The Hole [Proses Terbit]

Von RZSecret05

882 80 35

Eksperimen mesin waktu dihentikan, para ilmuwan percaya lorong waktu yang ditemukan memiliki energi negatif m... Mehr

PRAKATA
Prolog
01: Abondened Factory
02: Undead
03: Meet Again
04: School Burned
05: Little Brother
06: Ghost
07: Flower Scattering Festival
08: Prince Andrew
09: Escape
10: Sea
11: Violence
12: Happy Family
13: Perfect Boy
14: Sick
15: Big Brother
16: Mermaid
17: Mermaid Queen
19: Caught
20: Ego
21: We can't trust you
22: Go
23: Stop
24: Die
25: Normal Life
26: Gather
27: Start From Scratch
28: Dragon
29: Murder
30: Heretical Sect
31: Strange Woman
32: Final Destination
33: Another World
34: Happy Life
Epilog

18: Prisoner

14 0 0
Von RZSecret05

Laut, Isolde 20XX

"Orang tuamu? Apa maksudnya?" Ruby mengendorkan genggaman, perlahan melepas tangannya dari kerah Taher. Taher terbatuk mulai terduduk mengambang di atas air, selanjutnya dia mengangkat wajah menatap Ruby dalam-dalam. "Aku tahu jika lubang hitam itu nyata, dan itu tidak masuk akal."

"Lantas?"

Taher meremas tangannnya erat-erat menunduk dalam. Pikirannya berkabut semenjak masuk ke dalam lubang hitam. Dia sudah memikirkannya berulang kali, jika hal itu tidak masuk akal sebagaimana juga duyung yang dia tahu tidak nyata. Maka ada kemungkinana jika orang tuanya yang di laut hilang bukan meningggal seperti yang dikatakan orang-orang. Mungin dan mungkin ... kemungkinan sedikit apa pun bisa menjadi sebuaah peluang.

"Orang tuaku menghilang di laut. Kupikir para duyung tahu jawabannya. Aku harus mengambil kesempatan sekecil apa pun itu."

"Astaga ...."

Olive memukul dahinya tidak percaya. Sementara Bing bersikeras ingin membantu Taher, Ruby skeptis dan Andrew angkat suara. "Hah ... kalian memang anak kecil. Taher kau tahu bahwa kau egois jika tidak memikirkan keselamatan yang lain. Dari hasil pengamatanku selama ini lubang hitam itu tidak membawa kita pada hal yang baik." Andrew mengacak rambutnya menatap Taher yang semakin putus asa. "Tapi, jika kau mau mencoba mencari tahu setidaknya sekali kita akan membantumu."

"Hey!" Ruby berseru menaikan intonasi suara. Apa yang dipikirkan Andrew dan Bing? Padahal sudah jelas sebelumnya mereka dibunuh oleh hantu dan kakak dari Andrew. Jika di rute ini mereka melakukan hal yang berbahaya kemungkinan mati semakin besar. "Aku tahu anak kecil. Aku tahu ... tapi sebagaimana kau menolongku dan Bing. Kita juga setidaknya harus menolong Taher sekali. Lagi pula kita harus mencari lubang hitam itu kan untuk ke rute selanjutnya?

Ruby yang paling tahu soal lubang hitam. Memang benar pada akhirnya mereka harus mencari lubang itu untuk pergi ke rute selanjutnya. Ruby jelas masih ingin menolak sebelum Olive menggenggam tangannya sembari kedua bola mata bulat menggemaskan membujuk Ruby. "Kita harus bantu Taher. Olive yakin kita sekaligus bisa mencari lubang hitam."

"Kalian ...."

Ruby mendesah, semua orang menatapnya menanti persetujuan. Jika pada akhirnya mereka semua sepakat mau bagaiamana lagi. "Baiklah, baiklah!" putus Ruby akhirnya, semua orang tersenyum mendengar keputusan Ruby. "Tapi, ingat! Hanya sekali ini saja." Taher memeluk Ruby sebagai ucapan terima kasih. Membuat Ruby menatap galak mengangkat tangan, dia tidak terbiasa dengan pelukan, terutama pria. Semua orang tertawa.

...

"Kalian meminta apa?"

"Sebelum kembali kami ingin melihat-lihat seluk beluk kerajaan bawah laut." Taher mengangguk percaya diri menatap pengawal. Akan tetapi responnya tidak begitu baik, penjaga itu berdiskusi dengan temannya yang lain. Setelah menunggu lima menit memperhatikan pengawal saling bercakap pada akhirnya mereka mengiyakan. "Lagi pula mereka hanya anak kecil."

Taher tersenyum lebar. 

