Jerk Roommate (S1-S3) [End]

By adiknyasingto

13.6K 1.1K 674

{Peraya Fanfiction Lokal} Dia brengsek, tapi sialnya dia seksi. ⚠️Warning ⚠️ - BoysLove - Bahasa non-baku - B... More

1. Prolog
2. Dia Menyebalkan
3. Dia Gila
4. Dia atau Gua yang Gila?
5. Pertama Kalinya 🔞
6. Gua Gay?
7. Gua Cemburu
8. Nyaman.
9. Sakit
10. Sembuh
11. Hiling
12. Sugar Baby
13. Maaf
14. Persiapan
15. Sakit Sing! Tahan Krist! 🔞
16. Pelan-Pelan Sing! 🔞
17. Gak Seharusnya
18. Berantem
19. Gua Capek
20. Gimana Gua Selama Ini
21. Tentang Dia
22. Bangga
23. Ending🔞
24. Epilog
(S2) 2. Kabar Bahagia
(S2) 3. Sampai Pagi
(S2) 4. Enak Bang! 🔞
(S2) 5. Udah Bang
(S2) 6. Apa Itu Ayah?
(S2) 7. Dia Bukan Ayah
(S2) 8. Kebenaran
(S2) 9. Pulang Kampung
(S2) 10. Kebenaran Lainnya
(S2) 11. Kisah Masa Lalu
(S2) 12. Kehidupan di Desa
(S2) 13. Pulang Kota
(S2) 14. Kerja
(S2) 15. Brengsek!
(S2) 16. Pergi!
(S2) 17. Krist
(S2) 18. Berakhir
(S2) 19. Epilog
Sebuah Kisah Masa Lalu
(S3) 1. Prolog
(S3) 2. Jangan Bercanda
(S3) 3. Mati!
(S3) 4. Sumber Penderitaan
(S3) 5. Adik
(S3) 6. Joss
(S3) 7. Membaik
(S3) 8. Bercinta 🔞
(S3) 9. Penyesalan Tiada Arti
(S3) 10. Rencana
(S3) 11. Permintaan Maaf
(S3) 12. Rencana Selanjutnya
(S3) 13. Titip
(S3) 14. Janji Suci
(S3) 15. Pendekatan
(S3) 16. Terakhir
(S3) Epilog
Sequel cerita Jerk Roommate

(S2) 1. Prolog

171 17 9
By adiknyasingto

Selamat datang di season 2 semuanya.

Krist bangun dari tidurnya, dia mengambil ponselnya dan melihat jika waktu sudah menunjukkan pukul 09.24. Krist terkejut, tidak biasanya dia bangun tidur begitu siang seperti hari ini. Nikmatnya tidur di kasur yang begitu empuk mungkin saja membuatnya terlena dan membuat tidurnya begitu lelap. Dia melihat ke arah belakang tubuhnya, dan tidak mendapati Singto disana.

"Bang." Panggil Krist dengan sedikit berteriak, tapi tidak juga terdengar Singto menjawab panggilan dari-Nya.

Krist pun beranjak turun dari kasur, dengan sedikit linglung, Krist berjalan keluar kamar dan melihat Dimar yang tengah menyapu di depan kamarnya.

"Bi, Abang dimana ya?" Tanya Krist pada Dimar.

"Pak Singto sudah berangkat kerja." Jawab Dimar.

"Ohh gitu ya Bi, makasih Bi." Ucap Krist.

"Iya. Itu kalau mau sarapan, makanannya udah ada di atas meja makan deket dapur ya Pak Krist." Ucap Dimar, Krist sebenarnya sedikit terganggu dengan panggilan 'Pak' dari Dimar, dia belum terlalu tua untuk dipanggil dengan panggilan tersebut. Umurnya baru saja mau menginjak 28 tahun, bukankah itu belum terlalu tua?

"Bi, ehehe." Krist sedikit tersenyum kaku.

"Kenapa Pak?" Tanya Dimar.

"Sebenarnya saya tidak terlalu tua untuk dipanggil 'Pak', boleh panggilan yang lain gak?" Krist mengutarakan keberatan dengan panggilan yang diberikan oleh Dimar.

"Kalau begitu, saya panggil Tuan aja, gimana?" Tawar Bi Dimar.

"Tuan ya," Krist tampak berfikir dengan mengetuk-ngetukan telunjuk pada dagunya dan dengan bola mata yang menggulir ke atas.

"Tapi kan saya bukan Bos disini, dipanggil Aden juga saya bukan anak kecil. Masa saya dipanggil 'Den Krist'." Ucap Krist dengan ekspresi yang sama.

