Jerk Roommate (S1-S3) [End]

By adiknyasingto

13.6K 1.1K 674

{Peraya Fanfiction Lokal} Dia brengsek, tapi sialnya dia seksi. ⚠️Warning ⚠️ - BoysLove - Bahasa non-baku - B... More

1. Prolog
2. Dia Menyebalkan
3. Dia Gila
4. Dia atau Gua yang Gila?
5. Pertama Kalinya 🔞
6. Gua Gay?
7. Gua Cemburu
8. Nyaman.
9. Sakit
10. Sembuh
11. Hiling
12. Sugar Baby
13. Maaf
14. Persiapan
15. Sakit Sing! Tahan Krist! 🔞
16. Pelan-Pelan Sing! 🔞
17. Gak Seharusnya
18. Berantem
19. Gua Capek
20. Gimana Gua Selama Ini
21. Tentang Dia
22. Bangga
23. Ending🔞
24. Epilog
(S2) 1. Prolog
(S2) 2. Kabar Bahagia
(S2) 3. Sampai Pagi
(S2) 4. Enak Bang! 🔞
(S2) 5. Udah Bang
(S2) 6. Apa Itu Ayah?
(S2) 7. Dia Bukan Ayah
(S2) 8. Kebenaran
(S2) 9. Pulang Kampung
(S2) 10. Kebenaran Lainnya
(S2) 11. Kisah Masa Lalu
(S2) 12. Kehidupan di Desa
(S2) 13. Pulang Kota
(S2) 14. Kerja
(S2) 15. Brengsek!
(S2) 16. Pergi!
(S2) 17. Krist
(S2) 18. Berakhir
(S2) 19. Epilog
(S3) 1. Prolog
(S3) 2. Jangan Bercanda
(S3) 3. Mati!
(S3) 4. Sumber Penderitaan
(S3) 5. Adik
(S3) 6. Joss
(S3) 7. Membaik
(S3) 8. Bercinta 🔞
(S3) 9. Penyesalan Tiada Arti
(S3) 10. Rencana
(S3) 11. Permintaan Maaf
(S3) 12. Rencana Selanjutnya
(S3) 13. Titip
(S3) 14. Janji Suci
(S3) 15. Pendekatan
(S3) 16. Terakhir
(S3) Epilog
Sequel cerita Jerk Roommate

Sebuah Kisah Masa Lalu

117 14 8
By adiknyasingto

Buat selingan selagi nunggu S3 up, baca ini dulu.

Kisah masa lalu. Ya, walaupun ada pepatah mengatakan :

"Masa lalu biarlah berlalu."

Tapi setidaknya :

"Kita pernah merasakan indah kehadirannya."

oOo

1990

'Trok trok trok'

Pukulan palu pada paku dan kayu sudah menjadi latar belakang suara setiap harinya dimana orang-orang tengah bekerja dalam proyek pembangunan rumah sakit.

Terik matahari bukanlah penghalang untuk orang-orang mencari nafkah, walaupun kulit yang sudah hitam legam karena paparan sinar surya. Tertawa-tawa dengan para pegawai lain untuk menghilangkan rasa penat ketika bekerja.

Keringat yang mengucur dari dahi hingga dagu entah sudah berapa kali diseka menggunakan baju, hingga baju itu basah bak direndam.

"Woy makan woy makan!" Teriak seorang lelaki dari bawah. Semua pegawai pun menghentikan kegiatan mereka, berjalan dari lantai 2 menuju lantai 1, dari lantai satu mendekat ke arah dimana makanan berada.

Tawa ria dari para pegawai yang tengah menyantap makan siang itu menjadi sebuah pengiring kala suap demi suap nasi mereka makan.

Mencari tempat untuk berteduh dari sinar matahari, para pegawai yang telah selesai dengan santapan siang mereka pun berbincang ria. Memperbincangkan apapun yang sekiranya terlintas dalam benak, mereka tertawa bersama kala sesuatu yang lucu tengah dibicarakan. Lelaki dari segala umur tengah berkumpul, mengistirahatkan perut yang baru saja terisi penuh, asap dari rokok memenuhi ruangan.

