My Frenemy ( AS 10 )

By Salwaliya

3M 284K 120K

Ikara sama Leo kalo disatuiin? Kacau balau. Ikara tau banget Leo nggak suka sama dia karena kerap dijadikan b... More

Cast AS 10
Prolog
1. πŸ₯‡πŸ₯ˆπŸ₯‰
2. ⛳️ πŸ“ΈπŸ“²
3. 🀳
4. 🚬
5. πŸ“š
6. πŸ‘©πŸΌβ€β€οΈβ€πŸ’‹β€πŸ‘¨πŸΌ ?
7. πŸ‘šπŸ€¦πŸ»β€β™€οΈ
8.
9. πŸ“˜πŸ“•
10
11. πŸ₯ŸπŸ“²
12. πŸ«—
13. 😑
14. πŸ“–
15.
16.πŸ“₯
17. πŸŠπŸ»β€β™€οΈπŸšŒ
18. πŸ“πŸ“Έ
19. ♨️
20. πŸš‘
21
22. ❀️‍πŸ”₯
23.
24. πŸ›€
25.
26. 🚲
28
29
30.
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44 ( kebalik $
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72. END

27.

18.6K 3.8K 1.4K
By Salwaliya

dah siap konflik lom




27.


"Vape sama rokoknya dulu," Audra mengadahkan tangannya.

"Info dulu," decak Leo.

Audra memutar bola matanya malas. "Gue udah ketemu sama Naren, bukan dia yang ngusulin buat nyerang lo waktu itu."

"Terus?"

"Naren ikut-ikut doang karena dari awal dia nggak suka sama lo, jadi dia join buat ngeroyok."

"Lo bisa nggak to the point yang nyuruh siapa?"

"Gue lupa namanya, Farhan? Fahrul?"

Leo seketika mendengus kasar. "Fai,"

"Nah," Audra mengangguk. "Dia yang ngajakin duluan."

"Terus?"

"Mereka mungkin bakal rese lagi, lo ati-ati aja karena mereka bakal mancing lo dulu biar dapet kesempatan buat nyerang. Karena mereka pikir abis kejadian kemarin lo bakal nyerah balik,"

Leo menaikkan alisnya. "Gue—"


"Kalian ngapain?"


Leo dan Audra menoleh, mereka yang posisinya di bawah tangga melihat sosok Willy turun sendirian dari lantai atas.

Audra pun merampas barang di tangan Leo. "Urusan kita selesai,"

"Gue belum selesai,"

"Cukup segitu aja, bayaran lo cuma barang murahan gini."

Leo mengernyit. "Itu sejuta ke atas tai,"

"Iya murah," balas Audra. Kebetulan saling bertemu tatap dengan Willy yang sejak tadi menatapnya. "Apa?"

Willy hanya diam saja. "Abis ini masuk kelas,"

"Mau kemana lo?"

"Beli minum," Willy menatap kepergian Audra. Ia kemudian menghampiri Leo. "Ngapain kalian?" tanyanya.

Mereka berdua berjalan bersama di koridor. "Dia tau info soal Fai sama temen-temennya,"

"Kenapa dia tau?"

"Kenalan cowok dia banyak,"

"Sejak kapan lo minta tolong ke Audra?"

"Sejak dia bisa ngasih info,"

"Terus apa infonya?"

"Bener dugaan gue, Fai yang ngajakin ngeroyok. Kayaknya Naren bakal nyerang gue lagi," jawab Leo sambil mengacak rambutnya. "Anjing."

"Kenapa dia mau bantu ngasih info?"

Leo menoleh sambil mengernyit. "Kenapa jadi nanyaiin dia mulu?"

"Tinggal jawab,"

"Dih?"

Willy mengerjap. "Cuma nanya..."

"Dia minta dibayar pake vape,"

"Lo mau ngasih?"

"Itu vape lama, nggak pernah gue pake karena nggak enak."

"Kenapa nggak beli sendiri?"

Leo berdecak. "Will, gue males jawab,"

"Pelan-pelan,"

Leo menatap Willy malas. Cuma sama Willy dia bisa sabar, coba Abel, udah Leo tendang pantatnya sampai terjembap. "Dia nggak bisa beli pake uang sendiri, bakal ketauan bokapnya," jawab Leo. "Makanya mau disuruh."

"Gimana awalnya kok bisa saling minta tolong?"