"Jadi apa maunya?" Tanya Dimar bingung.

"Yasudah lah Bi, panggil Tuan aja." Krist mengutarakan keputusan akhirnya.

"Baiklah Tuan Krist." Ucap Dimar.

"Yasudah Bi, saya sarapan dulu ya." Krist pun berjalan ke lantai satu, menuju meja makan.

"Sarapan apa ya." Krist bermonolog sendiri. Dia melihat tudung saji dan membukanya.

"Wah." Krist terkagum dengan nasi yang ada di depannya, dia mengambil piring yang ada nasinya tersebut.

"Nasi uduk." Ucap Krist setelah dia mencium wangi dari nasi tersebut.

"Bi." Teriak Krist memanggil Dimar, Dimar pun turun dan mendekati Krist.

"Kenapa Tuan Krist?" Tanya Dimar.

"Bibi udah sarapan?" Tanya Krist sembari meletakkan kembali sepiring nasi uduk itu di meja makan.

"Udah." Jawab Dimar.

"Ohh." Krist mengangguk.

"Tadinya kalau belum, mau saya ajakin sarapan sekalian."

"Enggak usah, saya udah makan."

"Yaudah Bi kalau begitu, itu aja kok."

"Ohhh, kalau begitu saya lanjut ya."

"Iya Bi, silakan."

Krist pun duduk menghadap nasi uduk yang ada di depannya, dia menyuapkan sedikit nasi uduk itu ke mulutnya. Merasakan setiap rasa dari nasi uduk itu, rasa asin, gurih, begitu tercampur dengan sempurna di dalam mulutnya. Walaupun nasinya sudah tidak panas lagi, tapi Krist begitu menikmatinya. Apalagi ada oreg tempe di depannya, rasa oreg tempe yang pedas, manis, asin dan gurih sangatlah cocok jika digabung dan dimakan bersamaan dengan nasi uduk itu. Sambal, daging ayam, dan lalapan seperti kemangi dan kol, menjadi pelengkap yang sangat sempurna untuk sarapan paginya. Yang dia inginkan adalah ini semua, bukan roti bakar dengan selai, ataupun susu putih yang bikin eneg.

"Bi, makasih buat sarapannya." Ucap Krist, dia sangat senang dengan sarapan pagi ini.

"Iya Tuan, sama-sama." Jawab Dimar.

***

"Bang minta partisi."

"Bang minta box."

"Bang minta minyak printing."

"Bang barang ini."

"Bang minta barang itu."

"Bang minta light ring."

Semua permintaan itu sudah menjadi makanannya sehari-hari di tempat kerja. Apalagi kemarin Singto libur selama satu hari, yang pasti akan membuat hari ini sibuk. Singto dengan cepat menarik lori berwarna biru kesana-kemari. Bukan lori yang seperti di mall, ataupun pusat perbelanjaan, ini adalah lori besar bentuknya seperti dua kayu di kanan dan di kiri.

Dari ruangan mesin, sampai ruangan produksi, dia terus saja membawa apapun yang dibutuhkan untuk para operator, tak terkecuali juga leadernya di tempat kerja. Tapi, Singto tidak memusingkannya sama sekali. Dia dengan semangat membawa apapun yang dibutuhkan semua orang.

Apalagi ini baru menunjukkan pukul 10 pagi. Setelah dia meng-order kebutuhan untuk ruang produksi hari ini, Singto masih harus mengecek satu persatu barang.

"Bang An, tadi partisi untuk barang top body 2596 kurang. Tadi gua order 1500 pcs, dan sekarang yang ada cuma 1200 pcs." Singto komplain pada orang yang bertugas di bagian store, atau bagian penyedia kebutuhan pabrik ini.

"Kan tinggal ambil aja Sing, apa susahnya sih. Lagian itu barang numpuk di store, tinggal lu pilih aja." Jawab An, orang yang bertugas di bagian store.

"Gua di ruang produksi itu sibuk loh Bang. Plis lah, apa susahnya bawain kesini." Ucap Singto lagi sambil menyusun box di atas lori. Perdebatan seperti itu sudah biasa bagi Singto, dia tidak lagi memusingkan semua itu. Tidak mungkin dia harus bertengkar dengan semua orang yang berdebat dengannya.

Singto pun menarik lori berwarna biru itu ke bagian produksi.

Tiba-tiba ada seorang wanita yang berlari ke arahnya dari ruang mesin.

