My Frenemy ( AS 10 )

By Salwaliya

3.1M 289K 121K

Ikara sama Leo kalo disatuiin? Kacau balau. Ikara tau banget Leo nggak suka sama dia karena kerap dijadikan b... More

Cast AS 10
Prolog
1. 🥇🥈🥉
2. ⛳️ 📸📲
3. 🤳
4. 🚬
5. 📚
6. 👩🏼‍❤️‍💋‍👨🏼 ?
7. 👚🤦🏻‍♀️
8.
9. 📘📕
10
11. 🥟📲
12. 🫗
13. 😡
14. 📖
15.
16.📥
17. 🏊🏻‍♀️🚌
18. 🍓📸
19. ♨️
20. 🚑
21
22. ❤️‍🔥
23.
24. 🛤
25.
26. 🚲
27.
28
29
30.
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
44 ( kebalik $
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72. END

43

20.3K 3.7K 1.2K
By Salwaliya




hi yank


jgn hujat audra yaa hehehhe, emang anaknya resee tp ga jahat kok.

43.





@lambealega_ tsayyy ak kaget lochhh ini katanya anak smart alega nyuruh papinya nyuap guru buat batalin olim :( kok gitu yh? mohon klarifikasinya wkwkwk @ikara_pearce

View all 347 comments...

"Bentar ngelag, serius Ikara kelas 11?"

"Batalin olim buat apa dah?"

"Nyet saingan lo @barbarania_"

"Serius itu ikara?"

"Dia ranking 1 juga nyuruh papinya ga? Wkwkwk"

"Pantes langgeng paling top."

"Woi ikara gue woi dapet dari mana min???"

"Goodlooking dibela mulu huuuu biasa,"

"Lo cakep lo aman tenang."

"Ikara yang mana sih?"

"Anj yg balik bareng leo gue @nal_you22"

"Spill yang cepu lah anj."

"Papiii suap guru dong ak mau ranking 1 AWOKAWOKAOWKAKO."














Abel sampai menganga heran melihat Leo berlari setelah ia bacakan isi mading. Pemuda dengan karet gelang hitam itu terus belari menuju lift, tapi karena sedang dipakai dan dia tak mau menunggu akhirnya Leo mengambil jalan tangga.

Leo hanya mengikuti kata hatinya. Ada serangan rasa takut di dalam dadanya yang bahkan membuat dirinya cukup terkejut. Takut Ikara mengetauhi kabar ini, takut anak mading mengetauhi dan takut dia kehilangan senyum cewek itu.


Dari lantai bawah, Leo sudah sampai di lantai tiga. Dia berlari menuju kelas Ikara yaitu 11 IPS 3. Berhenti di ambang pintu dan mencari keberadaan cewek itu.



Leo bodoh. Pelupa.



Ini sudah bel pulang. Kenapa Ikara ada di kelasnya? Padahal beberapa menit lalu mereka bicara dan cewek itu hendak pulang.

Leo membungkuk sambil ngos-ngosan, kenapa mendadak otaknya sempit.

Leo menunduk saat hpnya berdering, mengangkat panggilan dari Abel. "Halo,"

"Gue liat lo naik, jangan bilang nyamperin Ikara di kelas?"

"Nggak ada,"

"Nyet... ranking 2 apa 11 sih?"

"Call kalo liat dia," Leo melangkah turun ke bawah. Masih berusaha menghubungi Ikara tapi nomornya tidak aktif. "Sial."


Leo masuk ke dalam lift yang sudah kosong, ia berpapasan dengan Abel di lantai satu yang sedang menunggunya juga. "Dapet?"

"Udah balik kayaknya, si Ela call grub mulu ini Ikara nggak bisa dicall."

Leo berkacak satu pinggang sambil mengacak-acak rambutnya yang sedikit basah karena berkeringat. "Anjing siapa yang nyebar,"

Abel melirik Leo. "Gue lebih syok lo segila ini."


"Udah baca mading?"