Leo mengacak rambutnya. "Lo kenapa sih?"

"Sabar jangan emosi,"

"Lo yang mancing anjing,"

"Gimana awalnya?"

Leo menghela napas lelah. "Dia anak club juga jadi sering liat Fai sama Naren, terus mancing ngasih info ke gue waktu upacara, tapi syaratnya minta beliin rokok pake uang gue."

"Dia kenapa bisa denger obrolan Naren—" Willy berancang-ancang menjauh saat Leo menatapnya nyalang.

"Udah gue bilang dia deket sama banyak cowok," decak Leo.

"Oh,"

"Lo nanya lagi gue lempar,"

"Kuat?"

"Bodo, Will."


💞💞💞💞💞💞





"Le, sama Haidar bentar nih," Dilla tiba-tiba membuka pintu kamar dan meletakkan bocah mungil itu di kasur membuat Leo yang sedang bermain hp menghela napas berat.

"Leo?" Haidar memiringkan kepalanya sambil tersenyum. Leo langsung pura-pura memejamkan matanya.


"Le, tolong mamahmu lah,"

"Mamah mau kemana?"

"Papah minta bawaiin flashdisk," Dilla melangkah keluar. "Dijagaiin ya, Le!"

"Hm,"

"Bye bye Haidar," Dilla melambaikan tangannya. Memicing saat Haidar lebih memilih sibuk menonton hp bersama Leo. "Haidar? Mamah mau pergi loh,"

Haidar menoleh sesaat. "Bye," katanya membuat Leo dan Dilla tertawa.

"Mamah duluan, Le."

"Leo? Tadi nonton apa Leo?"

Leo menautkan alis. "Kenapa panggil nama doang?" tanyanya.

"Leo nonton apa tadi?"

"Nonton horor,"

"Horor itu setan Leo?"

Leo berbaring sambil memejamkan matanya. "Hm,"

Haidar diam sesaat membuat Leo melirik penasaran. "Leo kakak yang kemarin udah nggak sama kesini lagi?"

"Siapa?" Leo membuka matanya.

"Haidar tonton coco melon sama kakak,"

Leo diam sesaat dan mulai paham siapa yang dimaksud. "Nggak tau,"

"Leo ketemu kakak yuk?"

"Kakak siapa sih?" Leo menghela napas berat. Menarik Haidar agar berbaring dan memeluknya secara paksa. Mengusap wajahnya agar memejamkan mata. "Bobo."

"Aaaaa Leo," Haidar berusaha bangun. "Sama kakak yuk Leo? Kita liat coco melon bersama kayak waktu itu aja yang aku nonton video sama kakaknya,"

"Nggak,"

"Leo," Haidar meraih hp di tangan Leo. "Ini,"

"Apa?"

"Sama kakaknya,"

"Dia nggak ada,"

"Ayo Leo?"

Leo menghembuskan napas berat. Kalian pikir Haidar mau berhenti jika menginginkan sesuatu? Sampai besok juga akan dikejar meski suaranya saat meminta menggemaskan.

"Leo? Sama kakak yuk,"

Leo mengambil hpnya jadi Haidar langsung berbaring di pelukannya dengan antusias. Leo memutuskan untuk mencari sebuah nomor dan menelfonnya.

"Sama kakakkk," Haidar bertepuk tangan semangat.

"Halo??"

"Nih," Leo menunjukkan layar hpnya yang menunjukkan wajah Abel dengan senyum lebar.

"HAI HAIDAR KEMBARAN! BUAH MANGGA BUAH MELON, KAMU KANGEN AKU YA?"

Haidar langsung menjauhkan hpnya. "Bukan kakak ini," katanya membuat Abel berekspresi masam.

Leo menggaruk alisnya. "Itu kakak juga,"

"Nggak Leo," Haidar menggeleng.

"Mau kakak siapa sih hah? Kakak tua?" tanya Abel. "Willy kali kan dia demennya sama Willy."

Leo langsung mematikan sambungan telfon dari Abel, tapi Haidar masih mengejarnya sampai ia masuk kamar mandi dan keluar lagi. "Nonton coco melon aja,"

"Haidar mau sama kakak,"

Leo menghela napas berat, meraup wajah mungil Haidar gemas sendiri. Ia kemudian mengambil hp dan mencari sebuah kontak, lalu memberikannya pada Haidar. "Ngomong sendiri,"

"Terimakasih Leo," Haidar tersenyum riang. Naik ke kasur dan membawa hp Leo yang masih mencoba menghubungi sebuah nomor.







