Jerk Roommate (S1-S3) [End]

By adiknyasingto

18.9K 1.3K 683

{Peraya Fanfiction Lokal} Dia brengsek, tapi sialnya dia seksi. ⚠️Warning ⚠️ - BoysLove - Bahasa non-baku - B... More

1. Prolog
2. Dia Menyebalkan
3. Dia Gila
4. Dia atau Gua yang Gila?
5. Pertama Kalinya 🔞
6. Gua Gay?
7. Gua Cemburu
8. Nyaman.
9. Sakit
10. Sembuh
11. Hiling
12. Sugar Baby
13. Maaf
14. Persiapan
15. Sakit Sing! Tahan Krist! 🔞
16. Pelan-Pelan Sing! 🔞
17. Gak Seharusnya
18. Berantem
19. Gua Capek
20. Gimana Gua Selama Ini
21. Tentang Dia
22. Bangga
23. Ending🔞
24. Epilog
(S2) 1. Prolog
(S2) 2. Kabar Bahagia
(S2) 3. Sampai Pagi
(S2) 4. Enak Bang! 🔞
(S2) 5. Udah Bang
(S2) 6. Apa Itu Ayah?
(S2) 7. Dia Bukan Ayah
(S2) 8. Kebenaran
(S2) 9. Pulang Kampung
(S2) 10. Kebenaran Lainnya
(S2) 11. Kisah Masa Lalu
(S2) 12. Kehidupan di Desa
(S2) 13. Pulang Kota
(S2) 14. Kerja
(S2) 15. Brengsek!
(S2) 16. Pergi!
(S2) 17. Krist
(S2) 18. Berakhir
(S2) 19. Epilog
Sebuah Kisah Masa Lalu
(S3) 1. Prolog
(S3) 2. Jangan Bercanda
(S3) 3. Mati!
(S3) 4. Sumber Penderitaan
(S3) 5. Adik
(S3) 6. Joss
(S3) 7. Membaik
(S3) 8. Bercinta 🔞
(S3) 9. Penyesalan Tiada Arti
(S3) 10. Rencana
(S3) 11. Permintaan Maaf
(S3) 12. Rencana Selanjutnya
(S3) 13. Titip
(S3) 14. Janji Suci
(S3) 16. Terakhir
(S3) Epilog
Sequel cerita Jerk Roommate

(S3) 15. Pendekatan

161 13 0
By adiknyasingto

Tok tok tok!

Beberapa ketukan pintu di rumah Singto membuat Gawin yang tengah bersantai di ruang depan itu langsung menolehkan kepalanya. Dengan cepat, Dimar berjalan ke arah pintu rumah Singto dan membuka pintu itu.

"Gawin nya ada?" Tanya seorang lelaki yang terdengar oleh Gawin.

"Ada." Jawab Dimar. Dimar masuk ke dalam rumah, bersamaan dengan seorang lelaki di belakangnya.

"Bang Joss." Ujar Gawin ketika melihat orang yang tidak pernah dia duga akan datang ke sini ketika Singto tidak ada.

"Gawin!" Ujar Joss yang terdengar begitu semangat kala menyebutkan nama Gawin.

"I-Iya Bang Joss." Ujar Gawin, dia langsung menundukkan kepalanya, karena rasa gugup yang langsung menguasai dirinya. Setiap ada Joss di hadapannya, Gawin selalu gugup dengan debaran jantung yang berdetak gila. Dia tahu jika dia sedang jatuh cinta, tapi dia tidak pernah tahu jika jatuh cinta akan membuatnya se gugup ini saat orang yang disukainya berada tepat di depannya.

"Bang Joss ngapain di sini?" Tanya Gawin ketika Joss berada tepat di depannya. Joss pun mendudukkan dirinya di samping Gawin.

"Emangnya Abang gak boleh kesini ya? Oke lah kalau gak boleh, Abang pergi aja." Ujar Joss terdengar jika dirinya sedang kesal, walaupun tidak benar-benar kesal, yang berarti hanya pura-pura kesal saja. Joss pun hendak berdiri, tapi tangannya langsung dicekal oleh Gawin.

"Enggak Bang enggak." Ujar Gawin menahan tangan Joss dengan cepat. Joss pun tersenyum kala merasakan jika siasatnya berhasil. Berbalik ke arah Gawin, dia pun kembali mendudukkan dirinya di samping Gawin.

"Emangnya Singto gak bilang ya?"

"Bilang apa Bang?" Tanya Gawin bingung, pasalnya Singto tidak pernah mengatakan apapun tentang Joss yang akan datang ke rumah itu.

"Kalo Abang bakalan nemenin kamu." Jawab Joss, dan Gawin langsung teringat jika Singto pernah mengatakan jika akan ada seseorang yang menemaninya. Dan tidak Gawin sangka, jika yang menemaninya adalah Joss. Ia tidak tahu apa maksud dibalik ini semua, kenapa Singto mengizinkan Joss untuk menginap di rumahnya.

