakai baju vintage pilihan Felix.

"Dia cantik sekali."

Puji mereka lalu Hyunjin mengatakan pada Celine tentang pujian itu.

"Seperti Mama Obok." Celine tertawa di depan mereka.

"Yongbok." ucap Hyunjin membenarkan panggilan Celine.

"Mama Elix Obok."

"Hwang Felix Yongbok." gurau Hyunjin sembari mengusap surai si kecil.

"Ma Elix Obok!"

"Hwang Fe-"

"Aaa! Papa nakal!"

"Iya maaf." Hyunjin mengakhiri percakapan dan berjalan kaki menuju apartemen.

Di perjalanan Celine melihat ada yang membeli sebuket bunga dan dia menghentikan langkah kakinya.  Hyunjin pun mengamati arah pandangan sang anak. Dia segera mendekati toko bunga lalu meminta Celine mencarikan bunga untuk Mamanya. Tahu sang Mama menyukai warna biru, Celine segera menunjuk kearah beberapa bunga berwarna biru.

Ketika florist sedang menghias bunga pilihannya Celine bertanya pada Papanya. "Pa, sebutkan satu hal yang Papa pikirkan tentang Mama?"

"Cantik." jawab Hyunjin spontan tanpa melihat sang anak karena sehabis membayar buket bunga tadi.

"Cantik?"

"Iya. Felix itu cantik." Hyunjin kembali mengusap pucuk kepala Celine. "Karena itu cantiknya Mama Lixie menurun ke Celine."

Mata itu seketika cerah, dia melompat-lompat bahagia.

"Kalau yang lain yang Papa suka dari Mama?"

"Mata, senyuman, keiumutan dan kasih sayangnya."

"Kenapa sebut mata duluan?"

Hyunjin hanya tersenyum kemudian mengambil buket bunga dan mengajak si kecil pulang. Sampai di apartemen, Hyunjin melihat sang istri tidur di sofa ruang tamu sambil ditonton TV. Hyunjin mematikan televisi. Dia menggendong Felix menuju kamar dibantu Celine yang membukakan pintu.

Si kecil berlari meletakkan buket bunga di nakas samping kasur. Setelahnya Hyunjin meminta waktu sampai Felix terbangun barulah mereka akan berlibur. Disisi lain Celine beberapa menit setelah tertidur mengganggu tidur sang kakak dengan menjejak kaki di wajah. Anak itu masih tidur sambil bergerak bebas.

Satu jam tepatnya Felix baru terbangun dengan tubuh serasa ditimpa beban. Dia menyibak selimut dan menemukan sang suami tidur diatasnya sambil dipeluk erat. Felix rasanya kebas ditindihi. Dia berusaha memiringkan tubuh dan menyingkirkan tubuh Hyunjin tapi suaminya itu mana mau bergeser 1 centimeter saja.

"Hun hyung, minggir sebentar. Hyung berat."

Hyunjin membalik badan dan kini Felix tidur diatasnya. "Lima menit lagi."

Suara omelan terdengar nyaring sore itu. Celine yang sudah mandi dan cantik setelah dirias Innie itu bibirnya bergerak lucu. Innie sudah menggandeng sang adik sesuai permintaan tapi sang Papa masih memakai baju kerja lengkap dengan muka bantalnya enggan melepaskan pelukan di tubuh sang Mama.

"Papa mandi! Jadi keluar tidak?"

"Lima me-"

Celine sudah naik ke kasur dan memijaki tubuh Papanya. Tak lupa memberi ala-ala massage di kepala. Lalu dia membuka lebar kelopak mata Hyunjin agar terbangun.

"Adik Celine harus..?" tanya Innie yang tertawa kecil.

"Sabrrrr."

"Anakmu sudah cantik dan tampan itu." Felix menepuk pundak sang suami.

"Papa ayo berangkat. Malu sama anak. Sudah siap ini." ucap Innie tanpa halangan.

Hyunjin pun langsung ke kamar mandi sambil membawa sang istri untuk mandi bersama.