Pukul satu siang hari, para pegawai selesai berteduh dan kembali bekerja. Menaiki lantai dua dari bangunan yang belum selesai, panas matahari kembali terasa menyengat kulit yang sudah memiliki warna bak kopi. Panas tak dirasakan, keringat kembali bercucuran, topi yang dikenakan pun dibuka, dan mengipasi diri sendiri.

"Hah, panas amat." Ujar seorang lelaki dengan topi safety berwarna kuning.

"Panas salah, hujan pun salah." Jawab lelaki lain yang tengah memegang palu dan mengayunkan tangannya untuk memukul paku.

"Lebih enak hujan daripada panas kayak gini, basah pun sudah pasti sebab kena air, bukan kena keringat yang bikin bau." Ujar lelaki tadi.

"Itu badanmu aja yang bau, badanku enggak." Ujar lelaki lain ikut menimpali.

"Gimana gak bau, orang kamu mandi aja cuma sore." Ujar lelaki yang sebelumnya, yang membuat orang yang mendengar pun tertawa.

"Diam kamu, hitam." Ejek lelaki itu.

"Kayak situ putih aja. Muka udah kayak selangkangan wanita juga."

"Selangkangan wanita masih enak, lah kamu udah kayak batang pria."

"Batang aku enggak hitam, enggak kayak punya kamu. Lagian, kayak kamu udah pernah ngerasain selangkangan wanita aja. Tiap hari berduaan sama cowok."

Candaan seperti itu sudah menjadi hal lumrah bagi para pria yang bekerja di sana, atau lebih tepatnya bagi para pria yang tengah berkumpul untuk bekerja.

Pukul 4 sore hari, para pegawai telah selesai dengan pekerjaan mereka, berbondong-bondong untuk pergi ke rumah masing-masing, ada dua orang lelaki yang tidak pulang. Yang satu karena tidak memiliki tempat tinggal, dan yang satu lagi karena berasal dari perantauan.

Disediakan tempat untuk para pekerja ini memang menguntungkan bagi siapapun yang bekerja disana. Tapi, itu percuma karena yang menempati hanyalah berdua.

Bergiliran untuk membersihkan badan, satu pria hanya menunggu dengan sabar sembari mengipasi badannya yang terasa gerah. Kulitnya tidak se gosong pria yang lain satu pekerjaan dengannya, karena dia bekerja mengenakan pakaian panjang, begitu juga dengan wajahnya karena selalu ditutup dengan baju yang dia kenakan seperti cadar.

"Bun, udah belom, lama amat kamu mandi." Tanya orang itu sedikit berteriak karena orang yang ditunggunya tak juga selesai membersihkan diri.

"Sabar, lagi pake sabun ini." Teriak pria lain di dalam kamar mandi. Sabun batang dia gosokkan pada seluruh badannya, membuat harum yang semerbak memenuhi kamar mandi. Busa yang seharusnya berwarna putih bersih, sudah tak seharusnya, karena terlihat sedikit kekuningan akibat tanah yang menempel pada kaki.

"Kamu kebiasaan banget kalo mandi suka lama." Protes pria yang tengah menunggu.

"Yaelah Jack, kayak kamu mandi bentar aja." Ujar Bunrod yang telah selesai menyabuni dirinya.

'Byur byur'

Suara air yang mengenai lantai dari tripleks itu terdengar hingga keluar kamar mandi. Badan Bunrod telah bersih, rasa lelah telah hilang sebagian, gerah pun telah sirna. Bunrod keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melingkar di tubuhnya. Tangan kekar berotot dan perut yang keras menonjolkan begitu banyaknya persegi yang tercetak di tubuh itu menunjukkan bahwa dia seorang pekerja keras.

"Udah tuh." Ujar Bunrod yang berjalan keluar dari kamar mandi.

"Ia, aku tau." Jawab Jack yang langsung memasuki kamar mandi.

