My Frenemy ( AS 10 )

By Salwaliya

3M 284K 120K

Ikara sama Leo kalo disatuiin? Kacau balau. Ikara tau banget Leo nggak suka sama dia karena kerap dijadikan b... More

Cast AS 10
Prolog
1. πŸ₯‡πŸ₯ˆπŸ₯‰
2. ⛳️ πŸ“ΈπŸ“²
3. 🀳
4. 🚬
5. πŸ“š
6. πŸ‘©πŸΌβ€β€οΈβ€πŸ’‹β€πŸ‘¨πŸΌ ?
7. πŸ‘šπŸ€¦πŸ»β€β™€οΈ
8.
9. πŸ“˜πŸ“•
10
11. πŸ₯ŸπŸ“²
12. πŸ«—
13. 😑
14. πŸ“–
15.
16.πŸ“₯
17. πŸŠπŸ»β€β™€οΈπŸšŒ
18. πŸ“πŸ“Έ
19. ♨️
20. πŸš‘
21
22. ❀️‍πŸ”₯
23.
24. πŸ›€
25.
26. 🚲
27.
28
29
30.
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44 ( kebalik $
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72. END

45

17.5K 3.6K 1.3K
By Salwaliya


guys, kemaren banyak yg kebalik baca sadar? makanya ada yg heran kenapa leo minta tolong nathan gmn cara cewek confess duluan, kenapa audra bisa join, kenapa leo sama ikara saling baperin wkwkwk





45.








Tok Tok Tok!


Ikara dan Leo masih saling menatap setelah Ela memberi kabar barusan. Namun saat cowok itu berdiri, ia langsung berbalik mendatangi Dokter yang mengetuk pintu kamarnya. Ikara pun menutup jendela membuat yang lain terdiam.

"La, lo nggak lagi bercanda kan?" tanya Abel langsung berdiri. "Mana ada anjir, liat coba??"

Leo masih berdiri menatap balkon kamar Ikara. "Sial, siapa sih anjing kurang kerjaan banget."

"Beneran?" tanya Willy.

"Mungkin emang dia," celetuk Audra.

"Nggak mungkin lah," balas Ela.

"Canda," sahut Audra lagi.

Leo hanya diam, ia menarik lengan kaosnya sambil menusuk pipinya dengan lidah. "Pada keluar," suruhnya.

"Lo jelasin dulu lah ke Ikara," saran Ela. "Orang kok pada jahat banget ya?"

"Dah dah keluar aja, biar urusan orang dewasa." Abel bangun dan merangkul mereka semua. "Bubar bubar!"

"Mau kentang?" Willy menawari Leo membuat Abel menarik lengannya.

"Pelan-pelan," Audra berdecak pada Abel.

"Lo pada balik ya abis ini," Ela menunjuk mereka lalu menatap Audra. "Terutama elo."

Audra hanya memutar bola matanya, ia mengeluarkan lolipop lain dan memberikannya pada Willy. "Pasti Pak Abri yang disuap,"

"Kok tau?" tanya Ela.

"Bentar, jadi Pak Abri disuap bokapnya Ikara buat batalin olim kelompok karena dia cuma mau anaknya ikut olim yang pemenangnya dia doang?" tanya Abel.

"Kenapa nggak dia aja yang sekolah?" tanya Audra.

"Udah tua," sahut Willy.

"Kasian deh anaknya yang dioper sana sini, sekarang nggak bakal ada yang kepikiran nyalahin Bokapnya," gumam Ela.

"Leo kenapa yang disalahin dah?"

"Dia yang tau pertama," ucap Ela.

"Sekarang kita tau siapa prioritasnya," balas Abel.

"Kasian nggak dianggep," ledek Audra membuat mereka melirik sinis. Willy hanya mendengus geli.






💞💞💞💞💞💞💞







@lambealega_ ak spill bleh yh, greget di spam mulu sama alegars nih siapa yg lapor huhu. sebenernya melanggar aturan lambe alega but demi keadilan para murid, mimin siap bocor info. ^^

btw makasih infonya kak @crishtianleo_

Ikara memandang lama postingan baru dari lambe alega yang sejak kemarin aktif sekali membahas Ikara. Sekarang mereka mengunggah gambar tangkapan layar percakapan admin dengan akun Instagram Leo melaporkan bahwa guru disuap.

"Bohong lagi?"

Ikara menoleh kepada dokter pribadinya. "Jangan bilang Papah, Dok."