"Halo?"




Muncul suara dari seberang sana membuat Leo menoleh karena tak menduga akan langsung diangkat. Haidar melirik Leo sesaat. "Cepet katanya mau ngomong," ucap Leo.

"Eh Haidar, ya?" Ikara langsung menyalakan kameranya membuat Haidar menunduk sambil tersenyum.

"Halo kakak,"

"Haiiii sayang, kaget loh aku dicall kamu," Ikara tertawa kecil.

Haidar tersenyum kecil, memberikan hpnya pada Leo tiba-tiba. "Gimana sih?" tanyanya heran sendiri. "Malah malu."

"Haidar lagi apa sayang?"

Leo menunduk menatap layar hpnya dan bertemu tatap dengan Ikara, ia menarik Haidar agar mendekat ke kamera. "Ditanyaiin,"

"Aku beli kinderjoy sama Mamah tadi malem terus dapet mainan robot yang ada naga terbangnya sama aku beli lego sama Papah,"

Ikara tertawa gemas. "Oh, ya? Haidar suka lego ya,"

"Suka," Haidar mengangguk. "Kakak main lego?"

"Mmm kalo aku sukanya barbie,"

"Haidar juga suka Too Too Boy,"

"Apa itu sayang?"

"Kartun," jawab Leo karena Haidar akan kesulitan menjelaskan.

"Ohhh,"

Haidar diam sesaat sambil menatap Leo. Anak itu sedang berusaha mengatakan sesuatu tapi malu-malu. Padahal tadi ngeyel banget minta ngomong sama kakak.

"Haidar tau nama aku nggak?" tanya Ikara.

Haidar menggeleng. "Kakak?"

"Panggil Kak Ikara ya,"

"Ikara," Haidar tersenyum lebar membuat Leo menautkan alis sambil mendengus. "Haidar, Ikara, Leo seperti coco melonnn."

Ikara sontak tertawa membuat Leo refleks menahan senyum. Cowok itu menyembunyikan kepalanya di bantal sambil memejamkan mata sementara mereka berdua sibuk mengobrol. Tak sadar ia perlahan mengantuk dan mulai tertidur. Sepertinya aman meninggalkan Haidar karena anak itu menjadi kalem saat bicara dengan Ikara.






20.45



Mata sayu Leo perlahan terbuka, cowok itu mengusap dahinya sambil melihat sekitar. Karena kasur kosong ia refleks bangun dan melihat sekitar, dan tidak ada Haidar di dalam.

"Haidar?" Leo beranjak dari kasur meski nyawanya belum terkumpul, langsung keluar kamar karena bahaya jika adiknya turun ke bawah.

Leo berlari kecil menuju kamar Ela, langsung membukanya tanpa ketuk. Membuat Ela yang sedang praktik dance terkejut.

"Anj kaget nyet,"

"Mana Haidar?"

"Lah? Mamah titipin ke elo kan?"

"Ck," Leo keluar tanpa menutup kamar membuat Ela menganga.

"SIALAN LO LE!"

Leo menuruni tangga, membuka pintu kamar mamah namun kosong. Mobil di luar juga sisa satu artinya mereka belum pulang. Leo kembali masuk dan naik ke atas.

Ia membungkuk untuk mencari-cari hpnya di kasur hingag beberapa saat kemudian ia mendengar suara orang tertawa dari luar.

Leo segera membuka jendala kamar, menoleh melihat Ikara dan Haidar sedang bermain di balkon membuat ia menghela napas lega. "Anjir...."

"Satuuuu, duaaaa, tiga! Larii!"

"Aaaaaaaa!"

Mereka berdua berlari kecil masuk ke kamar sambil tertawa heboh jadi Leo memutuskan untuk keluar, naik ke pagar dan menginjakkan kakinya di balkon rumah Ikara.

Bersamaan dengan itu Haidar dan Ikara berlari ke arahnya membuat Leo spontan membungkuk dan meraih Haidar ke gendongannya tinggi-tinggi membuat bocah itu tertawa puas.

Ikara berhenti berlari sambil tersenyum kecil. "Tadi lo tinggal tidur makanya gue jemput,"

"Mau turun mau turun," Haidar memaksa turun membuat Leo membungkuk dan melepasnya. "Ayo Ikara main lagi."

