My Frenemy ( AS 10 )

By Salwaliya

3.1M 289K 121K

Ikara sama Leo kalo disatuiin? Kacau balau. Ikara tau banget Leo nggak suka sama dia karena kerap dijadikan b... More

Cast AS 10
Prolog
1. πŸ₯‡πŸ₯ˆπŸ₯‰
2. ⛳️ πŸ“ΈπŸ“²
3. 🀳
4. 🚬
5. πŸ“š
6. πŸ‘©πŸΌβ€β€οΈβ€πŸ’‹β€πŸ‘¨πŸΌ ?
7. πŸ‘šπŸ€¦πŸ»β€β™€οΈ
8.
9. πŸ“˜πŸ“•
10
11. πŸ₯ŸπŸ“²
12. πŸ«—
13. 😑
14. πŸ“–
15.
16.πŸ“₯
17. πŸŠπŸ»β€β™€οΈπŸšŒ
18. πŸ“πŸ“Έ
19. ♨️
20. πŸš‘
21
22. ❀️‍πŸ”₯
23.
24. πŸ›€
25.
26. 🚲
27.
28
29
30.
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44 ( kebalik $
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
69
70
71
72. END

68

27.6K 4K 3.3K
By Salwaliya









68.




"Ra,"

Tok Tok Tok!





Leo berdiri di depan kamar Ikara dengan wajah frustasi. Masa cuma bilang kangen langsung diusir.....




"Berantemnya sekarang beneran, Mas?" tanya Mba Yeni sambil membawa selimut masuk ke dalam kamar.

"Semangat, Mas." ucap Pak Seto ikut masuk ke kamar.

"Heh heh kamarmu mana?" Mba Yeni mendorong bahu Pak Seto.

"Ohiya salah," Pak Seto cengengesan. "Kalo lagi ngambek tungguin aja, nanti Mba Ikara nggak enak sendiri ngambekin orang lama-lama."

"Iya tau," jawab Leo.

"Semangat!" bisik Mba Yeni.

Leo menghela napas berat, ia kembali mengetuk pintu kamar Ikara. "Ra, bukaiin bentar lah...."




Ting!




Leo menunduk sambil membuka hpnya.





Gesya : lagi apa kak?

Gesya : di read trs chat ak :(

Gesya : maaf call terus

Gesya : soalnya lama ga muncul kampus jd banyak yg nanyaiin

Gesya : kak?

Gesya : udah tidur?

Missed call.

Gesya : berharap dibales heheheheheh

Gesya : kak leo lagi apa
Read.



Leo memasukkan lagi hpnya. "Asahi rese," decaknya karena pasti bocah itu yang memberikan nomornya. Dari awal dia selalu menjodohkan mereka berdua. Leo sudah menolak baik-baik di awal tapi tidak ada yang menyerah.

"Ra,"


Tok Tok Tok!




Leo nggak bisa cuma minta maaf, dia harus ngasih kejelasan.

"Maaf ya asal cium, terus bilang kangen doang. Gue udah nglewatin batas."

Klek!

Leo memundurkan langkah saat sebuah jaket di lemparkan ke arahnya. "Ra,"

"Lo pikir gue cewek murahan bisa lo cium tanpa ijin?"

"Maaf tadi lupa ijin," ucap Leo pelan.

"Apa??"

"Gue nggak pernah mikir lo murah anjir, sumpah."

"Bilang kangen buat pembelaan?"

"Emang kangen."

Ikara berdecih. "Udah nggak mempan, Le."

Leo mengerutkan alisnya. "Maksud lo gue bohong?"

"Lo berharap gue percaya sama omongan lo setelah semua perbuatan lo? Hah?"

"Katanya udah dimaafin,"

"Tetep aja, lo nggak bisa asal bikin gue berharap terus lo jatuhin gitu aja." Ikara menutup pintu dengan kencang membuat Leo mengerjap kaget.




Tapi sebelum Ikara menguncinya Leo membuka pintunya lagi membuat cewek itu memundurkan langkah kaget.


"Gue juga capek anjir ngejauh dari lo, dipikir gampang?"

