My Frenemy ( AS 10 )

By Salwaliya

3M 284K 120K

Ikara sama Leo kalo disatuiin? Kacau balau. Ikara tau banget Leo nggak suka sama dia karena kerap dijadikan b... More

Cast AS 10
Prolog
1. πŸ₯‡πŸ₯ˆπŸ₯‰
2. ⛳️ πŸ“ΈπŸ“²
3. 🀳
4. 🚬
5. πŸ“š
6. πŸ‘©πŸΌβ€β€οΈβ€πŸ’‹β€πŸ‘¨πŸΌ ?
7. πŸ‘šπŸ€¦πŸ»β€β™€οΈ
8.
9. πŸ“˜πŸ“•
10
11. πŸ₯ŸπŸ“²
12. πŸ«—
13. 😑
14. πŸ“–
15.
16.πŸ“₯
17. πŸŠπŸ»β€β™€οΈπŸšŒ
18. πŸ“πŸ“Έ
19. ♨️
20. πŸš‘
21
22. ❀️‍πŸ”₯
23.
24. πŸ›€
25.
26. 🚲
27.
28
29
30.
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44 ( kebalik $
45
46
47
48
49
50
51
52
53
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72. END

54

11.9K 2.9K 495
By Salwaliya

maaf yyy baru muncul :( emg gaenak bgt kena blockwriter. jgn beteee yaaa, kukasih eps banyak.


tp nyebelin episodenya hehe.



buka pake apa nanti??



54.




PLAK!

Ikara terjatuh di sofa begitu papah melayangkan pukulan keras. Mamah kali ini berusaha menghadang dan menenangkan suaminya sementara Ikara berusaha berdiri karena kepalanya langsung pening.

Deno meraih tongkat sapu di sampingnya dan melayangkan benda tersebut di lengan kanan Ikara membuat gadis lemah itu meringis kesakitan.

"Den, tenang dulu tolong,"

"Masuk kamar, ini urusan aku sama anakmu."

"Den—"

"Papah udah peringatin dari awal jangan sampe kamu berani ada hubungan sama anak tetangga, sekarang liat apa akibatnya? Udah liat turun berapa ranking kamu?!!!" bentak papah keras.

Ikara merapikan rambutnya. "Bukan karena Leo—"

"JANGAN NGEJAWAB!" Deno mencekal lengan Ikara dan mengguncangnya. "Rusak semua usaha kamu dari kelas 10 karena orang sialan itu! Rusak semuanya! Percuma Papah keras sama kamu percuma Ikara!!!"

"Emang itu tujuannya, Pah."

Suasana hening.

Garis wajah Deno mengendur. "Bilang apa kamu?" tanyanya dengan nada dingin.

Ikara memberanikan diri untuk mendongak. Mengabaikan setetes darah yang muncul di ujung bibirnya. "Semakin keras Papah, semakin jelek hasilnya."

Mamah meraih lengan Ikara. "Kamu masuk kamar sekarang. Tolong."

"Cara Papah didik aku dari awal aja udah salah. Masih mengharapkan hasil sempurna? Sebenernya faktor kegagalan terbesar Ikara bukan pacaran, melainkan tekanan Papah sendiri."

Wajah Deno mulai mengeras emosi. "Kamu jangan main-main sama Papah, Ikara. JANGAN KURANG AJAR!"

Ikara masih mengangkat wajahnya berani meski tubuhnya melemas. "Dari dulu bukan Ikara yang mengarapkan pencapaian ini, tapi Papah yang terobsesi buat jadiin aku nomer satu."

"IKARA!"

"Pukul Ikara aja nggak papa pukul!!"

Plak!

Ikara langsung terkejut dengan pukulan tersebut. Ia menutup wajahnya sambil menangis membuat mamah mengusap wajahnya frustasi. Tiba-tiba saja Papah menyeret tangannya menuju kamar membuat Ikara berusaha meronta untuk dilepaskan.

"Pindah sekolah, kamu ulang dari awal."

Ikara melebarkan matanya. "Ikara nggak mau!"

"Semakin kamu lawan, semakin Papah jauhkan dari orang-orang yang deket sama kamu."

"Pah udah tolong...." Ikara menangis sangat kejar sampai dadanya sakit. "Kok aku diginiin banget."

"Nggak perlu putus sama dia, Papah yang akhirin hubungan kalian berdua. Hp Papah sita, mulai sekarang nomer Papah awasin, nggak ada internet."

"Papah nggak bisa kayak gini,"

Ikara didorong masuk ke dalam kamar. "Jendela Papah kunci mulai sekarang." katanya sambil meraih kunci di jendela kamar lalu menutup pintu.

Meninggalkan Ikara sendiri dengan tatapan kosong.







💞💞💞💞💞💞💞💞








Leo berlari kencang di koridor rumah sakit setelah ia memaksa papah untuk memberi tahu di mana mereka sekarang. Kebetulan papah sedang menunggu di luar dengan panik.