Berjalan kaki dengan pakaian santai di malam hari. Keluarga Hwang sibuk mencari berbagai macam barang yang bisa dibeli sebagai cindera mata. Berfoto bersama di dekat sungai Seine dengan raut bahagia. Celine nampak dua kali lebih bahagia ketika digandeng oleh Innie kemanapun mereka pergi.

"Mau foto sama kakak." 

Kedua orang tuanya pun menuruti.

Mereka makan di sebuah restoran berbintang dengan outfit sederhana. Tak masalah karena mereka ingin menikmati liburan bukan sedang menghadiri pesta. Jadi malam itu mereka menikmati hidangan khas dengan suasana hangat.

Celine sudah tertidur dan dia minta digendong oleh Innie selama perjalanan pulang.

"Adik bulu matanya cantik sekali." ungkapnya memperhatikan detail wajah ketika Celine tidur dipundaknya.

"Menurun dari Mamamu."

"Kalau bibir menurun dari Papamu." canda Felix yang langsung membuat Hyunjin tertawa malu.

"Innie capek? Mau gantian." tawar Felix.

"Tidak Ma. Adik minta Innie yang gendong jadi biar Innie saja."

Namun Hyunjin paham perjalanan mereka cukup jauh jika berjalan kaki jadi dia memesan taksi agar mempermudah anak sulungnya. Tiba di apartemen, Felix menyeka tubuh Celine dan mengecup dahi sembari berdoa. Setelahnya dia berganti pakaian dan duduk di depan televisi dalam kamar.

Kakinya disilangkan dan ditopang pada kursi di hadapannya karena pegal. Dia memindahkan siaran dan menonton dalam diam. Hyunjin datang dengan rambut setengah basah karena tak sepenuhnya dikeringkan. Dia duduk di samping sang istri.

Felix memakai piyama tidur berbahan katun dengan motif kotak berwarna biru. Celana piyama itu panjangnya diatas lutut. Hyunjin sedari tadi tak bisa melepaskan pandangan dari kaki mulus sang istri jadi dia bawa kaki itu untuk disandarkan diatas pahanya. Posisi duduk Felix pun sudah berubah sekarang dia memilih tidur menyamping dialasi bantal sofa.

Mata Hyunjin fokus pada televisi tapi tangannya sibuk mengelus paha mulus. Sesekali dia akan memijat dengan gerakan lambat dan Felix dengan senang hati menerima pijatan karena kakinya memang sedang pegal. Cukup lama sampai akhirnya Hyunjin ikut tiduran di belakang sang istri.

"Cantik..." panggilnya terdengar sexy.

Dikecupinya surai panjang sang istri sampai puas hingga Felix akhirnya sadar tangan kekar itu sudah memeluknya sempurna. Pergerakan Felix dikunci karena satu kaki Hyunjin sudah bertengger diatas kedua kakinya.

"Papa mau anak ketiga?" tanya Felix yang tak pernah basa-basi setelah pertama kali bertanya tentang anak ketiga.

"Papa maunya Lixie." bisiknya di dekat telinga berfreckles.

























🍁 11/4/2024
🍁 JUNE_GN

Nyari apa?

Nyari meow?
Nih keluarga meow

Sudah terpikirkan alur tamatnya.
Mau sad atau happy atau sad plus happy ending?

Continue Reading

You'll Also Like

276K 45.1K 29
Kondisi konyol dimana seorang laki-laki tulen nekat menjadi gadis jadi-jadian untuk mendekati seorang wanita. Namun siapa sangka cupid malah salah sa...
7.9K 273 4
BACA DESK DULU ‼️‼️‼️ [ATTENTION!!!] "Bukannya lo benci gue?!" -Jungwon- ○●○●○● Manusia memiliki hati yang sensitif, sekali pandangan pertama denga...
64K 3.6K 21
Sebua perselingkuhan yang mengakibatkan perceraian. Cast : Lee Heeseug, Park Sunghoon, Yang Jongwon, Park Jeongsong, Karina. BxB area, jadi di book...
76.7K 6.9K 15
lix sekali lagi kamu pecahin pot bunga, aku pastikan kamu akan tinggal dikuburan tua ujung kota ya. felix belike : sekali lagi kan? cliing 1 pot bu...