Dokter Ibra terkekeh. "Yang penting beneran jaga kesehatan, saya lebih sedih kalo pasien beneran sakit."

"Iya, Dok."

"Gimana sekolah Ikara?"

Ikara menunduk sambil mematikan hpnya. "Lumayan banyak rintangan."

"Saya temen Papah kamu, dulu waktu kamu masih kecil sering dibawa ke pertemuan bisnis. Papah kamu kenalin ke semua orang biar mereka tau kalo kamu bakal jadi sesukses mereka,"

Ikara tersenyum kecil. "Iya, Dok."

"Jangan terlalu keras sama diri sendiri ya,"

"Iya, Dok."

"Yaudah saya pamit," Dokter Ibra berdiri membuat Ikara ikut berdiri. "Saya harusnya mampir ke rumah sebelah juga karena ada pasien."

"Dia kayaknya juga sandiwara," Ikara terkekeh geli.

"Sandiwara?"

"Temen sekolah saya, Dok."

"Bukan, pasien rutin saya kok."

Ikara diam sesaat, mungkin rumah sebelah satunya. "Makasih, Dok."

"Saya pamit kalo gitu, sehat-sehat Ikara."

Ikara mengantarkan dokter Ibra sampai luar, ia kemudian masuk ke dalam lagi. Ia mematikan lampu kamar, menyalakan lilin aromaterapi, mendengarkan musik, menarik selimut dan berbaring di atas kasur.




Menangis sendirian lagi sampai tertidur.



Tok Tok Tok!

Leo mengetuk pelan pintu jendela, ia menempelkan dahinya di kaca sambil memain-mainkan handle pintu. "Ara, bukaiin sekali lagi, tolong."

Ikara berhenti menangis dan menoleh. "Kenapa sih manggilnya gitu," gumamnya pelan.

"Banyak yang pengen gue jelasin sama lo, Ra."

Tok Tok Tok!

"Gue berani sumpah demi apapun, gue nggak ngedm akun sialan itu."

Ikara mengusap air matanya dan duduk.

"Jangan lama-lama sedihnya, nanti sakit. Mereka yang jahat jadi lo nggak berhak nanggung semuanya sendiri. Kita bisa main sepedaan bareng, atau ke ayunan, atau ke sungai yang waktu itu lo temuiin deket hutan. Tapi sama gue, sama Leo, Ra."

Ikara menunduk dengan mata berkaca-kaca. Masih dan selalu Leo yang melakukan hal seperti ini tiap dia merasa sedih.

Ikara seperti melihat Leo kecilnya dulu.


"Ra, bukaiin, capek berdiri."

Ikara langsung tersenyum sambil menangis, ia kemudian beranjak dan membuka jendela. Belum sempat bicara Leo sudah dulu menubruk tubuhnya dan memeluk Ikara sangat erat.

"Le?"

"Jangan marah sama gue," ucap Leo sungguh-sungguh.

Ya, Leo lelah membohongi dirinya. Dia khawatir, jika Ikara tidak baik-baik saja. Dia yang menggila padahal ini bukan masalahnya. Leo padahal paling tidak suka ikut campur dan merepotkan dirinya sendiri.

"Nggak marah ih."

"Bukan gue sumpah."

"Iya tau,"

Leo tertegun sesaat, kemudian melepas pelukan mereka. "Udah tau?"

"Ketikan lo nggak kayak gitu, fotonya diedit." ucap Ikara sambil mengusap air matanya.

"Terus kenapa nangis?"

"Ya capek lah."

"Bukan karena gue?"

Ikara memicingkan mata. "Lo berharap gue nangis karena sedih lo udah nyebar infonya?"

Leo menggaruk alisnya sesaat. "Bukan?"

Ikara berdecih. "Kalo emang bener elo paling gue cuma blokir lo dari kehidupan gue, ngapain nangis segala?"

Leo sontak mendengus. "Nyesel gue ngomong panjang,"

Ikara mengulum bibir menahan tawa. "Jadi gimana? Nyerah? Ayo confess duluan nggak papa, gue siap jadi pemenang."

"Mimpi," Leo mendorong dahi Ikara. "Lo tadi mau nyerah kan?"

"Nggak lah ngapain?"

"Dih,"

"Apa?"