Mereka berdua menoleh saat sosok Willy muncul, di belakangnya ada Audra yang sedang menjilati lolipop membuat Abel melirik mereka berdua heran.

"Gue kayaknya hari ini dibikin syok mulu," gumam Abel.

"Bener, Le?" Willy bertanya.

"Nggak lah," balas Leo. Ia kemudian menatap Audra yang pasti tau banyak hal. "Siapa admin lambe alega?"

Audra mengangkat bahu. "Mana tau,"

"Lo kali adminnya," Abel menunjuknya dengan lirikan curiga.

"Kalo iya gue post muka aib lo tiap hari," jawab Audra cuek.

"Kalian berdua abis dari mana hah?" tanya Abel. "Heh anak Om Ical, abis ngapain lo? Kalian berdua nih gue perhatiin dari awal emang mencurigakan,"

"Guys!!" Satu orang datang lagi, Ela berlari ke arah mereka. Sempat heran melirik Audra di sana tapi tak punya waktu mengomentari. "Kalian bales grub lah woi, udah liat mading belum?!"

Abel menutup telinganya. "Udah La udah gila suara lo ngalahin toak upacara,"

"Terus kenapa diem aja??"

"Diem diem palalu," Abel menjitaknya. "Si Ikara nggak aktif, kayaknya udah balik. Samperin aja ke rumahnya,"

"Nggak bisa," Ela menggeleng. "Ikara bilang bokapnya pulang tadi pagi."

"Nah loh,"

"Emang awalnya gimana?" tanya Willy. "Beritanya bener?"

"Dibilangin enggak," Leo yang sejak tadi sibuk menghubungi Ikara menoleh malas.

"Santai woi," cibir Audra.

"Lo ngapain di sini?" Ela memicingkan matanya. "Mau caper sama Leo?"

Audra mengangkat bahu. "Kalo dapet restu lo boleh,"

"Jangan mimpi lo, ya??" omel Ela.

"Kalo dia boleh?" Audra menunjuk Willy.

"Willy nggak bakal mau sama lo," balas Ela julid.

"Lo nggak tau kita udah ngapain?" pancing Audra sambil merangkul lengan Willy membuat Ela melotot.

"Jangan didengerin." balas Willy dengan tenang. Ia melirik Leo yang masih berkutat dengan hpnya sejak tadi. "Ayo balik."

"Berarti ada yang cepu tuh," celetuk Audra membuat mereka menoleh. "Admin Lambe Alega nggak sembarangan ngepost juga, kemungkinan beritanya bener, terus ada yang nyebar."

"Yang udah tau siapa aja?" tanya Willy.

"Gue, Ikara sama Leo." jawab Ela.

Willy melirik Leo. "Lo yang ngadu?"

Leo berdecak malas.

"Goblo," Abel menimpuk kepalanya. "Nggak tau sikon banget nih anak."

Willy tersenyum simpul. "Bercanda."

"Yang salah Papahnya Ikara padahal...." gumam Ela. "Takut dia dibenci."

"Udah," celetuk Audra. "Pada ngehujat."

"Wah anjir belum tau gue punya fake account banyak," Abel langsung membuka hpnya. "Ayo bantu timbun komennya."

"Balik sama Willy dulu," ucap Leo pada Ela sebelum pergi meninggalkan mereka.

"Ihhh Willy kan sama Abel??" protes Ela. "Lo mau samperin Ikara?? Gue ikut lahhh! Leo!"

"Willy sama gue," ucap Audra. "Lo berdua jalan."



Abel dan Ela langsung melirik Audra sinis membuat cewek itu tersenyum sambil merangkul lengan Willy yang diam saja.




💞💞💞💞💞💞💞💞


Leo pulang ke rumah, bertanya pada Pak Seto tapi ternyata Ikara belum pulang. Dia mampir untuk ke taman siapa tau cewek itu sudah mendengar kabar tapi nihil hasilnya, tempat terakhir Leo pergi ke rumah Fai karena terakhir kali mereka pergi berdua, tapi dia tidak melihat motor Fai di rumahnya.