"Oh iya Bang." Ujar Gawin kikuk, dia tidak tahu harus menjawab apalagi.

Hening, itulah yang sedang dua orang lelaki yang berada di ruang tamu itu rasakan. Gawin yang memang tidak pernah membuka pembicaraan terlebih dahulu, sedangkan Joss yang bingung entah hal apa yang harus dibicarakan agar suasana tidak hening seperti ini. Dirinya tidak suka jika harus berdiam-diaman dengan Gawin seolah mereka orang asing yang tidak saling mengenal. Tapi, dia sendiri harus memutar otak agar kehangatan terasa di antara mereka berdua.

"Gawin." Ujar Joss yang akhirnya membuka mulutnya untuk memulai pembicaraan.

"Hem, iya Bang." Ujar Gawin yang langsung menoleh kearah Joss.

"Kalau boleh tahu, kenapa kamu sampai nekat bunuh ayahmu sendiri?" Tanya Joss, sebenarnya pertanyaan ini mungkin tidak cocok untuk memecah keheningan yang terasa seperti sebuah kehampaan. Tapi, hanya topik pembicaraan itulah yang terlintas di pikiran Joss. Tidak langsung menjawab, Gawin malah menundukkan kepalanya.

"Bodoh." Joss merutuki pikirannya sendiri, kenapa otaknya buntu dan malah menanyakan hal tersebut, yang mungkin sangat sensitif bagi Gawin.

"Maaf, Abang enggak maksud ..."

"Gak apa-apa Bang." Ujar Gawin akhirnya berbicara.

"Gua waktu itu udah terlalu capek sama sikap ayah." Gawin mulai bercerita, Joss yang mendengarnya pun langsung memasang kedua telinganya fokus untuk mendengarkan apa yang hendak Gawin ceritakan, tanpa ada niatan untuk memotong ucapan Gawin.

Gawin pun menceritakan semua kejadiannya, dari dirinya yang dijadikan pelampiasan nafsu bejat ayahnya, hingga akhirnya dirinya dikuasai oleh emosi dan berakhir membunuh sang ayah. Joss yang mendengar cerita dari Gawin pun hanya bisa mencermati cerita tersebut. Dan dia sadar, jika wajar saja Gawin membunuh ayahnya agar terbebas dari kelakuan sang ayah, hingga membuatnya tersiksa. Dia mengerti jika Gawin tersiksa selama ini ketika berada dengan sang ayah, dia tahu betul itu, walaupun tidak pernah merasakan penderitaan semacam itu selama hidupnya.

Hidup Joss selama ini baik-baik saja, tidak pernah ada masalah berarti yang menjadi hambatan untuk Joss bertahan hidup. Keluarga utuh, dan saling menyayangi, apalagi kedua orang tuanya menerima Joss apa adanya, tanpa ada penolakan. Bahkan pada saat Joss mengaku bahwa dirinya menyukai lelaki juga, dia harus bersyukur atas hal itu.

"Hidup aku ini kotor Bang, badanku sudah kotor, aku udah gak pantas buat dicintai siapa pun. Aku gak pantas merasakan apa itu cinta, karena tidak akan ada yang mau sama aku kalau tahu masa lalu ku. Mereka bakalan nganggap kalau aku menjijikkan, dan mereka bakalan nganggap kalau aku ini seorang pembunuh."

"Syut, jangan bilang gitu." Joss menempelkan telunjuknya di bibir Gawin. Dia tidak suka jika Gawin berkata demikian, karena semua orang punya masalah masing-masing.

"Mereka gak tau apa yang kamu rasain selama ini, mereka hanya menilai dari apa yang mereka lihat. Mereka gak tau gimana kamu sebenarnya," Joss tersenyum untuk menenangkan Gawin, "dan jangan bilang kalau kamu gak pantas buat dicintai, jangan bilang kalau kamu gak pantas merasakan apa itu cinta. Setiap makhluk di dunia ini diciptakan dengan perasaan cinta dan diciptakan berpasangan dalam hal cinta. Seperti Adam yang mencintai Hawa, seperti Romeo yang mencintai Juliette, dan seperti aku yang mencintaimu. Itu semua adalah perasaan cinta. Ingat, setiap orang berhak untuk merasakan cinta." Lanjut Joss, yang membuat Gawin langsung menundukkan kepalanya.

"Seperti aku yang mencintaimu." Perkataan itu apakah menjadi sebuah penanda jika Gawin berhak merasakan cinta kepada lelaki di depannya ini?

"Bang." Ujar Gawin dengan kepala yang masih menunduk.

"Hem, kenapa?" Ujar Joss bertanya.

"Kenapa Abang bisa cinta sama aku?"