Leo menarik ujung rambut Ikara membuat cewek itu mengumpat. Tapi dalam hati yang paling dalam ia merasa lega. Bahkan sempat berfikir Ikara akan langsung percaya dan tidak mau menemuinya jadi Leo menjadi takut. Tapi ternyata cewek itu mau percaya dan mengerti tanpa ia jelaskan.

"Thanks." ucap Leo tiba-tiba.

"Kenapa?"

"Percaya."

"Lo akhir-akhir ini enteng banget ngomong maaf, tolong, makasih? Belajar sama siapa? Hm?"

Leo mengangkat bahu sambil menahan senyum. "Nggak tau,"

"Ih merah pipinya ih," Ikara tertawa geli sendiri.

"Nggak ngakkkk," Leo mendorong wajah Ikara sambil menutupi setengah wajahnya.


Sial, jadi ini rasanya tersipu.


"Ra,"

"Apa?"

"Ayo dihadepin masalahnya, diselesaiin, jadi bebannya nggak numpuk. Nggak papa misal ada resiko, bisa sharing jadi nggak dirasaiin sendiri. Pasrah sama keadaan bukan solusi." ucap Leo menenangkan perasaan Ikara saat itu juga.







💞💞💞💞💞



Mading udah nggak kayak dulu, karena sekarang teknologi berkembang pesat. Ruang mading sudah kosong, mereka bekerja di sosial media. Makanya banyak murid yang nggak tau siapa admin admin di balik akun Lambe Alega.

Jadi kalau datang ke ruang mading, pasti kosong. Nggak tau mereka kumpul di mana buat bahas atau sebar info.

"Temen kelas gue kalo nggak salah anak mading juga, dia pernah bahas, cuman sekarang nggak pernah denber di bahas gituain sih."

"Siapa?" tanya Abel. "Buru lah gaskeun jangan basa-basi."

Semua orang menatap Abel heran.

"Ya ini mau ngomong anj," decak Ela sebal.

Ikara, Leo, Abel, Willy, Ela dan Audra berada di outlet dessert Hailee untuk berkumpul. Tempatnya memang ada di dalam sekolah. Itu toko dessert milik orang tua Leo dan Willy.

"Siapa namanya cepet," decak Leo.

"Syakina, cuman dia pindah kelas pas semester awal jadi kita nggak pernah ketemu," jawab Ela. "Dia tuh kayaknya pernah cerita deh serius."

"Cari di web Alega aja," Ikara membuka macbooknya lalu mengetikan nama yang disebut. "Sakina?"

"Pake Y beb,"

"Syakina?"

"Iya,"

Leo menarik kursinya mendekat untuk ikut melihat. Menoleh saat Abel dan Willy ikut-ikutan membuat bahunya terdorong dan menyenggol Ikara. "Lo pada minggir anj,"

Abel dan Ela bersamaan kembali ke kursinya dengan wajah takut. Audra yang sedang memakai blush on hanya memutar bola matanya.

"Ada tiga nih, yang mana, La?" tanya Ikara.

Leo mengangkat macbooknya dan menunjukan tepat di depan wajah Ela. "Yang mana?"

"Ya nggak sedeket itu ege," Ela menjauhkan wajahnya.

"Cepet liat,"

"Si Leo brutal bener," Abel tertawa.

"Nih ini nih yang tengah, dapet!"

Leo mengambil lagi macbooknya. "Syakina Tafiars, kelas 10 IPS 5."

"Lantai 3," celetuk Audra.

"Cek dia ada jadwal apa hari ini," suruh Ikara.

Abel masih menganga. "Gue baru tau kita bisa ngecek gituan di web Alega," gumamnya.

"Bukan ranahnya orang bego," sindir Audra.

"Kali ini gue setuju," Ela mengangguk membuat Abel mengumpat.

"Jam 7 sampe jam 9 dia ada pelajaran Geo, ini jam berapa?" tanya Leo.

"8 lebih 23," jawab Ela.

"Bentar lagi dia keluar kelas, samperin." Leo menutup macbooknya.

"Oke GAS!" Ela berdiri dengan semangat diikuti Abel. Tak lama kemudian Willy datang sambil membawa mangkuk bakso.

"Gue nggak mau ikut," Audra berdiri.

"Siapa dih yang ngajak? cibir Ela. "Ayo Bel, ayo Bang Will!"

"Nggak ada yang ikut," ucap Leo. "Balik kelas sana."

"Ikut juga nggak papa sih," Ikara jadi bingung.

"AAHHHH ELAH," Abel dan Ela memprotes.