Ikara memundurkan langkah. "Ya-yaudah siapa yang suruh??"

"Salahin Bokap lo lah yang bikin kita gini."

"Kenapa jadi gue yang dimarahin?"

Leo mengerjap. "Hah? Enggak marah,"

"Unik ya lo?"

"Gue belum moveon."

"Jangan rese lagi,"

"Gue kangen sama lo," Leo melangkah mendekat.

"Boong,"

Leo mencekal kedua lengan Ikara agar tidak menjauh lagi.

"Orang bego yang mikir gue udah nggak punya perasaan. Nggak ada sehari tanpa mikirin lo lagi apa, nggak ada sehari tanpa nyesel putusin elo. Gue nanya lo udah punya pacar di lift waktu itu karena takut Asahi beneran pdkt, gue nggak mau dia deketin elo, gue cemburu banget sampe ngasih tau mereka kalo kita pernah pacaran, gue nggak suka dia peduli sama lo, gue nggak suka pas lo biasa aja waktu adik Asahi deketin gue, gue nggak suka lo cuek-cuek aja, gue mau lo, Ra."


Ikara berdiri kaku dengan ekspresi terpaku. Berusaha mencerna kalimat panjang yang dilontarkan Leo.



Leo menunduk dengam lengosan lelah. "Lo sadar nggak sih kehadiran lo ngaruh banget ke banyak orang? Gue yang paling nggak kuat."




"Ini kayak bukan Leo jadinya," gumam Ikara.




"Lo berhak marah karena gue emang keterlaluan. Tapi gue nggak suka pasrah anaknya, kalo ditanya masih suka iya masih, pengen balikan iya pengen banget. Tapi kalo lo nggak mau, gue nggak buru-buru mundur, gue tunggu sampe lo pertimbangin. Atau kalo mau balikan sekarang gue bakal seneng banget."

"Le?" Ikara mengusap bahunya. "Tenang dulu coba, tarik napas."

Leo mengangguk sambil menarik napasnya dalam-dalam. "Mau balikan sama gue?"

"Baru satu menit lalu bilang mau nunggu."

"Lamaaaa," decak Leo frustasi sendiri. "Udah dipertimbangin belum??"

"Tau sabar nggak?"

"Sekarang udah?"

"Belum lahh,"

"Sssss," Leo gregetan sendiri. Tapi tak bisa egois dan memaksakan kehendaknya. "Yaudah. Tapi jangan lama-lama ya?"

"Terserah dong."

"Aku pengen balikan, Raaaaa...." Leo menghembuskan napas lelah.

"Masa enak banget jadi lo, bisa mutusin kapan aja bisa ngajak balikan kapan aja?"

"Kan mutusin terpaksa," bantah Leo.

"Berarti balikan juga terpaksa?" Ikara melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ya enggak lah gimana sih?"

"Enggak gimana?"

"Balikan karena pernah putus secara terpaksa."

"Gitu?"

Leo mengangguk.

"Kalo nggak mau?"

"Nggak mau apa?" tanya Leo panik.

"Kita udah hampir seminggu di sini, baru sekarang lo ngajak balikan?"

"Lo belum pulih, nggak sopan ngajak balikan."

"Alesan," Ikara berdecih.

"Ya emang itu alesannya."

"Jangan bikin temen gue baper, hobi lo tuh rese sama cewek."

"Cewek siapa sih?" tanya Leo heran.

"Pura-pura nggak tau?"

"Ya siapa emang nggak tau??" Leo diam sebentar saat mengingat sesuatu. "Oh."

"Oh??"

"Emang kapan gue baperin dia?"

"Lo nggak bisa ya permainin perasaan cewek."

Leo menautkan alisnya bingung. Ini kapan dia baperin adiknya Asahi? Kalau bukan karena adik temannya dia sudah tega memblokir nomornya sejak bulan lalu. Leo sudah termasuk sangat sabar untuk masalah ini.





Ini mau ngejelasin di depan Ikara juga susah, pasti nggak percaya.





"Gue nggak ada apa-apa sama dia."

