Kisah Kita | HyunLix

By June_arshi

48.9K 6.3K 2.2K

Tamat. Slice of Life. Perjalanan nona dan tuan Hwang. Dia yang jauh di hati itu, perlahan mendekat. Dia yang... More

🍁 KARAKTER
🍁 PROLOG
🍁 1
🍁 2
🍁 3
🍁 4
🍁 5
🍁 6
🍁 7
🍁 8
🍁 9
🍁 10
🍁 11 🚫
🍁 13
🍁 14
🍁 15
🍁 16 🚫
🍁 17
🍁 18
🍁 19
🍁 20
🍁 21
🍁 22
🍁 23
🍁 24
🍁 25
🍁 26
🍁 27
🍁 28
🍁 29
🍁 30
🍁 31
🍁 32
🍁 33
🍁 34
🍁 35
🍁 36
🍁 37
🍁 38
🍁 39
🍁 40
🍁 41
🍁 42
🍁 43
🍁 44
🍁 45
🍁 46
🍁 47
🍁 48
🍁 49
🍁 50
🍁 51
🍁 52
🍁 53
🍁 54
🍁 55
🍁 56
🍁 57
🍁 58 Ekstra Chapter

🍁 12

1K 130 45
By June_arshi

Maafkan kalau nggak sesuai 😭
Terus aku kalau nulis juga alurnya campuran alias maju-mundur sesuka hati dan pikiran.

Kasih vote dan komen kalau suka. Makasih 🤍

Maaf untuk kesalahan penulisan

🍁HOBI MENANGIS🍁



Terik matahari siang ini cukup membuat Hyunjin terusik dalam tidurnya. Walaupun panas tapi dia tertidur tanpa atasan. Masih dalam posisi memeluk Felix dari samping.

Felix tak pernah tenang dalam tidurnya, dia akan terbangun setiap kali mengubah posisi tidur. Rasa nyeri di tubuh bagian bawah membuatnya cukup lama mencoba nyaman untuk tidur. Namun karena Hyunjin memeluknya, Felix jadi tenang dan mampu tertidur.

Hyunjin mengubah posisi tidurnya ketika membiasakan pandangan dari cahaya matahari yang terang. Sekarang jemari tangan kanannya sedang memijat pelan pangkal hidung naik ke kepala. Beberapa menit sampai akhirnya dia sadar dari kantuk.

Hyunjin mengamati tangan kirinya yang masih terhimpit badan Felix. Dia baru sadar kalau selama tertidur dia terus memeluk Felix. Sampai akhirnya dia menyibak selimut untuknya, Hyunjin sedikit tercengang. Sedetik kemudian mengelus dahi dengan telunjuk.

Pria jangkung itu menarik rit dan mengancingkan celana. Setelahnya berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Usai membersihkan diri dan mengganti pakaian santai, dia berjalan ke arah kasur. Mengambil jas, kemeja dan celana Felix yang berserakan di lantai.

Keluar kamar untuk memasukkan pakaian kotor tadi ke mesin cuci. Matanya kembali menangkap dasi yang sudah berada di lantai satu dan memungutnya. Hyunjin segera menyalakan mesin cuci.

"Rasanya tak pernah berubah." komentar si Hwang. Kemudian 30 menit lamanya hanya duduk di kursi dapur menikmati kopi dan brownies.

Kaki jenjangnya kini melangkah ke kamar utama. Disana terlihat Felix yang matanya sudah berkaca-kaca berusaha untuk duduk namun gagal.

Felix tergagap ketika merintih sakit tapi ingin ke kamar mandi. Hyunjin berjalan mendekat dan menyingkirkan selimut yang masih melilit di perut sang istri. Paha mulus itu otomatis terekspos dan Felix segera menutupinya dengan kaos yang ternyata sia-sia.

"Mau ke kamar mandi..." rintihnya dengan memegangi ujung kaos Hyunjin berniat meminta tolong.

Pria manis itu sebenarnya sedang menahan malu tapi kalah dengan rasa sakit yang diderita.

Rasa bersalah nampak di wajah si Hwang. Dia segera menggendong Felix ke kamar mandi dan diturunkan di dalam bathtub. Mengatur suhu air yang diisi penuh lalu menuangkan sabun cair. Felix mandi busa agar mudah, pikir si Hwang. Lalu dia keluar kamar mandi sembari berpesan agar Felix bisa memanggilnya jika sudah selesai. Tak lupa menaruh bathrobe di dekat bathtub.