Selesai mandi, Jack melihat Bunrod yang hanya terbaring menatap susunan atap bedeng. Bedeng yang tertutup dengan triplek 3 cm sebagai dinding dan lantai, penerangan hanya dari sebuah lampu kecil yang terbuat dari kain dan memiliki bahan bakar minyak tanah di dalam sebuah botol kecil, menjadi sebuah tempat yang dijadikan selayak-layaknya untuk ditinggali. Obat anti nyamuk yang dibakar mengepulkan asap tidak terlalu tebal, tapi ampuh untuk mengusir pengganggu tidur. Berselimutkan sarung tipis, dua pria itu tertidur dengan badan yang ditekuk guna menetralisir dinginnya angin malam.

Pagi menyingsing, suara beberapa pegawai yang baru saja datang membuat Bunrod dan Jack terbangun dari tidur mereka. Menggeliat dan menguap, mereka bergantian untuk menggunakan kamar mandi yang hanya ditutup oleh tripleks tipis, sehingga jika ada angin pun maka penutup itu akan terbang.

Tanpa sarapan, semua pegawai tengah bersiap untuk bekerja. Menggunakan tangga yang terbuat dari bambu untuk naik ke lantai dua, suara berisik dari beberapa palu yang dipukulkan pada paku kembali terdengar di kehangatan pagi itu.

Jam 9 pagi, para pegawai berkumpul untuk sarapan.

"Hari ini gak ada kertas nasi, pake daun pisang aja!" Teriak seorang pria. Para pegawai tidak protes ataupun menanyakan apa alasannya. Menyobek daun pisang dari kebun di samping proyek bangunan, membuat beberapa pohon pisang gundul tak lagi berdaun. Mereka tidak peduli kebun siapa itu, yang penting bisa makan dengan tenang.

Selesai makan, tak lengkap jika tidak menghisap nikotin, karena; "selesai makan, enggak udud, mulut asem." Sebuah jargon bagi siapapun yang menikmati batangan nikotin itu.

Menjelang siang, matahari seperti berada di atas kepala, begitu terik bak membakar kulit. Mandi keringat bukanlah candaan semata, karena mereka tengah merasakannya.

"Arghh!" Tiba-tiba saja terdengar teriakan dari seorang pria yang memegang palu, beberapa orang tak mempedulikannya, karena itu sudah menjadi hal biasa. Mereka pun sudah pernah merasakannya. Tapi berbeda dengan satu orang pria yang menjadi teman satu tempat istirahat dengannya. Melihat jari telunjuk pria itu berdarah, dia langsung menghampiri.

"Kamu ini Jack, makanya hati-hati." Ujar Bunrod yang terlihat sedang merobek baju yang tengah dia kenakan. Meraih tangan kiri Jack yang berdarah, Bunrod pun membungkus telunjuk Jack dengan pakaian yang dia sobek sebelumnya, membuat Jack sedikit meringis kala baju itu sedikit menekan bagian telunjuknya yang terluka.

Telunjuk tertutup sempurna, dan terlihat seperti sebuah kelamin pria. Bunrod tertawa seketika.

"Ahaha, telunjuk mu udah kayak kontol." Ujar Bunrod yang masih tertawa.

"Kayak kontol? Bisa tuh ngewe cewek pake jari." Timpal pria lain yang mendengar ucapan Bunrod, membuat semua orang tertawa ketika mendengarnya.

"Udah, lain kali hati-hati kalo lagi pake palu." Ujar Bunrod yang kembali lagi untuk mengerjakan apa yang sebelumnya dia kerjakan.

"Iya, makasih." Ujar Jack, dia pun kembali mengambil palunya dan mengerjakan pekerjaan yang belum usai.

Beberapa hari kemudian, rangka dari lantai dua sudah terbentuk sempurna. Para pegawai tengah berjajar, bersiap untuk melakukan cor, guna menutupi lantai dua. Bunrod memegang cangkul, untuk mengaduk adonan bangunan yang terdiri dari semen, batu-batu kecil, dan juga pasir. Mulai bekerja, mereka ber zig-zag mengoper ember dari satu tangan ke tangan yang lain, hingga tripleks telah tertutup sempurna dengan adonan cor.

Sore hari, mereka membubarkan diri karena waktu bekerja telah selesai, dan seperti biasa, Jack tengah menunggu Bunrod yang sedang membersihkan diri.

"Kebiasaan banget mandi lama." Ujar Jack dari luar kamar mandi yang tengah duduk dengan handuk yang tersampir.