"Kamu nggak capek balapan terus? Ganti yang lain, yuk?"

Leo menatap mereka berdua sejenak, padahal Haidar termasuk anak yang tidak mudah akrab dengan orang baru.

"Kita pasang puzzle aja mau?"

"Mauuuu," Haidar menarik tangan Leo dan Ikara masuk ke dalam kamar. "Ikara punya banyak mainan Bang Leo, semuanya punya."

Leo menggaruk alisnya, berjinjit agar kakinya tidak menginjak mainan di lantai. Refleks menahan bahu Ikara saat nyaris menginjak mainan lain membuat cewek itu menoleh heran. "Salah mainan lo,"

Mengambil hpnya yang tergeletak di kasur.


Dilla : mamah kayaknya telat le

Dilla : buatin susu udah ada urutannya di kamar mamah, tidurin di kamar mamah sambil tontonin coco melon

Dilla : mamah pulang jam sebelas




Leo menghela napas berat, menjatuhkan tubuhnya di kasur membuat Ikara menoleh. Cowok itu memejamkan matanya dengan posisi terlentang, sesaat kemudian menoleh membuat Ikara tertangkap basah memperhatikkan.

Sekarang Leo yang terus menatapnya.

"Ini bener Ikara?"

"Hm?" Ikara menunduk. "Liat deh nggak pas, coba cari yang lain."

"Oke,"


Ikara menunduk saat hpnya berdering.






Ali : Besok ada turnamen futsal mau nonton ikara?

Ikara : kak ali main bola?

Ali : enggak

Ali : Temen gue yg lomba

Ikara : ohhh

Ali : Nonton sama gue ya?

Ali : Please hehe


Ikara melirik Leo yang baru saja turun membantu Haidar memasang puzzle. Di grub semalam mereka membicarakan soal ini dan Ela mengajaknya untuk menonton karena Leo akan main dan Abel menjadi cadangan juga.


Ikara : udah janjian sama temen huhu

Ali : Bisa ketemu di sana kan?

Ali : Berangkatnya brg gue

Ikara : gaenak sm yang lain kak hehe

Ali : Yaudah

Ali : Lo berangkat dari mana?

Ikara : sekolah maybe

Ali : Oke join yaaa



Ikara mengerjap sesaat. Sebenernya dia udah nggak kaget ngadepin orang kayak gini, Berlina juga punya kebiasaan yang sama. Masalahnya Ikara yang nggak enak mau ngelarang.


"Le,"

Leo melirik sekilas.

"Besok lo berangkat lomba jam berapa?"

"Nggak tau,"

"Ela sama yang lain bareng lo atau misah berangkatnya?"

"Bareng,"

"Ada yang gabung boleh?"

"Nggak,"

Ikara lupa lagi ngomong sama siapa.


Leo menoleh pada Ikara karena cewek itu tidak mengucapkan apapun lagi. "Lo kalo dilarang temen-temen lo mending nggak usah ikut,"

"Astaga kenapa jadi temen gue?"

"Siapa lagi yang rese kalo bukan mereka?"

Ikara menghela napas berat. "Sok tau lo,"

Leo mengangkat bahunya tak peduli.

Ikara menunduk sambil menggigit bawah bibirnya. Ikara maunya bareng Ela karena mereka janjian, tapi pasti kak Ali ingin gabung dan suasana akan sangat canggung. Tapi haruskah dia yang mengalah dan pergi bersama kak Ali saja?

Padahal harusnya yang benar Ikara menolak kak Ali agar tidak bergabung karena dia sudah punya janji berangkat dengan Ela.


Nolaknya gimana.....



💞💞💞💞💞💞💞





"Woi kalian!"

Tepat jam 3 sore mobil milik Leo sudah terparkir di luar sekolah, di dalam sudah ada Abel, Leo dan Willy. Menunggu Ikara dan Ela yang baru saja keluar dari gerbang karena mereka ingin jajan di kantin dulu.

Sampai sekarang Ikara juga belum bilang kalau kak Ali bakalan nyamperin dia ke sini sebentar lagi dan ingin bergabung.

"Ela,"

"Woi katanya anak kampus Brija pada dateng juga gila sekumpulan cogan," Ela berdecak tak sabar. "Kita nanti duduknya jangan yang terlalu depan tapi jangan yang terlalu belakang."

"La, dengerin dulu gue mau ngomong,"

Mereka sampai di depan mobil.