Sedari tadi Felix mengeluh merasakan perih di bagian bawah ketika membersihkannya. Dia berusaha membersihkan tubuh yang terasa lengket itu sendiri.

Disisi lain Hyunjin masih sibuk menarik sprei putih yang sudah tercap bercak darah. Dia sempat meringis kecil ketika mengetahuinya. Berjalan mencari ponsel dan mencari tahu cara menghilangkan bercak darah pada kain. Kemudian ke ruang laundry mencari pemutih pakaian dan merendam sprei putih itu di ember.

Felix memanggilnya dan Hyunjin yang baru sampai di kamar langsung mendatanginya. Rupanya sang istri sudah selesai mandi. Hyunjin menyiapkan kaos miliknya dan boxer milik Felix yang barusan diambil di kamar Felix. Supaya nyaman pikir si Hwang.

Di kamar mandi Felix berganti pakaian dan dia merasa boxernya tak terlihat karena kaos Hyunjin itu cukup besar sampai menutupi paha. Lagi-lagi di gendong ke sofa dan di bawakan susu serta potongan buah-buahan. Belum lagi suaminya itu membuat Felix nyaman dengan mengeringkan rambut.

Setelah selesai, Hyunjin masih sibuk mengganti sprei dan selimut. Dering ponselnya membuat lelaki itu segera mengangkat telepon. Ternyata itu sekertarisnya yang menanyakan tentang keberangkatannya yang seharusnya untuk besok namun kemarin dimajukan hari ini.

"Kau berangkat duluan dan bawa general manajer bersamamu. Hari ini aku tidak bisa berangkat." perintahnya.

Lalu menunggu jawaban.

"Aku akan berangkat ketika ada waktu yang tepat."

Hyunjin menutup panggilan masuk itu dan berjalan mendekati Felix yang duduk dengan melipat kaki diatas sofa. Dia hanya ingin menumpukan diri agar tak terasa sakit. Tapi karena beberapa kali mengernyit dan tak nyaman akhirnya Felix digendong dengan sukarela oleh Hyunjin ke kasur.

"Hyunjin tak jadi ke Jepang?." tanya Felix yang menopang dagu dengan bantal ketika tidur tengkurup.

"Jadi. Hanya belum tahu kapan." jawabnya yang kemudian mengambil laptop dan mengerjakan sesuatu yang tak dipahami Felix.

"Ooh."

Cukup lama ketika Felix mencoba untuk tidur dan Hyunjin yang sibuk sendiri. Mungkin sekitar sejam kemudian, Felix tak sengaja mengubah posisi tidur menjadi menyamping itu terbangun karena rasa nyeri. Tidur tengkurup membuatnya sulit untuk bernapas, jadi dengan bersusah payah Felix mencoba nyaman tidur menyamping.

"Ini untukmu." Hyunjin memberikan obat oles luar untuknya yang barusan diambil dari laci.

Felix menerimanya dengan bingung.

"Pakaikan pada bagian luar."

Hyunjin tidak meminta maaf tapi secara terang-terangan bertanya pada temannya yang berprofesi sebagai dokter tentang obat apa yang harus diberikan pasa istrinya. Lalu segera keluar sebentar tadi selama Felix tidur untuk ke apotik setelah diresepkan obat. Dada Felix ada yang lecet dan tentunya bagian intimnya tidak mungkin dibiarkan begitu saja.

"Terima kasih." ucap Felix yang dipenuhi kebingungan karena sekarang harus mengoleskan obat luar itu.

Matanya berkedip beberapa kali ketika suaminya tak henti menatapnya lurus.

Seperti menangkap kebingungan Felix, Hyunjin kembali mengambil obat tadi dan berniat untuk mengoleskannya.

"Tidak.., tidak.." tahan pria manis itu yang kelabakan di tempat.

Alis Hyunjin berkerut. "Biar aku oleskan."

"Tidak, jang.." Felix masih menolak ketika Hyunjin sudah berusaha menarik boxernya.

"Aku sudah melihatnya tadi malam. Apa yang perlu kau khawatirkan?." ucap Hyunjin dengan nada santai dan tak melepaskan tatapan ke mata Felix.

