BROKEN (MARRIAGE LIFE)

By NaraGirlz

20.1K 2.1K 846

Nomor urut peserta : 001 Tema : Marriage Life AMAZING COVER BY @GENIUS__LAB Baek Seokjin dan Park Hana adalah... More

01. Pernikahan + Trailer
02. Tetaplah Bersamaku
03. Penantian
04. Sokcho
05. Kenangan
06. Kembalinya Masa Lalu
07. Satu Atap
08. Bukan Aku
09. Memori
10. Karma
11. Sebuah Fakta
12. Gelisah
13. Sebuah Rahasia
14. Bukan yang pertama
15. Maaf
16. Tak Biasa
17. Tak asing 🔞
18. Parfum
19. Kejujuran
20. Semakin Dekat
21. Pertanyaan
22. Peringatan
23. Harga diri
24. Hangat
25. Kejutan
26. Curiga
27. Keliru
28. Malam Yang Panas 🔞
29. Karena Dia
30. Sebuah Pesan
31. Mariposa
32. Sisa Rasa
33. Goyah
34. Bimbang
35. Pilihan
36. Bohong
37. Aku Tidak Mau
38. Cukup Tahu
39. Permohonan
40. Saranghae
41. Harus Bagaimana
42. Setelah Sekian Lama
43. Sebuah Tanda
44. Pura-pura
45. Aku Lebih Bernilai
46. Ucapan
47. Empat Mata
48. Rapuh
49. Keberanian
50. Semakin Berat
51. Tekad
52. Motivasi
53. Pembalasan
54. Jarak
55. Proses
57. Ingin Bersmamu
58. Curahan Hati
59. Terungkap
60. Tidak Mungkin
61. Sumpah
62. Tak masuk akal

56. Pergi

177 35 11
By NaraGirlz

“Selamat Nyonya Hana atas kehamilannya. Kandungan aja sudah berumur enam minggu. Sekali lagi selamat. Nanti saya resepkan vitamin khusus ibu hamil agar janin berkembang dengan baik,” ujar sang dokter yang terlihat begitu semangat dan antusias. 

“Dokter, bolehkah jika kandunganku ini digugurkan saja?”

“Maaf?” tanya dokter Hyejin seraya menatap Hana lekat-lekat. Ia hanya  takut jika pendengarannya yang salah. Park Hana tak langsung mengulang kata-katanya. Wanita itu menatap sedih sang dokter dengan perasaan campur aduk. 

“Apa boleh jika aku menggugurkan kandunganku?” tanya Hana dengan perasaan sakit yang luar biasa. 

Sejujurnya, kehadiran bayi ini adalah impiannya bersama Seokjin. Tapi jika keadaan mereka seperti ini. Hana memilih untuk menggugurkannya  daripada harus mengandung anak dari suami yang berkhianat. Mendengar pertanyaan pasiennya yang agak tak biasa tentu membuat dokter Hyejin terkejut dan tak percaya. Kenapa wanita ini harus memutuskan hal sekejam itu?  usai mengatakan hal yang agak konyol, Park Hana tak bisa membendung  tangisnya. Entahlah harus bagaimana dia harus bersikap.  Dari sini Dokter Hyejin  menyadari bahwa masih ada rasa cinta dari Hana pada  bayi yang dikandungnya. Seorang dokter profesional bukan dokter yang langsung menilai pasiennya begitulah cara dokter Hyejin bekerja. Ia memilih untuk mengajak Hana berbicara dari hati ke hati.

“Silahkan duduk, dulu Nyonya. Kita bicarakan di sana saja,” ucapnya dengan wajah teduh nan ramah. Hana tak punya alasan untuk menolak ajakan dari sang dokter. Tak ada hal lain yang Hana pikirkan kali ini terkait kehamilannya selain menggugurkan. “Jadi, bagaimana? kenapa Anda ingin menggugurkan kandungan? apa alasannya? apa ini adalah kehamilan di luar nikah? tanya dokter Hyejin. 

Pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya mudah dijawab entah kenapa menjadi sulit untuknya. Lidah wanita bermarga Park itu seolah kelu, tenggorokannya tercekat, bahkan dadanya pun terasa sesak. Hanya tangisan lah yang menjadi jawaban dari pertanyaan sederhana sang dokter. Sebagai sesama perempuan tentu rasa empati Dokter Hyejin tergugah dari dalam nuraninya. Ia mengulurkan sebuah tisu pada Hana. Berharap tak hanya air mata yang terhapus tapi juga luka yang perempuan ini rasakan. Karena orang normal akan menjawab dengan mudah pertanyaan yang ia ajukan bukan dengan tangisan. 

“Ini bukan kehamilan di luar nikah. Ini adalah buah cinta kami. Aku dan suamiku,” jelas Hana seraya mengusap tisu di pelipis matanya. Mendengar itu semua membuat kedua alis sang dokter bekerut. Ia sudah merasa ada yang tak beres. “Tapi suamiku memilih untuk mengkhianatiku. Dia berselingkuh dan hubungan mereka sudah sangat jauh. Aku hanya tak mau mengandung anak dari seorang pengkhianat.” Tentu jawaban Hana tak membuat Dokter Hyejin tergerak hatinya untuk menyetujui aborsi ini. Apalagi ini hanya karena masalah rumah tangga yang seharusnya tak sampai mengorbankan nyawa tak berdosa. Seolah tahu apa yang akan dikatakan dokter kandungan ini. Hana langsung melanjutkan kalimatnya. “Aku tak peduli dengan nasehat orang lain bahkan termasuk dokter sendiri. Maaf, jika aku terkesan jahat, Dokter, tapi aku tak mau mengandung bayi ini.” ujar Hana tanpa ragu sedikitpun. 

