Jerk Roommate (S1-S3) [End]

By adiknyasingto

18.8K 1.3K 683

{Peraya Fanfiction Lokal} Dia brengsek, tapi sialnya dia seksi. ⚠️Warning ⚠️ - BoysLove - Bahasa non-baku - B... More

1. Prolog
2. Dia Menyebalkan
3. Dia Gila
4. Dia atau Gua yang Gila?
5. Pertama Kalinya 🔞
6. Gua Gay?
7. Gua Cemburu
8. Nyaman.
9. Sakit
10. Sembuh
11. Hiling
12. Sugar Baby
13. Maaf
14. Persiapan
15. Sakit Sing! Tahan Krist! 🔞
16. Pelan-Pelan Sing! 🔞
17. Gak Seharusnya
18. Berantem
19. Gua Capek
20. Gimana Gua Selama Ini
21. Tentang Dia
22. Bangga
23. Ending🔞
24. Epilog
(S2) 1. Prolog
(S2) 2. Kabar Bahagia
(S2) 3. Sampai Pagi
(S2) 4. Enak Bang! 🔞
(S2) 5. Udah Bang
(S2) 6. Apa Itu Ayah?
(S2) 7. Dia Bukan Ayah
(S2) 8. Kebenaran
(S2) 9. Pulang Kampung
(S2) 10. Kebenaran Lainnya
(S2) 11. Kisah Masa Lalu
(S2) 12. Kehidupan di Desa
(S2) 13. Pulang Kota
(S2) 14. Kerja
(S2) 15. Brengsek!
(S2) 16. Pergi!
(S2) 17. Krist
(S2) 18. Berakhir
(S2) 19. Epilog
Sebuah Kisah Masa Lalu
(S3) 2. Jangan Bercanda
(S3) 3. Mati!
(S3) 4. Sumber Penderitaan
(S3) 5. Adik
(S3) 6. Joss
(S3) 7. Membaik
(S3) 8. Bercinta 🔞
(S3) 9. Penyesalan Tiada Arti
(S3) 10. Rencana
(S3) 11. Permintaan Maaf
(S3) 12. Rencana Selanjutnya
(S3) 13. Titip
(S3) 14. Janji Suci
(S3) 15. Pendekatan
(S3) 16. Terakhir
(S3) Epilog
Sequel cerita Jerk Roommate

(S3) 1. Prolog

169 15 7
By adiknyasingto

Seorang lelaki berusia 26 tahun tengah berbaring meratapi nasibnya yang tak pernah berjalan baik. Hidupnya penuh dengan masalah yang terus bertubi-tubi dan tidak pernah bosan hinggap dalam perjalanan hidupnya. Hidup segan mati pun tak mau, itulah yang pemuda itu rasakan selama ini.

Hidup dari kecil tanpa seorang Ibu, ayah yang hanya menjadikannya sebagai pemuas nafsu, dia hanya bisa pasrah menerima keadaan, dia hanya anak lugu yang tidak mengerti akan berjalannya kehidupan. Mengikuti arus layaknya plastik kosong yang hanya mengikuti kemana angin akan membawanya.

Hanya tangisan yang bisa dia curahkan. Tidak ada tempat atau siapapun untuk bercerita tentang keluh kesah akan kehidupan.

Memegangi kedua pipinya, dia hanya bisa meringis merasakan sakitnya bekas pukulan membabi-buta dari seorang lelaki yang pacarnya dia perkosa.

Dia ingin meminta maaf pada kakaknya, tapi bukannya permintaan maaf yang diterima, dia hanya mendapatkan beberapa tinju yang memang sepantasnya dia terima.

"Gawin." Seorang ayah memanggil, membuat tubuhnya menggigil. Bukan karena dingin, tapi karena rasa takut yang hinggap kala sang ayah mengeluarkan setiap kata dari bibirnya. Tak menjawab, pemuda itu berusaha untuk memejamkan matanya.

"Gawin." Ucap ayahnya lagi berusaha untuk memanggil Gawin. Terasa dari belakang, tubuhnya tangan besar melingkar.

"A-apa ayah?" Tanya Gawin akhirnya, mencoba untuk berbicara.

"Tadi kamu siang habis darimana?" Tanya ayahnya tersebut, terdengar lembut, tapi membuat Gawin tak nyaman.

"Habis liat Bang Krist di rumah sakit." Jawab Gawin, dia tak juga mengalihkan wajahnya untuk menatap sang ayah.

"Kenapa kamu melakukan itu? Apa kasih sayang dari ayah enggak cukup buat kamu?"