"Mana Mamah?"

"Leo," Papah langsung menghadang tubuh putranya sampai ia termundur beberapa langkah. "Nak, denger—"

"Leo mau ketemu Mamah."

"Mamah lagi ketemu Dokter. Leo, tolong."

Leo memundurkan langkah, ia menunduk sambil mengusap wajahnya yang kalut. Lalu menatap papah tak habis fikir. "Sejak kapan?"

Ale masih diam.

"Sejak kapan kalian diem-diem gini?"

"Tahun lalu," Ale menunduk. Ia kemudian mengulum bibirnya. "Mamahmu yang larang keras."

"Leo anaknya."

"Dia juga seorang Ibu, Le."

Leo diam.

"Dia lebih takut anak-anaknya tau daripada," Ale menunduk. "Dari pada rasa sakitnya."

"Nggak separah itu kan, Pah?"






"Jantung. Jantung Mamah kamu lemah."




Leo melebarkan matanya kaget. Kepalanya serasa penuh, perasaannya kalut dan pikirannya kemana-mana. "Is she okay?"

"Mamah bakal baik-baik aja," Ale mengangguk sambil tersenyum. "Jangan bilang Ela dulu ya, Le? Tolong,"

"Pah,"

"Adikmu lemah Le, Papah juga nggak kuat mau ngasih tau. Leo denger Papah?"

Leo menggelengkan kepalanya, ia kemudian maju dan memeluk sang papah yang sejak tadi menahan tangis. "Mamah bakal baik-baik aja."

Leo menundukkan kepala, lalu meneteskan air matanya. Berusaha tidak menangis agar papah tidak khawatir. Dia sudah curiga sejak awal karena ada banyak obat-obat baru yang tidak diberi keterangan jelas, lalu dokter yang kerap datang ke rumah.

"Harus senyum nanti ketemu Mamah, jangan nangis."




💞💞💞💞💞💞💞




Ikara duduk diam di kamarnya dengan posisi ruangan gelap. Ia terus melihat ke jendela memeriksa apakah Leo sudah datang, karena sejak tadi dia tidak melihat keberadaan cowok itu. Ikara butuh Leo sekarang, dan dia tidak bisa menghubungi cowok itu.


Ia menunduk menatap tangannya yang lebam hitam. Bulu kuduknya merinding karena ia memakai pakaian tipis di dalam ruangan ber AC.


Memang sudah sesuai rencana, Ikara sengaja menurunkan rankingnya. Tapi ketauhan berpacaran dengan Leo tidak dalam rencana, jadi sekarang sakitnya lebih terasa dan resikonya lebih besar.


Papah jelas menyalahkan hubungan mereka. Dan Leo yang akan diserang setelah ini.


Papah pernah membuat salah satu murid dikeluarkan dari sekolah dan orangtuanya dipecat dari pekerjaan karena ketauhan menyontek hasil ujian Ikara.

Jika hubungan mereka tidak ketauhan, Ikara sudah berencana akan menunggu sampai naik kelas 12 lalu pindah dari kota ini dengan uangnya. Dia sudah menyiapkan pendaftaran sekolah baru dan survey tempat tinggal untuknya. Lalu dia dan Leo akan ldr sampai mereka berada di universitas yang sama.



Ini sudah 3 hari sejak ia dikurung di kamar dan Leo tidak pernah mendatanginya.





💞💞💞💞💞💞💞




"Ikara sekarang lagi apa, ya?" tanya Ela dengan tatapan kosong. "Gue nggak liat dia dari kemarin, pasti Papahnya udah tau soal ranking."

"Beneran fiks 12?" tanya Willy.

"Lagi bahas siapa si?" tanya Om Ical yang sedang menggendong kelincinya. Abel kemudian datang dengan semangkuk mie.

"Menurut gue, dia sengaja."

"Sengaja?" tanya Ela.

"Hm," Abel mengangguk. "Gerak-geriknya dari awal keliatan. Dia bener-bener nggak nyentuh ljknya."

"Dia gitu kenapa, ya?" tanya Ela sedih. "Padahal tau resikonya bakal gede."

"Lagi bahas apa sih?" tanya Om Ical lagi.

"Mungkin dia capek," jawab Willy. "Jadi berontak."

"Mau nyamperin tapi mustahil," gumam Ela sedih. "Leo juga deh heran di kamar mulu nggak mau keluar, gue kan mau nyamperin lewat jendela ya."

"Dia dari dulu class meeting nggak mau join sih, cuman emang beneran nggak ada kabar. Nih bocah berdua ngilang juga bareng," cerocos heran.

"Ini gue nanya sekali lagi kalo nggak ada yang jawab gue usir," ucap Ical.