Leo masuk ke dalam mobil sambil berdecak, ia membuka hpnya lagi sambil membaca postingan yang komentarnya sudah naik ribuan. "Tolol ketikan lo semua."




Ting!

Ting!




Ela : le

Ela : katanya ikara masih di sekolah

Ela : pls gue pengen nangis

Leo : kenapa??

Ela : tadi liat live anak kelas 12 nyamperin

Ela : tp gatau mereka lagi di mana

Ela : yg lain udah nyari tp gaketemu

Leo : kirim livenya


Leo menyalakan mesin mobil sambil membuka kiriman dari Ela. Melihat kerumunan mendatangi Ikara yang berdiri sendirian di pojok dengan ekspresi bingung.


"Iniloh guys viralin viralin, sekolah kita berpihak sama yang goodlooking dan kaya raya. Woi jangan jangan ranking 1 nyuap juga??"

"Woi rame rame apanih woi??"

"Biarin lah gue viralin orang pada suka muji."

"Bokap lo selain nyuap apalagi?"




Ikara berdiri dengan tegap tanpa ekspresi, meski tubuhnya sudah kaku dan tegang. Ia masih berusaha menatap banyak pasang mata yang mengacungkan kamera mereka untuk merekamnya. Ada yang hanya berdiri melihat ada yang melontarkan kata-kata menyakitkan.

Ikara cuma kaget, efeknya bakal sebesar ini. Berarti dia salah jika menganggap cuma anak olim sejarah yang marah, tapi seluruh sekolah protes.


"Kunci anjing pintunya gue belom kelar,"

"Kunci kunci pintunya!"

"WOI YANG DI LUAR LU LAPOR KE GURU GUE TANDAIN MUKA LU!"

"Eh sumpah itu Ikara?" Bella menyeruak ke dalam kerumunan. Hendak masuk tapi pintu kamar mandi sudah ditutup. "Gila? Diapain woi??"

"Didatengin anak kelas 12,"

"Harus segitunya kah? Emang urusannya sama mereka apa coba?" tanya Bella. "Woi ini nggak ada yang mau lapor apa ke guru?!"

"Bakal ketauan nanti, lo mau jadi korban Kak Gatha?"

Bella langsung diam menciut. "Kak Gatha?"

"Dulu Kak Gatha pernah demo sekolah protes soal korupsi uang gedung, mungkin dia ketrigger pas tau guru mau disuap murid."

"Gue kaget anjir kalo sampe bener Ikara nyuap,"

"Guru yang mau disuap siapa woi?"

"Tapi jangam main hakim sendiri dong...." gumam Bella.




Ikara meremas rok seragamnya kuat-kuat. Ia masih tetap berdiri dengan tubuh tegap, tapi kepala menunduk karena menghindari kamera.

"Lo tau banyak murid yang kesiksa sama sekolah ini karena mereka diperlakuiin nggak adil?" tanya senior kelas 12 bernama Gatha ini. Yang sejak tadi mencerca Ikara dengan banyak hujatan.

"Bokap gue dipecat dari kerjaannya buat bayar denda karena dulu gue demo, tapi gue demo karena biaya spp dimakan sama sekolah. Tau kenapa gue masih bertahan di sini? Karena gue mau liat muka-muka orang yang selalu pake duit buat nyelesaiin masalah."

Ikara masih diam, meski hatinya panik bukan main. Ia tak bisa mengelak atau membela diri karena beritanya memang benar.

Selain takut, Ikara juga merasa bersalah.


"Talia sahabat gue nangis dimarahin bokapnya karena olim dibatalin dan biaya pendaftaran nggak dibalikin. Lo di sini masih idup tenang pas tau mereka jadi korban?"


Ikara makin menundukkan kepala.


"Nyuap berapa lo? Siapa yang lo suap?" Gatha memejamkan matanya emosi. "Lo orang-orang kaya emang anjing semua, selalu nindas kita yang dibawah."