"Sabarlah, ini aku lagi nyuci baju." Jawab Bunrod dari dalam kamar mandi, tangannya tengah menyikat baju, baju yang disikat pun mengeluarkan busa yang tak lagi berwarna putih.

"Kamu nyuci baju habis aku mandi lah, gak kuat ini gerah badan." Ujar Jack.

"Bentar lagi aja Jack."

"Yaudah deh." Dan Jack hanya bisa pasrah sembari menunggu Bunrod keluar.

Entah berapa menit, Bunrod pun keluar dengan menenteng sebuah ember kecil yang di dalamnya terdapat baju yang baru saja selesai dia cuci.

"Itu penutup luka jangan dibuka, lukanya jangan sampe kena air." Ujar Bunrod seolah memberikan nasihat.

"Iya aku tau." Ujar Jack yang langsung memasuki kamar mandi. Memasuki kamar mandi, Jack tidak langsung membersihkan badannya, karena tiba-tiba saja dia merasa terangsang. Menggenggam penisnya sendiri, dan mengambil sabun yang digunakan sebagai pelicin, Jack mulai memilin penisnya. Menimbulkan sebuah suara yang menggema di dalam kamar mandi.

"Jack, kamu ngeloco ya?" Ujar Bunrod yang mendengar suara dari tangan Jack yang tengah memilin penisnya.

"E-Enggak." Ujar Jack yang langsung menghentikan kegiatannya.

"Itu kok ada suara asing." Ujar Bunrod yang masih berdiri di luar kamar mandi dengan menenteng sebuah ember kecil.

"Aku lagi pake sabun." Jawab Jack.

"Ohhh." Bunrod hanya memaklumi saja. Disini mereka hanya tinggal berdua, wanita sekitar pun tidak ada yang mereka kenal. Walaupun ada, tidak mudah untuk memikat hati para wanita disini.

Malam tiba, dua orang pria tengah tertidur dengan menekuk badan mereka. Satu pria terbangun dan membalikkan badannya untuk menatap pria yang tengah tertidur. Tangan kanannya terulur untuk menyingkap surai hitam pria di depannya. Sudah lama tak berinteraksi dengan wanita membuatnya terkadang berpikir meluapkan nafsunya dengan pria di depannya ini. Tapi kemudian dia mengenyahkan pikirannya itu, dan pikiran tersebut akan kembali seperti menghantui dirinya.

Mendekatkan wajahnya, Jack mencium lembut bibir Bunrod, membuat Bunrod langsung terbangun dari tidurnya. Tapi Jack tak mempedulikan itu, tangannya malah terulur untuk menekan tengkuk Bunrod. Tak berkata apapun, Bunrod menjauhkan wajah Jack dari wajahnya, tapi Jack terus saja menekan bibirnya dan melumat bibir Bunrod.

Bunrod berusaha untuk terus mendorong Jack, setelah terlepas, Bunrod langsung membalikkan badan Jack. Mengangkat bokong Jack, membuat Jack menungging. Bunrod pun melepaskan celana pendek yang digunakan oleh Jack. Membasahi penisnya dengan ludah, Bunrod menahan tubuh Jack untuk tidak berbalik.

Dalam satu hentakan saja, walaupun sangat bersusah payah, penis Bunrod terbenam sempurna di dalam lubang sempit milik Jack.

"Arghhh." Jack meringis, merasakan sakit yang sangat luar biasa, lebih sakit daripada rasa sakit apapun kala penis yang tidak kecil itu memasuki analnya.

"Sial." Umpat Jack pada dirinya sendiri, tangisan dia tahan dengan bersusah payah. Dia bukanlah seorang lelaki yang cengeng, jadi dia tetap berusaha menahan tangisan yang hendak pecah kala merasakan sakit yang teramat luar biasa sakit kala Bunrod mulai bergerak kasar menghentak dirinya.

Bunrod yang sama seperti Jack, sudah lama tidak pernah berinteraksi dengan wanita, tapi tidak pernah sedikitpun terlintas dalam benaknya jika suatu saat akan merasakan kenikmatan dari lubang anal pria. Jika bukan karena Jack yang memulai, maka kejadian ini tidak akan pernah dia alami.