"OMMM," teriak Ela langsung bangun dari sofa. Abel segera meletakkan mangkuk mienya dan cuma Willy yang nggak ngasih reaksi.

"Ituloh pacar eh temennya kita yang biasanya ranking 1 tiba-tiba jadi 12, nah Papahnya tuh keras banget sama dia, jadi kalo rankingnya turun bisa sampe... dipukulin."

Ical langsung menghela napas. "Jaman segini masih ada?" tanyanya. "Kiraiin udah pada berubah mindsetnya."

"Temen kita contohnya," jawab Abel.

"Tante Nayya dulu juga gitu," ucap Ical. "Ya kalian jangan diem doang lah, samperin rumahnya, grebek."

"Papah dulu juga gitu?" tanya Willy.

"Ya enggak," gumam Ical. "Papahnya galak banget, dikit-dikit ancem, anak hukum soalnya. Jadi kita cuma bantu ngehindarin dia dari amukan. Tante Luna sama Om Nathan doang yang berani,"

"Masalahnya kita nggak sempet ketemu Ikara," jawab Ela. "Papahnya lebih serem dari yang Om bayangin."

"Om belum ngebayangin," gumam Ical.

"Ck. Intinya susah, Om."

"Terus kalo dia kenapa-napa?" tanya Ical. "Kekerasan nggak boleh, mau itu orang tuanya. Harus dilaporin. Anak semuda dia udah dikerasin kayak gitu,"

"Terus kita harus gimana?" tanya Ela. "Kasian Om sumpah...."

"Rumahnya di mana sih?" tanya Ical.

"Jangan dulu," saran Willy. "Takutnya Ikara yang kena imbasnya. Tanya Leo dulu aja, pasti dia udah nemuiin Ikara."





💞💞💞💞💞💞





Tok Tok Tok!




"Le, bukaiin dong."

Leo perlahan terbangun dari tidurnya, ia menyipitkan matanya sesaat, lalu beranjak dari kasur dan membuka pintu. "Mamah kenapa ke atas?"

"Nih baju kamu, langsung dimasukin lemari ya."

Leo mengucek matanya. "Panggil aja kan Leo bisa ke bawah,"

"Biasanya gimana sih?" Dilla masuk dan meletakkan pakaian Leo. "Mamah baru pulang dari Jogja sama Papah, Ela masih nginep di rumah Om Ical? Kamu jemput nanti."

Leo masih diam menatap mamahnya. Mamah tidak tau jika Leo tau dan mereka tidak bertemu di rumah sakit. Ternyata selama ini mereka di rumah sakit, tapi mengatakan sedang di luar kota. Dan Leo tidak curiga sama sekali.

"Leo aja," Ia menahan tangan Dilla untuk berhenti memasukkan pakaiannya.

"Badan kamu panas banget?" Dilla mencekal tangan Leo. "Sakit?"

"Enggak,"

"Iya panas banget loh,"

"Biasa abis tidur siang."

"Beneran nggak papa?"

"Hm," Leo mengangguk.

"Btw selamat buat ranking 1 nya," Dilla tersenyum sambil mengusap kepala putranya. "Bangga banget Mamah sama kamu. You did your best."

Leo malah menunduk. Dan ingat langsung jika membahas soal ranking.

Salah satu sifat buruk Leo. Jika sedang dalam masalah, dia menghindari semua orang.

Dan Leo tau harusnya ia menemui cewek itu, karena mungkin sekarang Ikara sangat terpuruk setelah kejadian ranking. Tapi Leo malah diam di kamarnya tidak mengabari cewek itu atau menemuiinya. Leo tidak bisa berhenti memikirkan soal mamah.

"Baik-baik aja kan, Le?" tanya Dilla.

Leo mengangkat bahunya. "Baik, Mah."

"Denger, keluarga harus sharing, kalo ada apa-apa diceritaiin. Oke?"

Leo memandang wajah mamahnya, yang kalau diperhatikan ternyata lebih pucat dari sebelumnya. Mamah juga lebih kurus. "Mamah juga."

Garis wajah Dilla menurun, ia kemudian tersenyum. "Pasti dong. Turun ya Mamah bawaiin cheesecake dari Jogja, makan sama Papahmu."

Leo mengangguk dan memandang kepergian sang mamah. Ia kemudian menutup pintu kamar, lalu duduk di lantai dan menekuk dua lututnya. Menelungkupkan kepalanya di sana dengan perasaan kalut.



Leo benci perasaan ini harus terulang.



Dia akan sangat mengacau nantinya.





Bersambung....

siap siap yh..

Continue Reading

You'll Also Like

9M 954K 65
[SUDAH TERBIT] Tersedia di Gramedia dan TBO + part lengkap Apakah kalian pernah menemukan seorang pemuda laki-laki yang rela membakar jari-jari tanga...
1.5M 108K 46
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3M 214K 37
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
841K 11.9K 25
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+