"Tapi, kita tidak akan mengantar kalian ke tempat-tempat terlarang. Seperti perbatasan kerajaan laut, penjara, dan tempat barang berharga berada," ungkap pengawal. Setelah dimintai ratu secara khusus menjaga anak-anak dan memperlakukan mereka dengan baik, ini salah satu usaha mereka mengabulkan titah sang ratu.

"Baiklah!" Itu sudah cukup. Mereka berlima mengikuti pengawal keluar dari terumbu karang, melihat-lihat kehidupan duyung. Tak ada yang spesial, itu hampir sama seperti kehidupan di daratan. Ada sekolah, pusat perbelanjaan, taman dunia bawah laut. Yang berbeda hanyalah mereka tidak memiliki teknologi listrik. Kebanyakan dari mereka memiliki kemampuan sihir seperti ratu. Penjaga tidak menjelaskan lebih dalam dan membiarkan mereka memperhatikan secara langsung.

"Ini tidak berhasil." 

Benar, mereka tak menemukan petunjuk apa pun. "Bagaimana kita pergi ke tempat terlarang?" ujar Olive polos. Itu ide buruk, Ruby menggeleng keras-keras yang lain juga tampak tidak setuju. Bisa bahaya jika mereka membuat ratu marah, terlebih mereka masih tak tahu motif ratu menolong  mereka hingga saat ini. 

...

Hampir tengah malam, laut menjadi lebih gelap dari sebelumnya. Yang ada sinar rembulan yang menerobos pekat malam, cahaya kebiruan yang terbuat dengan sihir yang menyala di dalam lentera-lentera terbuat dari pahatan terumbu karang. Sebagian dari mereka sudah terlelap kecuali Taher, matanya masih terbuka lebar-lebar, ia mendesah panjang terduduk di atas ranjang kerang. 

Tidak bisa! Dia harus mencari orang tuanya, dia tahu ini hal gila tapi dia tak akan menyerah. Perlahan dan pasti dia mengendap-endap ke luar kamar. Meneliti setiap penjuru koridor dan mengawasi secara cermat. "Taher sedang apa?"

"Aaahhh!"

"Olive hanya menyapa saja. Kenapa Taher teriak?"

Taher menghembuskan napas panjang, dia mengusap kepala Olive menggelengkan kepala. Terlihat Olive sangatlah polos hanya menerima sentuhan Taher. "Kau mengejutkanku. Lain kali jangan diam-diam mengagetkan seperti itu." Olive terkikik menarik tangan Taher dari kepalanya, dia melirik sekeliling yang sepi. "Seharusnya Olive yang bertanya mengapa Taher mengendap-endap begitu?"

Taher menggaruk tengkuk memalingkan wajah. Bisa gawat jika dia ketahuan akan pergi mencari orang tuanya. "Aku hanya ingin jalan-jalan," bohong Taher mulai berenang masuk ke kamar diikuti Olive yang terus menatap penasaran. Taher sudah melihat di luar ada penjaga yang mengawas mereka, karena itu ada baiknya dia keluar dari celah terumbu karang, berupa jendela untuk pergi.

"Olive ikut."

"Tidak, Olive."

"Ikut!"

"Tidak, jangan."

Olive melipat kedua tangan di depan dada sembari melotot, bibirnya cemberut hendak berseru yang langsung ditahan Taher. Pemuda itu menatap Olive akhirya mengangguk lemah. "Baiklah, kau boleh ikut tapi jangan berisik." Mendengar hal itu Olive tersenyum, mengepalkan tangan ke atas. "Okay!"

Ini akan menjadi sulit. Taher berpikir demikian, lantas keluar dari celah terumbu karang ditemani Olive. Mereka berenang ke luar, membawa lentera diam-diam menghindari penjagaan. Olive merapatkan diri ke saamping Taher, kemudian tersadar ke arah mana Taher melangkah pergi. Olive dengan segera mencekal tangan Taher. "Taher mau pergi ke tempat terlarang?" 

Taher mendesah. "Dengar Olive, ini satu-satunya harapanku untuk menemukan bahwa orang tuaku masih hidup." Taher mengambil napas dalam-dalam menyentuh kedua pundak Olive, dia memelas. "Tolong bantu aku kali ini saja. Kuharap kau mau menolongku." Olive terkesima, dia melepas tangan Taher di pundaknya, dia tahu betul bagaimana rasaya kehilangan orang tua, jadi dia bisa paham. Akhirnya Olive mengangguk kembali mengikuti Taher.

"Terima kasih." Taher mengulum senyuman tulus, rasanya jika berada di sekitar Olive dia jadi teringat adik kecilnya. Mereka sama-sama imut dan pegertian. "Jadi kita akan ke penjara?"