"Nggak minta dijelasin juga."

"Ya lo jangan nggak enakan lah mentang-mentang dia temen lo,"

"Kenapa harus nggak enakan? Kayak lo punya gue aja,"

"Ya emang punya siapa lagi?" tanya Leo. "Ada yang pernah gue kasih kesempatan selain elo? Nggak."

"Gue harus merasa ini kehormatan?"

"Nggak juga sih," gumam Leo. "Cuma ngasih tau."

"Oke," Ikara mengangguk.

"Belum mau balikan sekarang?"

"Belum," Ikara menggeleng.

Leo mengangguk. "Yaudah tidur dulu," katanya sambil melirik jam dinding. Dokter bilang Ikara dilarang begadang. "Daaaa."

Leo berbalik badan dan menutup pintu kamar membuat Ikara menaikan alis. Tapi kemudian pintu terbuka lagi, namun hanya kepala Leo yang muncul. "Tidur dulu, ya."

Ikara mengerjap.

"Bales iya lahhh,"

"Astaga. Iyaaa."



Leo tersenyum kecil, pelan-pelan menutup pintu. Ia kemudian melangkah dengan wajah sumringah menuju kamarnya.





Ting!




Ikara yang sedang menepuk wajahnya dengan skincare menoleh. Ia meraih hpnya dengan tangan kiri.




Leo : raaaaaa





Ikara menahan senyum. Makin nyebelin nih anak.





Mode rese Leo balik lagi.







Leo : dih dibaca doang sok ngartis

Ikara : diem fans

Leo : haha lucu

Ikara : emang

Leo : iya
Read.



Leo : JANGAN DIBACA AJAAA

Leo : sombong

Leo : 🖕🏻

Ikara : ih

Leo : salah

Leo : 👎🏻

Leo : mau kirim itu

Leo : ck

Leo : ga percayaan

Ikara : gue ga ngetik apa" padahal

Leo : y

Ikara : udah? katanya suruh tidur

Leo : mana blm tidur

Ikara : lo spam mulu gmn mau tidur..

Leo : yauda gausa direspon
Read.




Leo : read aja terusssssssss

Leo : READ

Leo : AJA

Leo : TERUSSSSSSS

Ikara : maunya apasih?

Leo : gatau

Ikara : udah le

Leo : temenin

Ikara : gue mau tidur

Leo : gue gabisa tidur

Ikara : paksaiin

Leo : ttp gabisa
Read


Leo : males

Leo : gaasik

Ikara : marah marah terus

Leo : iya maaf

Leo : kangen mamah raaa

Ikara : udah call?

Leo : blm diangkat

Ikara : tanya kabar ke yg lain coba

Leo : gaada yg bales tai sok sibuk

Ikara : gaboleh gitu

Leo : maaf

Ikara : ini udah jam 11 malem maklum

Leo : ya

Ikara : tidur aja bangun" dapet kabar

Leo : gabisa kalo ga call

Ikara : call mamah?

Leo : dua duanya

Ikara : papah?

Leo : ikara

Ikara : -_-
Read.





Ikara memandang lama hpnya, sampai 5 menit selanjutnya tidak ada balasan dari Leo. Kayaknya anak itu kangen banget sama mamahnya. Dia jadi nggak enak bikin Leo ada di sini.



Ikara mengambil kardigannya, lalu membuka pintu dan keluar dari kamar. Kebetulan melihat Leo sedang berada di luar sambil merokok. Jadi ia melangkah mendekat dan mengetuk kaca jendela.

Leo menoleh dan berhenti menghisap rokoknya, menjauhkan tangan sebelum menggeser kaca jendela. "Kenapa belum tidur?"




Unik kan, kalau di chat bawel banget tapi kalau ketemu berubah drastis.




"Udah call?"

Leo mengangkat hpnya. "Lagi nunggu,"

"Besok aja gimana? Mungkin udah tidur, dari pada kebangun karena notif."

Leo diam sesaat mempertimbangkan saran Ikara. Ia kemudian mengangguk. "Masuk sana, asepnya banyak."