"Maaf.." sungguh aneh, sekarang yang meminta maaf malah pria manis itu.

Hyunjin segera menurunkan boxer sampai ke paha. Terpampang sudah dua bongkahan kenyal milik istrinya yang ternyata masih berbekas merah. Dia hanya bisa menatap miris ketika mengoles obat. Apalagi melihat reaksi Felix yang menahan sakit.

Setelah celananya dinaikkan, Felix bungkam dan menutupi tubuh dengan selimut.

'Kenapa aku harus merasakan malu yang bertumpuk-tumpuk?. Serasa membawa beban batu di pundak'

Sehari berlalu dan esok siang di pukul 2, Hyunjin nampak menyiapkan tas ransel. Dia tak mau repot, hanya membawa ganti seperlunya dan utamanya gawai.

Felix sudah bisa berjalan walaupun masih dipaksakan. Dia ingin mengantar Hyunjin ke Bandara. Namun apa daya dia tak bisa berjalan terlalu lama. Hyunjin berlalu ketika sopir keluarga membantunya memasukkan tas ransel.

"Aku akan pergi sekarang." katanya pada Felix ketika masih tersambung panggilan masuk dengan sekertatisnya.

Felix yang sedang duduk di ruang tamu itu hanya bisa menatap Hyunjin yang naik turun tangga karena mengecek lagi agar tak ada barang penting yang tertinggal.

"Hati-hati Hyunjin."

Hyunjin hanya mengangguk dan berjalan keluar rumah. Terdengar mesin mobil sudah dinyalakan. Felix terdiam. Di dalam pikirannya masih terlintas keinginan untuk mengantar sang suami pergi di Bandara.

Ketika rungu Felix serasa tak berfungsi, pikirannya dipenuhi dengan betapa sepinya rumah ini ketika Hyunjin tak ada di tempat. Seperti tak mampu mendengar suara di sekitar, Felix hanyut dengan rasa kesepian.

Air mata keluar dengan sendirinya. Felix masih tak sanggup mengendalikan perasaan ini. Walau sudah bertahun lamanya. Rasanya belum sembuh. Rasa ditinggal oleh orang tersayang.

Lalu, samar-samar terdengar suara panggilan atas namanya.

"Felix..."

"Iya?" jawabnya dengan menoleh ke sumber suara.

"Selain hobi tersantuk, ternyata kau juga hobi menangis." ujar si Hwang dengan wajah lelah ketika menanggapi tangisan Felix yang tak berhenti turun.

"Aku mau.. ikut.." niat hati Felix ingin mengutarakan bahwa dia ingin mengantar sang suami ke Bandara.

"Ingin ikut ke Jepang?"

Siang itu Felix digendong suaminya menuju mobil. Ketika di Bandara, dia malah diberi kursi roda dan didorong sampai menuju pesawat. Sudah menghirup udara Jepang pun, Felix belum sadar dengan keadaan.

Di hotel, lagi-lagi yang dilakukannya hanya diam di kamar sambil menunggu suaminya pulang bekerja. Sama seperti biasa, bedanya sekarang terasa sedikit seperti berlibur. Setidaknya dia bisa bercerita pada beberapa lembar kertas baru bahwa suaminya sudah mengajaknya berlibur ke Jepang.

🍁 7/11/2023
🍁 JUNE_GN


Mon > Panggilan cinta
Mon itu sama kayak My untuk laki-laki.
Atau kalau mau cari apa itu "Mon" boleh cari di google Mon dalam bahasa Prancis

Terima Kasih.. 🤍💙🤍💙🤍💙

Continue Reading

You'll Also Like

142K 20.8K 29
"Gue nurutin buku panduan kencan kok nggak ada hasilnya ya. Udahlah gue ke dukun aja. Minta jampi-jampi yang manjur." Bxb Heeseung x Sunghoon Harsh w...
67.4K 10K 31
Amor noster (latin) means our love. Kita tahu bahwa cinta adalah hal yang kasat mata, lalu menurutmu bagaimana seseorang bisa menunjukkan wujud dari...
85.8K 8.1K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
151K 16.9K 28
"Padahal aku hanya ingin dekat dengan mu, tetapi mengapa rasanya begitu sulit?" *Sunghoon x Sunoo Couple *bxb area