"Gue yang bisa nanya-nanyaiin orang anjir," paksa Abel. "Siapa tadi? Temen Ela kan?"

"Iya kan dia dulu temen sekelas gue,"

Willy memilih duduk untuk menikmati baksonya. Padahal toko di depan punya bapaknya sendiri. "Jangan Leo yang nanya," ucap Willy. "Nanti takut orangnya."

"Setuju," ucap Audra.

"Diem lo pada," decak Leo.

"Tapi ada benernya sih, kebayang lo nanti bukan nanya tapi begal anak orang." ucap Abel. "Mending gue sama Ela."

"Cuma nanya doang kan? Gampang," jawab Ela.

Ikara menghela napas berat. "Yaudah ikut semua aja,"

"YESSSSS!" Ela menarik tangan Willy agar berhenti makan. "Ayo kita selidiki kasus, lo pengen jadi jaksa kan, Bang???"

"Gas gas gas," Abel memutar badan Audra dan mendorongnya agar jalan.

"Gue nggak mau ikut dihhhh."

"Nanti dibeliin Willy lopipop,"

"Ogah,"

"Rokok udah nggak produksi Dra, stop kecanduan."

Leo memandang mereka berempat dengan helaan napas berat. "Bocah semua," decaknya sambil menggelengkan kepala. Kenapa dia jadi kayak ngasuh mereka gini.

"Ayo," ajak Ikara sambil terkekeh.

"Nggak papa lo?"

"Kenapa emang? Gue seneng banyak yang bantu,"

Leo menghela napas berat. "Biar mereka yang nemuiin temen Ela, lo katanya mau ketemu anak olim."

"Iya," Ikara mengangguk. "Gue udah minta di grub buat ketemuan."

Leo menoleh menatap Ikara yang tampaknya tenang-tenang aja. "Nggak papa?"

"Kata lo harus dihadepin?"

"Pelan-pelan aja,"

"Yaudah ayo."





💞💞💞💞💞💞💞



Ela : WOI

Ela : syakina udah keluar lama dari mading

Ela : karena katanya toxic

Leo : trs

Abel : dia dulu di mading jg gapunya temen jadi gatau siapa"

Leo : sama sekali?

Willy : tau

Willy : tapi ga kenal

Leo : siapa

Ela : anak kelas 11 IPS 1

Ela : lupa namanya hehe

Abel : la kata gue jangan bikin leo esmosi

Abel : gue tau orangnya

Abel : siska anak dance

Ela : kenapa tadi gabilang anj

Abel : biar gue berjasa dikit lah HEHE

Leo : trs

Abel : nanti samperin aja

Ela : gue gaikut

Abel : lahh

Ela : males ketemu anak dance

Ela : lo aja sama willy

Leo : gue aja

Abel : skrg kalian dimana?



Leo memasukkan hpnya saat ia melihat anak-anak olim datang menghampiri mereka setelah membuat janji. Leo hanya berdiri dari jauh karena Ikara melarangnya ikut, katanya dia bisa bikin mereka takut buat jujur.

Suasana hening.

Ikara duduk sambil menundukan kepala, ia beranikan mendongak dan menatap mereka meski perasaannya sangat gugup. "Maaf ganggu kalian buat minta dateng,"

Bobi menunduk tak mau bicara, ia menoleh pada Sakura dan Talia yang sama-sama diam.

"Pasti kalian tau soal olim, btw bener yang diberitaiin kalo papah gue suap guru biar olimnya dibatalin."

"Ck," Bobi berdiri dengan wajah kesal tapi Sakura menahan tangannya. "Udah dibilangin juga, ngapain ke sini anjir."

"Duduk dulu, Bob." tegur Talia.

"Maaf banget maaf sebanyak-banyaknya karena udah ngerugiin kalian buat urusan pribadi gue," Ikara menunduk sambil menautkan kedua tangannya yang bergetar.

"Lo yang minta Papah lo buat suap?" tanya Talia.

"Enggak, gue juga baru tau pas kita berangkat olim waktu itu."

"Kenapa nggak jujur?" tanya Sakura. "Kenapa malah langsung pulang dan nyembunyiin selama ini?"

"Maaf," Ikara menunduk dalam.