"Lo juga nyuap buat daper ranking 1? Terus gimana yang mati-matian belajar buat dapet beasiswa? Hah?"

Karena kesal Gatha menjambak rambut Ikara secara brutal."JAWAB ANJENG DIEM MULU LU TAI SOK POLOS—"

BRAK!!!

Pintu kamar mandi terbuka secara kasar sampai handlenya rusak. Gatha menoleh dengan kaget, dan sosok Leo mendatangi mereka, meraih hp yang dipakai untuk siaran langsung dan memasukanya ke dalam ember berisi air.

"GILA LO YA?!"

Leo mencekal tangan Gatha tak pandang orang di depannya perempuan. "Lo sentuh dia lagi berantakan idup lo."

"Lo nggak usah ikut-ikutan ya anjing," ucapnya dengan suara bergetar.

"Jangan main hakim sendiri kalo belum tau faktanya gimana,"

"Dia nyuap guru!"

"Lo bilang ini di live nanti, Ikara ranking 1 karena dia pinter, dia punya bakat, paham lo? Uang spp juga udah ditanggung kepsek baru,"

"Tetep aja keluarga gue rugi!"

"Karena Ikara? Lo nyalahin orang atau

Gatha langsung kehilangan kata-katanya. "Sialan lo,"

Gatha menepis tangan Leo secara kasar, ia kemudian mengambil hpnya dan keluar dari kamar mandi. "Bubar semua lo pada," suruh Leo membuat murid yang menonton bubar dari kerumunan.


Leo menghembuskan napas lelah, menunduk melihat telapak tangannya yang terluka karena ia membobol pintu. Ia menoleh melihat Ikara yang masih berdiri dengan tatapan kosong.

Ikara pergi ke wastafel. "Gue nggak papa," katanya sambil mencuci tangannya yang bergetar hebat. "Wajar orang marah, suap itu topik sensitif. Gue ada buat nanggung semua perbuatan Papah, jadi emang harus dihadapin."








"Lo boleh pukul di akhiran kalo ngerasa gue rese," Leo meraih tangan Ikaran dan menariknya ke dalam rengkuhannya dan mempererat pelukan saat Ikara hendak menolak. "Gue mau peluk."








Ikara memejamkan mata pasrah. Ia tak bisa membendung tangisannya lagi, dan makin kejar saat Leo memeluk tubuhnya erat. "Takut, Le...." lirihnya dengan suara bergetar. "Semua orang marah sama gue."



"Maaf telat datengnya," Leo mengusap kepala Ikara.


"Gimana, Le...." lirih Ikara makin menangis kejar. "Gue nggak sanggup ketemu orang lagi."

"Nggak papa, kita adepin bareng."


Ikara melepas pelukan mereka, ia menunduk sambil mengusap air matanya. "Harus dihadapin, gue nggak suka jadi pengecut."

Leo berdecak. "Lo bukan pengecut karena bukan pelaku, lo korban."

"Tapi ada korban lain yang lebih parah Le, emang harusnya dari awal gue minta maaf sama mereka. Gue egois karena diem aja."

"Bokap lo anjir yang salah,"

"Gue anaknya, nama gue yang dipake."

"Ra,"

"Le, udah gini takdirnya. Lo berharap Papah yang minta maaf ke mereka? Nggak mungkin. Gue nggak bisa diem aja padahal nama gue yang dibawa-bawa di sini."

Leo memandang Ikara lama. Sudah berapa kali cewek ini menormalisasikan bahwa semua perbuatan jahat papahnya akan ditanggung karena dia anaknya. Padahal Ikara tidak pernah berharap semuanya terjadi.

Leo sedang berhadapan dengan orang yang sebenarnya takut tapi ingin menghadapi semuanya. Dan tidak semua orang mampu, bahkan Leo sendiri.


💞💞💞💞💞💞💞


Ting!

Ting!

Ting!



Pak Seto : Non

Pak Seto : Saya udah ke sklh buat jemput tapi non gaada

Pak Seto : Non dimana?