"Udahan ngerokoknya,"

"Iya bentar,"

Ikara tak memprotes lagi, ia berbalil dan melangkah masuk. Menoleh saat pintu terbuka, Leo ikut masuk tanpa membawa rokoknya. "Besok coba call lebih awal, jadi keangkat."

"Hm," Leo mengangguk.

Ikara melangkah pelan masuk ke kamar. Menautkan kedua tangannya sambil menimang keputusan, haruskah ia menghibur karena mungkin Leo khawatir dengan mamahnya. Tapi dia harus membatasi dirinya juga.

"Gue," Ikara berbalik badan. Tersentak kaget saat Leo sudah berada di belakangnya. "Eeh."

"Kenapa?"

"Gue yang harusnya nanya," cicit Ikara. "Kenapa ikut masuk ke kamar?"

"Mau nanya," Leo mengusap hidungnya dengan jari.

"Apa?"

"Udah mau?"

"Baru beberapa jam yang lalu, Le...."

"Oke," Leo mengangguk dan berbalik badan. Ia berjalan sambil menunduk, lalu menutup pintu kamar tanpa mengatakan apapun.

Ikara jadi tersenyum geli. Ia mengurungkan niatnya untuk berbalik saat pintu terbuka lagi. Leo muncul lago dan berdiri dengan kepala menunduk.

Ikara menghela napas berat. "Masih kangen Mamah?"

"Hari ini dia kontrol, harusnya ngabarin ada apa."

"Nggak papa, mungkin nggak sempet."

"Biasanya selalu ngabarin,"

"Le,"

"Yaudah," Leo membalikkan badannya pasrah. Tapi kemudian Ikara meraih pergelangan tangannya membuat cowok itu menoleh.

Leo mengekori Ikara di belakang, naik ke kasur setelah Ikara dan berbaring di dekat cewek itu. Ia menunduk sambil memeluk pinggang Ikara. Kemudian tangan Ikara merangkulnya.


Andai dia bisa mendapatkan ini sejak 2 tahun lalu. Leo capek menghadapi semuanya sendiri. Leo juga capek mental, tapi dia tidak mau membuat adik-adiknya merasakan hal yang sama.


"Ela sama Haidar beruntung punya abang kayak elo," bisik Ikara sambil mengusap kepala Leo. "Jadi nggak masalah keliatan rapuh di depan mereka, lo nggak harus selalu tegar."

Hati Leo seketika terasa sakit, ternyata dia memang butuh banget kalimat ini.

"Pulang aja ya, Le?"


Leo tidak menjawab.

"Gue lebih khawatir liat lo gini. Jadi ngerasa bersalah bikin lo jauh dari Tante Dilla. Nggak perlu lo jadiin beban kejadian kemarin, gue udah aman di sini."

"Gue nggak papa kalo Mamah ngabarin."

"Tapi lebih enak ketemu langsung kan?"

"Mamah punya Papah sama Om Tante gue. Lo punya siapa di sini?"

Ikara tertegun. Ia kemudian terkekeh di balik rasa sakitnya. "Gue selalu punya diri sendiri, dia orang terbaik yang nemenin gue selama ini."

"Le, tau kenapa gue langsung maafin kesalahan lo walaupun gue sakit hati banget?"

Leo menggeleng.

"Karena lo lebih milih buat prioritasin keluarga lo. Gue emang nggak suka cowok brengsek, tapi gue suka sama anak berbakti."

"Gue juga suka sama lo."

"Ck, bukan gitu konsepnya...."

Leo tertawa kecil. Ia kemudian mendongak menatap Ikara. "Lo kena marah nggak sekamar sama cowok?"

Ikara mengangkat bahu. "Siapa yang mau marah?"

"Gue bakal dimarahin,"

Ikara langsung tertawa. "Yaudah sana balik kamar lo."

"Sebenernya gue nggak 100 persen berbakti." bisik Leo membuat Ikara tertawa lagi. Ia meringis saat cewek itu memukul lengannya.

"Nyesel banget sumpah muji lo," Ikara menutup wajahnya dengan kedua tangan. Menunduk saat Leo meletakkan kepalanya diperutnya sambil tertawa.