"Gue bukan orang kayak kaya lo Kak," Bobi terkekeh. "Biaya olim udah gue tabung karena orang tua gue ngelarang buat ikut olim berbayar, dan sekarang gue nggak pernah jajan di sekolah karena nggak ada uang. Seenggaknya waktu ikut lomba gue ada harapan bakal menang dan dapet duit;"

Sakura mengusap bahu Bobi. "Lo salah Ra kalo milih buat diem aja dirumorin kayak gini, lo nggak ada pergerakan."

"Maaf...."

"Kalo emang tau dilarang kenapa harus maksaiin ikut, Kak? Lo udah tau dari awal bakal beresiko kan?" tanya Bobi.

"Maaf gue yang ceroboh, gue bakal ganti semua uang olimpiade yang kalian bayar. Mungkin belum cukup karena yang kalian harepin lombanya, tapi gue berusaha buat tanggung jawab."

"Nggak usah lah jadi nggak enak gue," decak Talia. "Ayo guys, Papah dia yang salah, dianya juga nggak tau."

"Nggak papa, Kak."

"Pasti berat jadi lo," Talia mengusap bahu Ikara prihatin. "Keliatan dari lo yang konsisten ranking 1 pasti ngejalaninannya nggak gampang."

"Nggak papa," Ikara tersenyum tapi nadanya seperti menahan tangis.

Sakura menghela napas berat. "Jujur gue kecewa tapi bener ini bukan murni kesalahan dia, tapi gimana ya... bingung gue,"

"Kemarahan kalian wajar sumpah," Ikara menggeleng. "Please jangan larang gue buat balikin uangnya karena ini satu-satu cara buat lega."

Bobi menghela napas berat. "Papah lo kenapa gitu ya, bingung gue sekarang, masa ada yang sampe segitunya?"

Ikara mengeluarkan amplop dari tas lalu memberikan kepada mereka. "Please tolong, gue nggak bermaksud apa-apa selain tanggung jawab karena ini tetep kesalahan gue."

"Nggak semuanya selesai pake uang Ra, tapi gue salut lo mau tanggung jawab sama minta maaf," ucap Talia. "Mungkin next time lebih hati-hati aja kalo tau bakal beresiko."

Ikara berdiri sambil mengangguk. "Makasih,"

"Semoga nggak ada korban lain lagi, karena lo baik sama kita jadi gue nggak bisa benci," ucap Sakura. "Semangat, Ra."

"Gue juga minta maaf," Leo tiba-tiba datang. "Gue yang larang Ikara buat jujur."

"Kata mereka lo yang sebar, Bang?" tanya Bobi.

"Bukan dia kok," sahut Ikara.

"Lo cepet-cepet jelasin aja karena yang di Lambe Alega beritanya agak nyeleneh," saran Talia. Ia menepuk bahu Ikara dan pergi dari sana disusul yang lain.

Ikara masih menunduk sampai mereka pergi, ia kemudian menghembuskan napas lega. Salah satu masalah sudah selesai dan bebannya berkurang.


Ting!

Ting!

Leo menunduk membuka hpnya. "Ayo,"

Ikara menoleh. "Kemana?"

"Mereka udah ketemu salah satu anak mading yang masih aktif."




💞💞💞💞💞💞💞


"Apenih gue diserbu?"

Siska duduk di kursi mengangkat satu kakinya sambil merokok. Memandang heran beberapa orang yang mendatanginya di warung saat pulang sekolah.

"Kita mau nanya," Abel memasang wajah seriusnya membuat Ela, Willy dan Audra menoleh prihatin.

"Nggak pantes Bel," Ela menariknya agar mundur. "Muka lo kayak nagih utang tapi yang ditagih lebih galak."

"Lah belum kelar ngomong anjir," decak Abel.

Audra berdecak. "Lama deh lo admin lambe alega kan siapa yang nyebar? Jawab sekarang kalo nggak gue maling semua rokok lo yang murah ini."

"Bilang apa lo?" Siska mulai tersinggung. "Sialan—"

"Duduk kalian," Willy menyuruh mereka berdua mundur dan mereka langsung menurutinya.

"Temen lo sialan semua ya," Siska menunjuk mereka. "Dateng-dateng main ngancem aja."

"Kita cuma nanya kok," sahut Ela. "Nih cewek emang rese nggak usah didengerin."

"Dih," cibir Audra.

"Maaf kalo tersinggung tapi asep rokoknya ganggu bikin idung sakit," ucap Willy.

Siska langsung mengerjap dan meletakkan rokoknya. "Rese dah lu pada,"

"Kita cuma mau nanya soal admin alega, bisa?"