Pak Seto : Saya bilaang ke bapak lagi bawa non makan biar ga ditanya"in

Ikara : makasih pak

Ikara : ikara lagi ada urusan

Pak Seto : kabarin ya nanti saya jemput




Suasana hening.






Sejak 3 jam yang lalu Ikara duduk sendirian di taman dekat rumahnya. Dia meminta Leo untuk pulang duluan karena sedang ingin sendiri dan tidak mau merepotkan siapapun.

Kejadian di sekolah cukup mencengangkan dirinya. Ikara tidak tau bagaimana harus menghadapi hari esok di saat membolos adalah hal mustahil. Dia takut bertemu orang-orang yang sudah mengetauhi berita tentanganya. Dia pasti dibenci banyak orang.



Ikara sampai bingung, mau nyari pembelaan gimana?


Nggak semua orang paham kondisi keluarganya. Mau bilang itu perbuatan papah, tapi Ikara tetap anaknya.


Ikara beranjak dari ayunan, ia kemudian meraih tasnya dan berbalik untuk pulang. Jalan dari sini menuju rumah mungkin hanya menghabiskan waktu 5 menit.


Ikara yang hendak keluar dari taman terlonjak kaget melihat seseorang sedang duduk di atas batu kecil sambil melempari batu ke genangan air karena kemarin hujan deras.

Sebentar....


"Le?" Ikara memanggil.


Leo mengangkat kepala, lalu berdiri sambil membersihkan celananya. "Udah sendirinya?"


Ikara sampai tertegun lama, saking bingungnya. "Lo nunggu di situ dari tadi? 3 jam??" tanyanya.



Leo mengangkat bahu. "Katanya mau sendiri,"

Ikara sukses menganga. Bukan cuma kaget ditunggu 3 jam, tapi masalahnya yang nunggu Crishtian Leo. Yang kalau nunggu 1 menit aja udah ngomel-ngomel.

Leo melepas seragam putihmya dan hanya menyisahkan kaos oblong hitam. Ia menyampirkan kemeja tersebut di bahu, kemudian melangkah memghampiri Ikara. Cewek itu refleks memalingkan wajah begitu mencium aroma wangi dari tubuh Leo.

"Mau langsung pulang?" Leo bertanya.

Tau nggak sih perasaan yang sebenernya Ikara rasaiin tiap Leo bersikap kayak gini? Dia bingung dan terbawa perasaan. Karena sejarang itu ada yang peduli dengan Ikara tanpa ia beritahu apa masalahnya.


Dan orang itu Leo.


Ikara adalah orang paling percaya diri dari segi apapun. Tapi di depan Leo, kadang dia merasa kurang. Sebanyak apapun orang memujinya, tapi kenapa tidak cukup menarik perhatian seorang Leo.

Leo selalu punya daya tarik tinggi. Siapapun yang berada di dekat Leo pasti tidak akan tahan untuk tidak melihatnya. Orang bisa langsung gugup hanya saat namanya dipanggil dengan suara Leo, atau sesimpel ditatap beberapa detik. Cowok itu keren, tanpa perlu dibuat-buat. Cara dia berdiri, cara dia bicara, bahkan diam saja tetap menarik.

"Pulang duluan aja, Le."

Tapi Ikara tetap menjunjung tinggi harga dirinya.


"Masih marah?" Leo menghembuskan napas berat. Berusaha menyamai langkahnya dengan Ikara. "Ra."

Siapa yang nggak marah sih?

Orang bodoh aja bisa langsung paham letak kesalahan Leo ada di mana aja. Ini yang salah nggak ngerti-ngerti.

"Nggak marah," Ikara terkekeh sambil berjalan dengan santai. "Gue cuma heran aja sama sikap lo."

"Heran kenapa?"

Ikara menghela napas berat. "Pikir aja sendiri, kenapa jadi gue yang repot ngejelasin?"

Leo mengacak rambutnya frustasi. "Ya kasih tau dikit,"

"Lo bener-bener nggak paham?" Ikara berhenti.