"Udah ayah, Gawin udah capek." Jawab Gawin berusaha menyingkirkan tangan ayahnya yang melingkar di perut nya.

"Capek?" Tanya ayahnya lagi. Gawin hanya mengangguk, dia tak mungkin melawan ayahnya, karena bagaimana pun sikap ayahnya itu, tetap dia lah yang telah membesarkan Gawin seorang diri.

"Yaudah kalo capek, kamu diem aja ya." Pinta sang ayah, ingin melawan tak bisa, karena tahu akan posisinya. Gawin hanya menerima kala sang ayah dengan perlahan membuka celananya. Menggesekkan penisnya di sela-sela bongkahan pantat Gawin, ayahnya pun dengan perlahan memasukkannya dari belakang. Gawin hanya bisa meringis saja sembari menutup matanya.

Menerima perlakuan bejat sang ayah pada dirinya, dari dulu Gawin tak bisa melawan, karena ayahnya selalu berlindung dibalik kalimat; "Aku yang telah membesarkan mu seorang diri, aku ayahmu, jangan pernah sekalipun berani untuk melawan ayahmu ini," membuat Gawin hanya menerima saja semua perlakuan sang ayah.

Bukan bagian belakangnya saja yang sakit, hatinya pun sakit karena seorang ayah biasanya tidak akan pernah mungkin melakukan hal bejat seperti ini kepada anaknya.

Setelah puas dengan tubuh Gawin, Bunrod tertidur di samping Gawin, sedangkan Gawin hanya termenung masih tetap meratapi jalan hidupnya yang tidak pernah merasakan namanya kebahagiaan. Kebahagiaan memang dia dapat, tapi hanya waktu kecil saja.

Gawin berjalan keluar dari kost, menunduk, dia pun menatap kelamnya langit malam dengan bulan menggantung dan taburan bintang yang seakan menjadi hiasan. Gawin melangkahkan kakinya dengan helaan nafas berat dia lakukan berulang kali, menatap trotoar dengan jalanan yang tidak terlalu sepi, karena waktu sudah menunjukkan jika ini pukul setengah 3 dini hari. Entah kemana dia berjalan, kakinya hanya mengikuti kemana trotoar ini mengarah. Tetesan demi tetesan air mata akan kepedihan mengucur begitu deras.

Mengingat begitu lelahnya kehidupan yang seperti tidak akan pernah menemukan titik dimana dia bisa bahagia. Entah sudah berapa lama dia berjalan, hingga kakinya berhenti di sebuah jembatan tinggi, menatap air laut biru di bawah sana, yang memantulkan cahaya dari bulan, tangan Gawin menggenggam besi besar pembatas jembatan.

"Mungkin ini jalan satu-satunya biar gua bisa bebas dan enggak tersiksa lagi sama kehidupan gua." Monolog Gawin, kakinya menaiki satu persatu besi yang berbentuk bulat tersebut. Air mata masih mengucur begitu deras, tangisan masih setia menemani kala kakinya menaiki besi pembatas tersebut.

"Selamat tinggal. Bang Singto, dan Bang Krist, maafin gua yang udah berlaku gak pantas. Terima kasih karena Bang Krist udah hadir dan bikin gua jatuh cinta. Gua pamit dari hidup kalian semua, semoga kalian selalu bahagia dengan gua yang gak ada." Ujar Gawin, yang setelahnya, dia pun melepaskan genggaman tangannya pada besi, dan dia pun melompat dari atas sana.

'Byur'

Kaki Gawin menyentuh air laut yang begitu dalam. Gawin membuang semua nafasnya, membuatnya tenggelam dan terbawa arus lautan.

'Byur'

Suara orang lain terdengar oleh Gawin, membuka matanya, Gawin melihat seorang pria yang mendekat ke arahnya dan mencoba untuk meraihnya. Nafasnya habis, arus deras lautan membawanya, matanya pun tertutup kembali.

"Siapa dia? Gua gak butuh dia, yang gua butuhin cuma ketenangan." Ujar Gawin di dalam hati.

"Arghhh!" Seseorang berteriak, menimbulkan beberapa gelembung yang keluar dari mulutnya yang terbuka. Dengan tangan yang berusaha untuk meraih orang yang telah tenggelam, kakinya pun menendang air agar lebih cepat meraih Gawin yang semakin tenggelam di kedalaman lautan. Nafasnya sudah hampir habis, tapi dia masih berusaha untuk meraih orang yang berada di kedalaman sana.

Tangan digenggam, pria itu menarik tubuh Gawin ke permukaan dengan nafas yang tersisa.