"Gini nih nanya lembut," Siska menunjuk Willy. "Pada nggak punya skill komunikasi lu."

"Sialan lo," Audra berdiri tapi Abel dan Ela menarik tangannya agar duduk. "Apasih ih???"

"Ssssst."

"Lo masih masuk mading kan?"

"Hm napa?"

"Siapa adminnya?"

"Menurut lu gua mau ngasih tau?" Siska tertawa heran. "Nggak seru lah kalo pada tau."

"Tapi akun lo sebar hoax,"

"Nggak ada ya sejarahnya kita ngarang info," protes Siska. "Kesel gue mading dipandang begitu mulu."

"Tapi kalian fitnah Leo," sahut Ela.

Siska diam sesaat. "Mana tau anjir, gue cuma bagian post post doang."

"Ada admin lain???" tanya Abel.

"Cari tau sendiri lah," Siska memutar bola matanya. "Kalian pada temen si cewek suap itu, ya? Pantes datengnya rombongan. Nggak ngaruh kali,"

"Tahan emosi tarik napas," Abel meraih bahu Ela dan menarik napasnya.

"Buang." pinta Ela membuat mereka melakukannya bersamaan.

Audra di samping mereka melirik aneh. "Freak."

Ada moge hitam yang baru saja datang membuat mereka menoleh. Leo melepas helmnya dan menoleh sambil mengulurkan tangan untuk menjadi pegangan Ikara saat turun.

"Nah itu Leo,"

"Leo?" beo Siska menurunkan kakinya dan turun dari meja. Dia mengambil minuman di samping dan memerika napasnya sebelum menghadap Leo.

"Mana orangnya?" tanya Leo masuk ke dalam.

"Hai," Siska menyelipkan helaian rambutnya sambil tersenyum tipis. "Tadi mereka dateng buat tanya tapi aku nggak paham maksudnya apa."

Mereka bereempat saling melirik heran.

"Lo admin Lambe?"

"Bener," Siska mengangguk cepat. "Mau nanya apa??"

"Anjir...." Ela menganga tak habis fikir. Melirik Audra yang diam-diam mengantungi rokok dari meja.

"Kita butuu info yang..." Ikara menunduk melihat tangan Siska merambat untuk meraih lengan Leo membuat alisnya terangkat.

"Aku mau jawab tapi kita ngomong empat mata,"

"Kenapa nggak di sini aja?" tanya Ikara sambil tersenyum tipis.

"Yaudah nggak mau," Siska mencebikkan bibirnya.

"Turutin aja dari pada lama," bisik Abel pada Leo.

"Ngomong di mana?" tanya Leo membiarkan Siska merangkulnya.

"Ke atas," Siska tersenyum cengengesan. Melirik sinis para cewek kemudian menarik Leo naik.

Ikara memandang mereka sambil mengusap tengkuknya. Tak tahan melihat ke atas dan heran kenapa keduanya harus bicara sedekat itu dan Leo diam saja meladeni.

"Duduk dulu beb," Ela meraih tangannya.

"Nggak papa kok."

"Duduk dulu Ra," celetuk Abel.

"Nggak papa," Ikara mengangguk.

"Duduk dulu," Willy ikut-ikutan membuat Abel dan Ela menutup mulutnya. Akhirnya Ikara mau duduk dengan hentakan keras membuat suasana hening.

"Cemburu?" ceplos Audra membuat mereka bertiga gantian menutup mulutnya agar diam.

Ikara menghela napas berat, ia kemudian mendongak menatap Leo yang baru saja turun. "Gimana?"

"Tanya dia lah," Siska mengusap bahu Leo. "Tepatin janji kamu ya besok malem, nomer udah aku save."

"Oke," Leo mengangguk.

"Abang lo ngeri mainnya," bisik Abel pada Ela.

Ikara mengulum bibirnya berusaha menguasa diri. Ia melipat kedua tangannya di depan dada. "Dapet apa?"

Leo memberikan hpnya. "Ini akun yang ngedm adminnya, lo tenang dulu."





Ikara menautkan alisnya, ia menunduk melihat layar hp dan ekspresinya langsung berubah drastis.



Bersambung....

ini konflik paling rendah levelnya hahahaa.

double tuh.

Continue Reading

You'll Also Like

549K 42.2K 29
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
623K 24.5K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
3.4M 174K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
296K 13.6K 18
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓡𝓲𝓼π“ͺ𝓷�...