"Bang, ini yang NG yang mana Bang?" Tanya wanita itu pada Singto, menunjukkan sebuah barang berwarna putih yang berbentuk segitiga. Singto berhenti sejenak.

NG = Not Good (barang yang tidak bisa dipakai).

"Kan bisa tanya sama QC, Ra. Coba tanya ke bagian QC, atau ke leader." Jawab Singto, dia pun kembali menarik lori yang ada tumpukkan partisi di atasnya. Keringat mengucur begitu deras di pelipisnya. Bahkan bajunya sampai basah oleh keringat, karena dari tadi dia bolak-balik dari store, ruang produksi, dan ruang mesin dengan membawa lori.

"Bang, tolong bawain WIP 3890 ya Bang." Pinta seorang wanita dengan tubuh yang sedikit gempal.

WIP = Work in progress/process (barang yang ada dalam proses produksi dan telah diolah satu atau beberapa kali)

"Iya, tunggu aja bentar." Jawab Singto, dia pun berhenti dan menurunkan barang yang tadi dia bawa.

Setelah itu, dia pun kembali lagi ke bagian store untuk membawa apa yang baru saja diminta oleh operator tersebut, menggunakan lori yang sudah seperti teman kala waktu kerja itu.

Setelah membawakan apa yang diminta oleh operator di bagian produksi, Singto pergi ke ruang mesin.

"Joss." Panggil Singto pada bawahannya yang bertugas di bagian mesin.

Singto tentu saja butuh bawahan untuk bekerja, di ruang produksi saja dia hampir kewalahan sendiri. Jika ditambah dengan ruang mesin, dia tidak akan tahu harus bagaimana lagi, apakah dia bisa mengatasi semua pekerjaannya itu.

"Iya Bang." Ucap Joss sambil menghampiri Singto.

"Lu nanti tolong cek bagian crashing, sama barang NG, tolong hitung semua totalnya." Singto memberikan perintah pada Joss.

"Siap Bang, apalagi?" Tanya Joss.

"Kalo udah dihitung, tolong lu nanti laporin semua jumlahnya, buat laporan nanti ke leader."

"Siap Bang." Jawab Joss, Singto pun pergi ke ruang store. Dia mendudukkan dirinya di atas lori sembari memanjangkan kakinya. Nafasnya sedikit terengah karena lelah, keringat tidak ada hentinya mengucur dari pelipis hingga ke dagunya. Dia menenggak air minumnya yang memang sudah disediakan di ruang store.

Dia melihat layar ponselnya, jam sudah menunjukkan pukul 11.00, yang berarti sudah waktunya untuk break, atau istirahat.

Sebagian orang pergi dari ruangan produksi dan mesin, sedangkan sebagian orang masih tinggal di ruangan itu.

Singto berjalan keluar untuk istirahat, dia berjalan ke arah kantin yang tidak jauh dari gedung pabrik tempatnya bekerja, menuju ke kedainya.

"Bu." Ucap Singto pada Ibu-ibu yang menjaga kedai ayam gepreknya, kedainya tampak ramai seperti biasa.

"Mantap ya Sing, kantinnya rame terus." Puji seorang teman dari tempatnya bekerja. Memang kedai ayam gepreknya ini selalu ramai, karena pabrik disini bukan hanya tempatnya bekerja saja, tapi juga ada pabrik lain. Dan juga, ayam geprek hanya ada di kedai ini saja, apalagi harganya yang hanya 10.000 setiap satu potong ayam, dan 5.000 untuk satu porsi nasi.

"Iya." Jawab Singto singkat sambil tersenyum.

"Ehh iya Pak Singto." Jawab Ibu-ibu yang kerja di kedainya itu.

"Gimana hari ini Bu?" Tanya Singto.

"Alhamdulillah Pak, lancar."

"Syukurlah Bu," ujar Singto, "saya minta ayamnya sama nasi, dikit aja. Enggak pake sambel ya, pake saos aja." Lanjut Singto.

"Iya Pak."

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

11.8K 1.2K 10
Tidak ada yang salah. Tuhan mempertemukan keduanya di waktu dan tempat yang tepat. _______________ Langsung selesai! Published and Done on Saturday...
254K 11.4K 42
freen sarocha yang super dingin dan tuhan memberikan becky yang super baik
475K 30.4K 30
"Mas?" "em. apaan?" "Mau nenen?" "Nenen nenen ndas mu a? Gak!" "Ayo lah maaaaaas!" Wildan merengek lagi minta nenen ke Uke spek binaraga yang sabar...
1.4M 126K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...