"Ngomong apa?" tanya Ela membuat Leo yang duduk di kursi supir menoleh.


"Ikara!"

Mereka menoleh ke belakang, mendapati sosok Ali muncul membuat Ikara menghela napas berat. Dia niatnya semalem pengen nolak tapi chatnya nggak dibales lagi nggak tau kenapa.

"Ow," Ela melirik mereka berdua. "Yang masukin lo di story kan?" bisiknya.

"Ssst,"

"Sorry semalem nggak bales chat lo," ucap Ali membuat Leo melirik.

"Woi kalian berdua masuk buruan woi," Abel membuka kaca mobil. Willy langsung mengambil jajanan di tangan Ela.

"Ihhh itu punya gue,"

"Itu siapa?" Abel bertanya pada Ela dengan bahasa isyarat.

Ali menoleh pada Leo. "Lo bareng mereka, ya?"

"Iya," Ikara mengangguk.

"Semalem tuh kuota gue abis Ra jadi sorry misal lo nunggu," Ali cengengesan. "Gue tadi kaget ada beberapa chat muncul."

Ikara mengerjap. Serius dia cuma ngechat dua kali buat jawab chat sebelumnya. Ini kenapa kesannya dia yang berharap?

"It's okay," Ikara menggaruk alisnya. "Itu kak jadi—"

"Kita berangkat bareng jadi kan?"

Ela menaikan alis. "Lo bareng dia?"

"Kita bareng," jawab Ali membuat mereka mengerjap.

"Kursinya nggak cukup," celetuk Leo.

"Heh," Ela langsung menegurnya.

"Leo anj," Abel di belakang berusaha agar tidak tertawa.

Ikara melirik kak Ali yang sudah bingung membuatnya sedikit merasa bersalah. Salahnya juga, Leo kemarin udah bilang nggak ada yang boleh gabung lagi.

"Gue ikut kak Ali aja nggak papa," ucap Ikara membuat Ali melebarkan matanya.

"Widih," gumam Abel.

"Yah," celetuk Willy.

"Ini kenapa gue nggak tau ya kalo ada sesuatu," Ela berdeham. "Nggak jadi bareng kita nih?"

"Gue ke parkiran dulu ambil motor," Ali tersenyum lebar dan pergi dari sana membuat Ikara mengangkat bahu tak ada pilihan.

"Yaudah kita duluan ya beb," Ela membuka pintu mobil. "Have fun say!"

"Dia orang arab Ra," ucap Abel.

"Tau kok," Ikara tersenyum tipis. "Jagaiin kursi kosong satu ya."

Leo melirik Ikara sambil mendengus. "Bego,"

Ikara menoleh tersinggung. "Lo ngatain gue?"

"Siapa lagi?"

"Kan mulai kan," ucap Abel.

"Apanya yang bego dari gue?" tanya Ikara.

"Kalo emang nggak mau bareng nggak usah bareng, nolak tinggal nolak, apa-apa diiyaiin," tukas Leo. "Suruh terjun bareng mau lo kali."

"Apa?" Ikara terkekeh tak habis fikir.

"Dah lah capek," Ela menggeleng heran.

"Kenapa lo nyimpulin kalo gue pengen nolak Kak Ali?" tanya Ikara padahal Leo memang benar tapi dia tidak suka diekspos terang-terangan.

"Selalem siapa yang nanya ke gue boleh gabung apa enggak?"

"Ya karena gue pengen dia gabung,"

"Terus kenapa nggak jadi?"

"Lo nggak liat ekspresi lo pas dia dateng gimana? Siapa yang semalem bilang nggak boleh ada yang gabung? Siapa yang tadi bilang kursinya penuh? Emang lo yang nggak berkenan dia gabung kan?"

"Lah emang, kenal enggak."

"Yaudah,"

"Yaudah,"

"Masalah lo apasih, Le?" Ikara bertanya heran.

"Gue nggak suka sama orang nggak enakan,"

"Gue bukan nggak enak mau nolak ya,"

"Munafik," Leo terkekeh.

"Kalian bisa stop berantem nggak serius??" tanya Ela.

"Nutupin anjir," Abel mendorong kepala Ela karena dia sedang merekam. Willy cuma nonton mereka dengan tenang sambil makan jajanan. "Ayo lanjut lanjut mau gue viralin kalian."

Ikara menatap lama Leo yang sedang menatap jalanan tanpa ekspresi.