00.17

Leo masih membuka matanya, menatap Ikara yang tertidur di sampingnya. Ia menarik sudut bibir, selalu tenang tiap melihat wajah Ikara. Rasa khawatir apakah cewek itu baik-baik saja hilang, karena sekarang orangnya ada di sini.

"Ra," Leo agak bangun agar bisa membisiki Ikara. "Gue liat setan..."

Ikara tersenyum kecil, ia langsung berbalik membelakangi Leo.

"Katanya yang tidur duluan bakal dibawa setannya." bisik Leo. Ia terus maju agar bisa melihat wajah Ikara yang membelakanginya. "Belum tidur kan lo?"

Ikara menyembunyikan wajahnya di bantal sambil tertawa membuat Leo tersenyum miring. "Penipu."






00.48

"Gue nggak pernah sekecewa ini pas tau ternyata kisah Jack sama Rose nggak nyata," Ikara tengkurap sambil memain-mainkan kedua kakinya. Menoleh kepada Leo yang sedang berbaring menatapnya.

"Emang cuma ambil setting pas kejadian, whole filmya fiksi."

"Tapi tetep aja nggak rela," cibir Ikara. "Banyak yang bilang based on true story."

"Nggak ada,"

"Kok?"

"Bukan based on true story tapi based on true event."

"Oh ya?" gumam Ikara.

"Hm,"

"Gue bakal namaiin anak perempuan gue nanti Rose," Ikara tersenyum sambil memain-mainkan kukunya. "Dia bakal jadi putri yang anggun, berani, sama berkelas."

Leo menaikan alis sambil mengangguk. "Biar mirip Mamahnya."

"Emang gue gitu, ya?" tanya Ikara dengan senyum malu.

"Merendah?"

Ikara tertawa. "Kan nanya. Lo? Mau ngasih nama anak lo apa?"

"Kalo cowok Thomas."

"Wait, karakter di film?"

"Maze Runner,"

"Oh oh," Ikara mengangguk. "Boleh boleh. Kenapa?"

"Nggak egois, setia kawan, cerdas."

"Kalo anak cewek?"

"Udah kan tadi,"

"Kapan?"

"Rose."

Ikara memutar bola matanya malas. Leo hanya tersenyum tengil.







01.08

Leo meraih rahang Ikara mendekat, memiringkan wajah dan menyatukan bibir mereka. Dia selalu mengikuti kemana gerak bibir Ikara, agar cewek itu tidak kesulitan membalasnya. Melumatnya secara perlahan dan merasakan sensasi yang begitu mendebarkan namun sangat nyaman.

"Le, apa gue nggak pantes disayang orang?" tanya Ikara beberapa saat kemudian.

"Kenapa nanya gitu?"

"Banyak yang bilang, anak yang punya mental nggak stabil sama broken home nggak pantes dicintai."

Leo menggeleng. "Bodoh yang bilang gitu."

"Why?"

"You deserve to be loved, you deserve to be chosen, you've always been deserving. Gue di sini buat buktiin, walaupun agak telat."

Ikara mengulas senyum penuh arti.




01.23










02.00

14++ missed call.






07.30

Tok Tok Tok

Ikara dan Leo sama-sama terbangun. Nyawa mereka belum terkumpul sempurna tapi Pak Seto dan Mba Yeni sudah menunggu di luar kamar sejak tadi.

"Kenapa?" tanyanya sambil mengucek mata.

Mba Yeni meraih bahu Ikara. "Non, pulang ke Jakarta sekarang, ya."



Bersambung....


mereka masih 20 an heh, jadi ga lebih dr kiss or cuddle. jgn minta yg aneh aneh😡

Continue Reading

You'll Also Like

888K 6.3K 10
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...
891K 63.9K 62
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
254K 5.3K 17
Kesepakatan gila yang diberikan Gavriel lalu disetujui penuh oleh Baek Dahyun, secara singkat membuat hidup Dahyun berubah drastis. Keduanya menjalin...
9.4M 392K 63
On Going (Segera terbit) Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di ke...