"Itu benar. Pengawal yang bilang sendiri itu tempat terlarang, bahkan tidak ada penjaga yang mengawasi tempat itu karena ratu sendiri melarang penjara didatangi oleh semua kalangan." 

Mereka kembali berenang melewati gelapnya lautan dengan lentera yang dibawa Taher, melirik sekeliling berjaga-jaga barangkali ada yang mengikuti. Tempat yang disebut penjara itu ada di sudut kerajaan duyung tepatnya di arah timur, siang tadi penjaga yang menunjuk tempat itu dari jauh. Penjara yang dimaksud bebentuk persegi dengan satu pintu, terbuat dari pahatan terumbu karang para duyung.

"Kita masuk."

Olive menegak ludah merapatkan diri pada Taher. Mereka mulai masuk, mengendap-endap, pelan sekali agar penghuni penjara tidak terbangun. Sampai di dalam mereka menemukan bebagai jenis makhluk, dari duyung, hiu, hewan-hewan laut yang lainnya. Merasa tak cukup aman mereka mematikan lentera agar tidak ketahuan masuk lebih dalam. "Di sini tidak ada orang tua Taher."

Taher menggeleng, mereka belum pergi ke semua tempat, tepat sekali hendak beranjak ke luar mereka menemukan pintu kerang, karena gelap mereka tak menyadarinya lebih awal. Perlahan membuka pintu mereka mendengar suara amat kecil. "Tolong ... tolong ...."

Taher melebarkan mata, bahkan tanpa mempedulikan Olive dia berenang lurus mendekati arah suara. "I- itu suara Ibuku." Olive mempercepat laju renang mengikuti Taher yang terburu-buru, sesekali terpental menabrak jeruji membangunkan tahanan lain yang berseru-seru. Akan tetapi semua gelap, jadi identitas mereka tidak diketahui.

Sampai di ujung lorong suara itu semakin jelas, samar dari cahaya rembulan. Taher menemukan dua kaki manusia dari balik jeruji besi. "Ibu ... Ibu ...." 

"Taher?"

"Ibu!"

"Taher jangan berisik," bisik Olive, gadis itu sudah tegang sedari tadi melihat sifat impulsif Taher untuk mencari sumber suara. Taher menggenggam jeruji di depannya, bahkan jika tidak bisa melihat dia amat kenal suara itu. "Ibu ... Ibu ..."

"Taher."

Suara itu semakin jelas. Tangan mungilnya yang menggenggam jeruji disentuh oleh penghuni penjara. Samar dan jelas itu adalah ibunya! Bagaimana bisa ini mungkin? Taher menangis tersedu-sedu membalas uluran tangan sang ibu. Belum sempat berakta-kata, teriakkan nyalang membuat Taher membeku di tempat. "Pergi dari sini!"

"A-apa? Ta- tapi Ibu?"

"Pergilah!"

"Aduh, jangan berisik. Olive takut kita ketahuan."

Olive menarik lengan Taher. Meminta agar mereka beranjak pergi, ini tidak aman, jelas sekali siapapun orang di dalam sana bisa membangunkan para penghuni yang lain. Belum sempat mereka kabur, suara bising penghuni penjara berhamburan. Taher tidak mau beranjak bahkan ketika Olive menarik tangan pemuda itu secara paksa, dia meepisnya kuat-kuat.

"Aku akan kembali bersama Ibu!"

"Tidak, tidak. Taher kembalilah! Jangan datang lagi atau diketahui oleh dia."

Apa maksudnya? Dia siapa? "Ayo, Taher." Olive mendesak kembali, kali ini mendorong tubuh Taher menjauh. Belum sempat medapatkan jawaban tiba-tiba di sekeliling mereka terang. Lentera dengan cahaya biru menerangi penjara dan dari arah atas terumbu karang muncul duyung dengan rambut merah menyala. Itu ratu!

"Anak-anak nakal. Padahal aku ingin berbaik hati tapi kalian malah melanggar aturan." Tidak ada senyuman ramah seperti sebelumnya, yang ada seringai lebar menyeramkan. Mereka mengambi langkah mundur, menahan napas mengeratkan genggaman satu sama lain. 

Mereka ketahuan!

Bersambung ....

27 Desember 2023

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

579K 35.7K 63
(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Ini tentang Amareia Yvette yang kembali ke masa lalu hanya untuk diberi tahu tentang kejanggalan terkait perceraianny...
60K 5.3K 15
[COMPLETED] Pt. 1 - 4 : PUBLIC Pt. 5 - END : PRIVATE ================================================= Siapa yang tidak terbius r...
1.1M 81.4K 35
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
2.2M 115K 39
Menjadi istri dari protagonis pria kedua? Bahkan memiliki anak dengannya? ________ Risa namanya, seorang gadis yang suka mengkhayal memasuki dunia N...