Leo menggelengkan kepalanya.

"Ck," Suasana Ikara yang buruk semakin buruk. "Kebangetan."

"Ya ya ya," Leo menghadang Ikara yang hendak pergi. "Gue—"

"Diem," sentak Ikara. "Gue minta tolong sampai ke depannya jangan bahas soal kita, sedikitpun. Masalah gue lagi banyak."

"Yang malem itu—"

"Ssst sstttt," Ikara mendorong bahu Leo dan jalan duluan. "Nggak mau bahas itu juga."

"Ra, ish." Leo berbalik dan menahan tangan Ikara. "Bahas dulu."

"Please lah masalah gue lagi banyak," Ikara menarik tangannya lagi. "Jangan ditambah-tambahin dulu."

Leo menghela napas berat, ia berjalan sambil menundukan kepala. Tetap mengekori Ikara di belakang. Sesekali menggunakan sepatunya untuk menendangi batu-batu kecil di depannya.

Ikara baru saja sampai rumah, ia berbalik badan namun tubuh Leo sudah berada di depannya membuat cewek itu memundurkan langkah. Tapi Leo maju selangkah lagi sehingga Ikara mendorong bahunya. "Pulang."

"Nggak mau,"

"Yaudah berdiri di sini sendiri sampe malem."

Leo mendengus malas. "Nggak asik lo."

"Emang,"

Leo menggaruk alisnya. "Dicariin Haidar,"

"Boong," Ikara berbalik hendak pergi tapi Leo menghadang lagi. "Lo bisa ketangkep cctv, Papah udah pulang."

Leo bergeser selangkah menjauh sambil mendongak ke atas. "Dah,"

"Kenapa sih? Mau apa?"

"Nggak tau,"

Ikara memutar bola matanya. "Gue nggak ada waktu ngladenin keabsurdan lo ya, Le."

"Nyenyenye," Leo menarik ujung rambut Ikara karena sudah lama tidak melakukannya. Fakta bahwa dia meninggalkan mobilnya hanya demi menemani Ikara berjalan, membuat Leo menertawakan dirinya lagi.



Ikara membuatnya gila. Leo akui.




"Lo masih suka sama gue,"

"Jadi karena itu lo berani cium gue?" tanya Ikara.

"Nggak,"

"Gue udah nggak suka sama lo." Ikara menggelengkan kepalanya.

"Boong,"


Ikara berdecih. Orang kayak Leo emang harus direseiin duluan biar jera.



"Oke. Kalo lo bisa bikin gue confess duluan dan bilang gue suka sama lo, baru lo menang."

Leo tersenyum miring karena merasa tertantang. "Gampang."

"Rulesnya lo nggak boleh bilang kalo lo suka sama gue."

Leo diam.

"Gampang kan?" tanya Ikara sambil melangkah pergi. "Kalo berhasil, lo bisa lakuiin apapun yang lo mau."

Ikara tersenyum miring. Emang Leo doang yang bisa main-main sama perasaan orang?




Bersambung.....

kesamaan mereka selain pinter. suka nantang, suka tangangan. suka menang. bukan anti kalah, tapi anti kalah duluan.

Continue Reading

You'll Also Like

335K 9.6K 41
Alskara Sky Elgailel. Orang-orang tahunya lelaki itu sama sekali tak berminat berurusan dengan makhluk berjenis kelamin perempuan. Nyatanya, bahkan...
499K 37.6K 44
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...
1.2M 90K 60
BOOK 1 > Remake. 𝘐𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘭𝘢𝘱𝘢𝘬⚠️ ⚠️𝘥𝘪𝘴𝘢𝘳𝘢𝘯𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘰𝘮𝘰𝘱𝘩𝘰𝘣𝘪𝘤 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵...
393K 27.9K 26
[JANGAN SALAH LAPAK INI LAPAK BL, HOMOPHOBIA JAUH JAUH SANA] Faren seorang pemuda yang mengalami kecelakaan dan berakhir masuk kedalam buku novel yan...