Pagi menyingsing, Jack terbangun yang dari tidurnya langsung bergegas untuk mengganti baju. Bunrod pun terbangun kala merasakan pergerakan dari Jack.

"Lupakan kejadian semalam, karena aku bukan homo." Ujar Bunrod yang masih merebahkan dirinya.

"Aku juga bukan homo." Jawab Jack, dia pun langsung keluar dari bedeng itu. Berjalan ke tempat kerja, Jack hanya terduduk menatap rangka bangunan rumah sakit yang bahkan belum sampai 40%. Setidaknya dia masih lama disini, dan masih lama bersama dengan Bunrod. Dia pun menghela nafasnya sedikit gusar, bisa-bisanya dia bersetubuh dengan lelaki, dan dia menjadi seorang pihak bawah.

Sekali? Tidak, Bunrod dan juga Jack sering melakukan sex, tak ayal juga mereka saling menghisap penis satu sama lain. Tidak lagi peduli akan jenis mereka masing-masing. Dan, sebuah rasa dari nafsu muncul begitu saja di hati mereka. Rasa nafsu berubah menjadi rasa yang seharusnya ditempatkan pada wanita. Terjebak dengan hubungan asmara antara dua orang lelaki.

Kesadaran akan kesalahan pun timbul kala pekerjaan sudah hampir usai.

"Jack, aku bukan homo." Ujar Bunrod dengan berat, dia tidak ingin terpisah dari Jack. Orang yang telah bersamanya selama hampir 5 tahun ini.

"Aku juga bukan homo." Ujar Jack, mereka yang semulanya melakukan posisi rebah pun berubah menjadi duduk. Menatap satu sama lain.

"Pekerjaan kita udah mau selesai, kita akan berpisah. Kamu akan pulang ke kampungmu, sedangkan aku akan mencari kehidupanku yang memang sudah seharusnya. Walaupun aku tidak ingin, tapi ini sebuah keharusan. Hubungan kita ini tabu, kita seharusnya tidak pernah memulai apapun yang akan menjerumuskan kita pada hal ini." Ujar Bunrod, dia enggan berpisah dengan Jack, tapi hubungan ini tabu dan tidak akan mungkin bertahan. Mereka harus punya kehidupan masing-masing, keluarga yang bisa membuat mereka bahagia pada yang seharusnya.

"Aku minta maaf, jika bukan aku yang memulai, semuanya tidak akan berujung seperti ini." Ujar Jack. Dan untuk terakhir kalinya, mereka berciuman. Saling menyalurkan cinta yang tak akan lama lagi terpisah, memandu kasih untuk yang terakhir kalinya.

5 bulan, pembangunan rumah sakit telah usai. Jack pergi dari sana, meninggalkan sebuah kenangan yang tak akan mungkin terlupakan. Berusaha menghilangkan cinta yang semakin lama malah semakin membesar di dada.

Bunrod menemukan seorang wanita, menjalin kasih hingga akhirnya mereka pun menikah.

"Apa ini?!" Tiba-tiba terdengar sebuah teriakan dari seorang wanita lansia. Berjalan dengan cepat sembari menggenggam dua buah gambar dimana gambar itu terdapat dua orang lelaki yang terlihat sangat mesra.

Semua orang berkumpul karena keributan yang ada, Maprang yang tengah hamil tua, dan juga Bunrod yang masih lelah karena sehabis bekerja pun berkumpul untuk melihat keributan apa yang sedang terjadi.

"Ada apa Bu?" Tanya seorang wanita, Kakak nya Maprang.

"Lihat ini." Ujar sang Ibu murka dengan tangan membanting dua buah foto yang dia genggam.

Semua orang terkejut kala melihat foto yang terpampang di atas meja, tak terkecuali Bunrod, sang pelaku yang berada di dalam foto itu.

Semua mata langsung tertuju ke arah Bunrod yang masih terkejut akan kebenaran yang diketahui oleh semua orang. Foto itu seharusnya tersembunyi dan tidak pernah dilihat oleh siapapun, karena kedua foto itu hanyalah sebuah kenangan masa lalu yang indah tapi kelam.