"Apa itu masih harus dipertanyakan? Bukankah ada sebuah perasaan cinta yang tidak harus dipertanyakan? Bisa saja aku mencintaimu karena kamu adalah kamu, bukan karena kamu tampan, bukan karena kamu yang terlihat seperti lelaki lugu, bukan kamu yang dengan segala masalah hidupmu. Tapi, sekali lagi, karena kamu adalah kamu. Abang tidak peduli dengan apapun keadaan kamu. Sedikit berbohong, awalnya Abang hanya merasa simpati sama kamu karena kamu yang dulu bunuh diri. Abang ingin selalu membuat kamu ceria, sehingga kamu gak pernah kepikiran lagi buat bunuh diri. Tapi, lama kelamaan, sebuah simpati menjadi sebuah perasaan suka. Ralat, sebuah perasaan cinta, yang membuat Abang rela melakukan apa saja agar bisa sama kamu." Ujar Joss panjang. Mendengar Joss mengatakan semua itu, membuat hati Gawin menghangat, dia merasakan sebuah perasaan yang menjadi semakin besar.

"Sebuah perasaan cinta tidak harus dipertanyakan." Ujar Joss lagi.

"Bang."

"Hem."

"Abang masih mau nerima aku setelah tau semua masa lalu aku?" Tanya Gawin. Lagi-lagi, Joss tersenyum mendengar pertanyaan dari Gawin.

"Ingat kata Abang barusan? Abang gak peduli tentang semua masa lalu mu, karena kata Singto juga, yang lalu biarlah berlalu. Masa lalu ada bukan untuk terus diingat, tapi masa lalu ada untuk menjadikan kita lebih baik lagi. Mau seperti apapun masa lalumu, Abang tetap mencintai kamu." Jawab Joss dengan mantap tanpa ada jeda untuk berpikir. Itu semua muncul begitu saja dalam kepala Joss, Joss bahkan tidak pernah berpikir akan mengucapkan semua ini pada akhirnya.

"Aku cinta sama Abang."

"Begitu juga Abang."

"Tapi Abang kan punya cewek."

"Hubungan Abang sama pacar Abang udah selesai, jangan berpikir kalo kamu penyebab kandasnya hubungan Abang sama dia. Karena kami memilih menjalani hidup masing-masing."

"Tetep aja kan Bang, alasan hubungan kalian selesai itu karena ada aku di hidup Abang." Ujar Gawin, yang membuat dirinya merasa bersalah. Kalau saja dia tidak pernah hadir di hadapan Joss, hubungan antara Joss dengan kekasihnya tidak akan mungkin berakhir. Walaupun Joss mengatakan jika hubungan mereka berakhir bukan karena dia. Tapi tetap saja, hubungan mereka berakhir setelah ada dirinya dalam kehidupan Joss.

"Enggak Gawin, hubungan Abang sama Love berakhir bukan karena adanya kamu. Love yang memilih untuk menjalani kehidupan masing-masing, dan tidak saling mengikat satu sama lain. Kami tidak pernah sekalipun menyalahkan kehadiran kamu. Karena apa? Karena kita tidak pernah tahu kapan kita akan merasakan jatuh cinta."  Gawin kembali terdiam. Apa yang harus dia lakukan saat ini? Mengungkapkan betapa dia mencintai Joss, atau mungkin menunggu Joss menyatakan cinta padanya. Ah, itu sudah dilakukan oleh Joss, mungkin Gawin harus menunggu Joss meminta dirinya untuk menjadi kekasih.

"Kamu mau jadi pacar Abang?" Sontak, Gawin menoleh ke arah Joss. Baru saja dia memikirkan hal ini. Tapi sekarang dia bingung, apakah harus menerima langsung permintaan dari Joss, ataukah membiarkan Joss berjuang untuk menunjukkan bahwa Joss benar-benar mencintainya. Gawin kembali menunduk mengingat hal itu. Apakah cinta serumit ini? Atau dia yang membuat cinta menjadi serumit ini?

"Gawin." Tangan Joss terulur untuk menyentuh dagu Gawin, dan menggerakkan wajah Gawin untuk menatap ke arahnya.

"Kamu mau kan jadi pacar Abang?" Tanya Joss lagi. Opsi pertama yang dia ambil dari pemikiran yang sebelumya.

"Iya Bang."

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

13.3M 438K 40
When Desmond Mellow transfers to an elite all-boys high school, he immediately gets a bad impression of his new deskmate, Ivan Moonrich. Gorgeous, my...
12.6M 367K 56
Keagan is the definition of bad boy. College man with a body that could make even God moan and an attitude to put the devil to shame. Between classes...
1.7M 97.7K 47
Ever since an event known as the Disaster, monsters and mayhem rule the world. There are those lucky enough to live inside the Fence, while those who...
22.5M 693K 29
"Ethan." Aiden pauses. "I want you." He softly bites my ear. "I want to kiss you more than you will ever know." Trying to avoid the daily beatings of...