"Mau lo apasih, Le?"

"Dia mau lo gabung sama kita," celetuk Willy.

"Dih enggak," jawab Leo langsung.

"Liat? Temen lo benci sama gue," ucap Ikara sambil melangkah pergi dari sana.

"Nah loh ngambek," ucap Abel. "Hayolo...."

"Lo tuh ihhh!" Ela memukul bahu Leo berkali-kali.

"Sakit anjirrr," Leo berusaha menghindar.

"Mulut lo bisa nggak sehari aja nggak pedes, Le?? Sumpah ya, ini Ikara anjir yang lo kataiin, gue mau ngomong sama dia aja hati-hati!"

"Lo kenapa dah Le tumbenan," ucap Abel. "Sebenci itu kah sama Ikara?"

"Au dah heran gue," gumam Ela.

"Kalian nggak ngerti," Willy menggeleng sambil mengunyah makanannya.

Leo mendengus sambil menyalakan mesin mobil. Memang kenyataannya begitu. Padahal tinggal nolak aja jadi nggak berkorban terus. Udah tau orang-orang sekitar dia setoxic apa.



💞💞💞💞💞💞




"Helmnya," Ali berlari kecil ke arah Ikara. "Gue pakeiin."

"Nggak perlu, Kak." Ikara terkekeh.

Ali menggaruk alisnya sesaat. "Sorry," katanya.

"Buat...?"

"Gue tau lo pengen nolak semalem,"

Ikara diam.

"Ra, gue serius nggak pernah deketin cewek dan nggak pernah nyoba seberani sekarrang. Jadi mungkin gue buat banyak kesalahan," Ali mengangkat bahu. "I tried my best."

Ikara mengulum bibir. "Gue berusaha buat nggak kaget tiap lo ngomong sesuatu,"

Ali tertawa. "Terlalu frontal, ya?"

"Hm," Ikara mengangguk.

"Gue tau lo nggak pengen bareng sama gue, tau juga mereka nggak mau gue gabung."

"Nggak kok, mau orang lain pun respon Leo bakal gitu."

"Bukan salah lo kok Ra jadi orang nggak enakan, artinya lo baik, berusaha buat nggak nyakitin perasaan orang lain," ucap Ali. "Emang gue yang kesannya maksa, makanya gue minta maaf."

"Okey,"

"Jangan kesel sama gue ya, siapapun pengen berusaha deket sama lo."

"Nggak juga," Ikara terkekeh.

"Ohiya," Ali membuka jok motornya. "Nih kebab jualan abah gue, wajib coba, masih anget."

"Oh makasih," Ikara menerimanya.

"Itu daging turki, enak dimakan pas masih anget." Ali mengambil kebabnya lagi. "Gue bukaiin biar sausnya nggak kena baju,"

Ikara diam menatap Ali, kemudian tersenyum kecil. "Thanks,"

"Mau tau nggak orang arab kalo bilang makasih?"

"Gimana?"

"Syukran,"

"Syukran?"

"Wihhh udah kayak orang arab,"

"Apasih," Ikara tertawa.



💞💞💞💞💞



Ela : GAMARAH KANNN RA

Ela : LO DIMANAAAA

Ikara : gue masih otw sama kak ali

Ikara : ga ihhhh

Ela : maapin leo ya :(((

Ikara : abang lo yg harus minta maaf wkwk

Ela : udah babak ke 2 nih

Ikara : menang siapa?

Ela : 1 - 0 menang tim leo

Ikara : okk





Motor berhenti di lampu merah. Ali melirik Ikara lewat kaca spion sambil tersenyum tipis. "Sorry ya jadi kepanasan,"

"Apa?"

"Sorry jadi kepanasan,"

"It's okay."

"Gue nggak ada mobil, Ra."

"Stop," Ikara terkekeh. "Gue keliatan kayak orang yang mandang dari kendaraan orang kah?"

Ali cengengesan. "Sorry,"

"Be yourself aja, Kak."

"Siap!"



Ting!

Ting!





Ela : ra leo berantem di lapangan


Ikara melebarkan matanya.




Ela : sama temen lo fai


Astaga....



Ela : mereka bawa" nama lo





Bersambung...

ponakan fiksi

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 129K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
291K 13.3K 18
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓡𝓲𝓼π“ͺ𝓷�...
535K 58K 23
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santrinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah dip...
1.1M 44.2K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...