"Ayah." Ujar Maprang tak percaya dengan gambar yang dilihatnya.

"Bu." Rasa bersalah muncul dalam hati Bunrod, dia merasa telah melakukan kejahatan besar dalam hidupnya.

"Buat apa kamu menikahi anak saya, jika kamu seorang homo." Bentak sang Ibu mertua murka.

"Saya bukan homo Bu." Ujar Bunrod membela diri, tapi kepercayaan tak bisa didapatkan semudah itu, apalagi dengan sebuah bukti yang tertera nyata di depan mata. Ucapan pembelaan hanya sebuah angin lalu yang hanya dianggap sebagai kebohongan.

"Terus ini apa?"

"Dia cuma temen saya Bu."

"Temen? Apa mungkin seorang temen bisa berciuman mesra seperti itu?" Diam, Bunrod hanya bisa menunduk mengakui kesalahan yang telah dia perbuat.

Hubungan yang semulanya baik-baik saja, kini hancur. Rumah tangga retak karena permasalahan yang terjadi, sang mertua tak ingin melihat karena jemu dengan sang menantu.

Kelahiran seorang putera berjalan lancar, tapi kelancaran akan persalinan juga dibarengi dengan seorang wanita yang harus menghembuskan nafas terakhirnya kala tangis pertama seorang bayi merah yang baru saja keluar dari tempat sempit.

Tangisan pecah, antara bahagia dengan kelahiran dan juga sedih akan kematian.

Hubungan semakin retak, Bunrod diusir dari rumah sang mertua kala sang anak masih berumur 3 bulan lamanya. Tak tahu harus kemana, sahabat perempuan tidak mungkin menjadi tempatnya kini, karena sang sahabat telah memiliki keluarga.

Pergi ke tempat yang jauh, Bunrod memutuskan untuk mencari seseorang dari masa lalu. Seorang lelaki yang pernah menjadi tambatan hatinya, dan menjadi pusatnya dimana dia bisa merasakan bahagia.

4 tahun lamanya, 1990 berubah menjadi 1994, pencarian nihil tak membuahkan hasil. Yang dia dapatkan adalah seorang wanita. Mencintainya, tak Bunrod sangka jika sang wanita telah hamil, tapi bukan hasil dengan dirinya.

Karena rasa cinta pada sang wanita, Bunrod tetap saja menikahinya, menerima anak yang bukan buah hatinya. Pencarian seorang lelaki, tetapi yang dia dapatkan adalah seorang wanita.

Kelahiran yang sama, seorang bayi laki-laki lahir, seorang Ibu pun meninggal. Bayi yang bukan dari DNA nya sendiri dia rawat dengan sepenuh hati. Menjelang 8 tahun lamanya, sebuah hasrat bejat muncul dalam diri Bunrod, pencarian anak bersamaan dengan pencarian lelaki dari masa lalu. Nafsu akan seorang lelaki yang dicari membuat hati Bunrod gelap.

Anak lelaki yang seharusnya dia rawat dan dia sayangi, dia jadikan sebagai pemuas nafsu diri. Tangis dari sang anak kala dia hentak tak dia hiraukan, yang dia pikirkan hanyalah kenikmatan dari lubang anak kecil yang masih berusia 8 tahun.

Kasih sayang seorang ayah tak dia berikan, karena itu bukanlah anak darinya. Dia adalah anak dari lelaki lain yang pernah berhubungan dengan sang istri yang telah meninggalkannya kini.

END

Continue Reading

You'll Also Like

41.4K 3.8K 24
Rencana penjebakan seorang playboy kampus oleh tiga sahabat.. Bagaimana jadinya bila yang menjebak malah terjebak dalam jebakan paling kejam, yaitu c...
11.8K 1.2K 10
Tidak ada yang salah. Tuhan mempertemukan keduanya di waktu dan tempat yang tepat. _______________ Langsung selesai! Published and Done on Saturday...
153K 6.2K 9
Kyungsoo, namja mungil nan imut yang menjabat sebagai anggota kedisiplinan di sekolahnya pasti sudah sering menghadapi masalah yang rumit bukan? namu...
882K 65.9K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...