"Gawin, gua mohon bertahan." Ujar pria yang menyelamatkan Gawin dari aksi bunuh dirinya, ketika kepalanya sudah muncul di permukaan. Kembali menarik nafas panjang, dia pun masuk kembali ke dalam air. Tubuh besarnya berusaha untuk melawan arus dengan tubuh Gawin yang berada di pangkuan. Kakinya mengayuh, berusaha untuk mencapai pesisir pantai yang berada di bawah jembatan.

Pesisir berhasil dipijak, meletakkan tubuh Gawin yang tengah tak sadarkan diri, pria itu menepuk pipi Gawin.

"Gawin, Gawin." Ujar pria itu dengan tangan kanan yang masih menepuk pipi Gawin.

Tak ada respon, sang pria pun menempatkan kedua telapak tangannya di dada, menekan beberapa kali dada itu, sembari sesekali menepuk pipi Gawin lagi.

"Gawin, gua mohon sadar." Ujar pria itu. Tak juga membuahkan hasil, dia pun mendekatkan wajahnya di depan wajah Gawin. Menekan hidung Gawin dan memegang dagu Gawin. Dua bibir bersentuhan, dia pun mulai memberi nafas buat pada Gawin.

'Uhuk!'

Air menyembur dari mulut Gawin, membuat pria yang menyelamatkannya bernafas lega karena usaha yang tidak sia-sia. Mata Gawin menggulir lemah, melihat ke segala arah, dia pun menatap pria yang tengah tersenyum senang.

"Bang Joss." Ujar Gawin lemah, perlahan kedua sudut matanya mengeluarkan butiran bening air.

"Iya Gawin. Lo gak apa-apa kan?" Tanya Joss. Dan yang dia dapatkan hanyalah Gawin yang menangis.

"Kenapa lo malah selamatin gua. Gua udah capek hidup Bang, gua pengen mati aja." Ujar Gawin dengan tangisan.

"Justru gua yang seharusnya nanya, kenapa lo bunuh diri hahh? Lo udah gak sayang sama hidup lo, lo udah gak sayang sama ayah lo yang nungguin lo di rumah."

"Gua udah cape Bang, gak ada yang sayang sama gua, buat apa gua menyayangi diri gua sendiri."

"Gua gak tau masalah apa yang lo hadapin, tapi jangan buang hidup lo gitu aja. Di luar sana banyak yang mau mati tapi masih berusaha untuk hidup. Malah lo yang hidup berusaha untuk mati."

"Gua hidup pun percuma Bang, gak akan ada yang ngeharepin gua buat hidup. Gua udah terlalu capek buat ngelanjutin hidup. Gua pengen pergi, gua pengen mati." Mendengar ucapan tersebut membuat hati Joss terenyuh, dia tidak pernah tau hal apa yang selama ini Gawin hadapi, karena dia memang tidak pernah dekat dengan Gawin.

Kembali mendekatkan wajahnya lagi, Joss mencium bibir Gawin, membuat Gawin mata Gawin terbelalak sempurna karena terkejut.

"Apa yang lo lakuin Bang?" Tanya Gawin ketika Joss menjauhkan wajahnya dari wajah Gawin.

"Gua mohon, jangan pernah lo bilang kayak gitu lagi. Di luar sana masih ada orang yang ngeharepin lo buat hidup, di luar sana masih ada orang yang ngeharepin cintanya buat lo balas. Bunuh diri bukanlah satu-satunya jalan keluar dari masalah." Ujar Joss, setelah mengatakan itu, Joss pun berdiri dan pergi dari sana.

Terbaring menatap langit, Gawin memikirkan setiap kata yang baru saja Joss ucapkan.

"Apa mungkin ada orang yang masih ngeharepin gua buat hidup. Apa iya, ada orang yang mencintai gua di luar sana." Pikir Gawin. Setelah itu, dengan kondisi baju yang basah kuyup, Gawin pun pergi dari sana.

TBC

Buat chapter awal, kita liat dulu kehidupan dari Gawin ya.

Continue Reading

You'll Also Like

12.6M 367K 56
Keagan is the definition of bad boy. College man with a body that could make even God moan and an attitude to put the devil to shame. Between classes...
5.5M 155K 52
Blaze Anderson was a spoiled, handsome, intelligent and carefree person. The life for him was just a game. And he was always a winner in this game. ...
22.5M 693K 29
"Ethan." Aiden pauses. "I want you." He softly bites my ear. "I want to kiss you more than you will ever know." Trying to avoid the daily beatings of...
53.2M 1.6M 63
[#1 Teen Fiction | #1 in Romance] Bad boy Luke Dawson is stuck living with clumsy nobody Millie Ripley for the summer. When she ran over his most p...