Jika keteguhan pasien sudah bulat, dokter tak bisa membujuk lagi. Aborsi di Korea tak dilarang asal sesuai dengan syarat yang berlaku. Aborsi dianggap tindak kejahatan jika janin sudah menginjak usia dua puluh minggu. Kalau untuk kesehatan itu pasti diperbolehkan tanpa persyaratan ketat. Namun, jika diluar itu pihak yang akan aborsi harus menandatangani surat persetujuan kedua belah pihak. Dokter Hyejin tak banyak bicara. Ia hanya tersenyum kecut seraya mengeluarkan sebuah surat persetujuan aborsi yang harus ditandatangani kedua belah pihak yaitu Hana dan Seokjin sendiri. 

“Sebelum melakukan aborsi Anda dan suami harus menandatangani ini. Itu sudah aturan. Kalaupun tanpa persetujuan suami, Anda masih berniat untuk melakukan aborsi. Itu sudah masuk ranah tindak kejahatan, Nyonya Hana. Jadi, maaf saya tak bisa membantu tanpa persetujuan suami Anda,” ujar Dokter.

Hana tak banyak membantah. Ia hanya diam mendengarkan penjelasan yang ada. Mau bagaimana lagi sang dokter tak bisa menyanggupi. Mungkin dia bisa melakukan aborsi saat kembali di Seoul. Jika memang surat persetujuan adalah salah satu syarat. Hana tak akan melakukan itu karena ia tak ingin Seokjin tahu. Mungkin ia akan melakukan dengan jalur yang tidak resmi. Apapun caranya asal bayi ini gugur. 

*****  

Seo Namjun terdiam selama menyetir mobil Hana dari bandara menuju ke rumah wanita yang ia cintai. Ini pertama kalinya Namjun berangkat ke Jeju kurang dari sepuluh jam lalu kembali pulang. Boros uang tapi demi Hana ia rela melakukannya. Selama perjalanan istri Seokjin itu lebih banyak diam seraya memandang pemandangan kota di luar jendela. Setiap ia menghela napas seakan beban yang ia rasakan sedikit berkurang. Tak hanya Hana yang memiliki hari yang sendu. Namjun juga merasakan hal yang sama. Terlebih ia mengetahui bahwa Hana sedang hamil sekarang. Kenapa kabar menyenangkan ini harus datang disaat perasaan Hana hancur? Padahal dulu Namjun juga ingat bahwa sahabatnya itu sangat mendambakan anak kedua. Rencana Tuhan kenapa sejahat ini. 

Sesampainya di rumah Hana, Namjun memarkirkan mobil mantan kekasihnya di halaman depan. Ia juga ikut masuk ke dalam rumah untuk sekedar mampir sebentar. Hal pertama kali yang Hana lakukan saat berada di rumahnya adalah berjalan menuju dapur, membuka refrigerator, dan mengambil beberapa botol soju. Tentu melihat hal ini Namjun  segera melangkahkan kakinya menuju Park Hana lalu merebut begitu saja gelas yang sudah ada di genggaman tangan wanita itu. Ekspresi Namjun tampak kesal karena ulah wanita ini semakin di luar akal sehat. 

“Yak, Park Hana, apa kau gila?” tanya Namjun. “Ibu hamil tak boleh meminum minuman yang mengandung alkohol,” bentak Namjun. Hana tak peduli. Ia tetap mencoba merebut segelas soju dari tangan Namjun. “HANA!!” Teriak Namjun yang hanya dibalas dengan tatapan datar oleh yang bersangkutan. “Aku tahu kau dan Seokjin sedang dalam masalah besar tapi aku mohon jangan juga kau sakiti anak yang kau kandung. Dia tidak tahu apa-apa.” 

Park Hana tak bersuara, ia hanya memandang Namjun dengan air mata yang bercucuran. Karena takut dengan tindakan Hana setelah ia pulang. Namjun berinisiatif untuk membuang semua stock Soju yang wanita itu punya. Tanpa basa-basi pria berparas manis itu membuka semua soju yang masih tersegel lalu menuangkannya ke tempat cuci piring. Alhasil tak ada satupun Soju yang tersisa.

“Istirahatlah, kau akan jauh lebih tenang ketika sudah tidur lelap,” tutur Namjun. “Hana-ya, aku pamit pulang dulu. Banyak hal yang harus aku kerjakan untuk keperluan perkuliahan besok. Maaf jika aku tak bisa menemanimu,” ujar Namjun.

 Entah untuk keberapa kalinya Hana hanya diam tanpa merespon apapun. Mau tak mau Seo Namjun harus berpamitan. Jika ia punya pilihan tentu ia ingin menemani Hana sampai besol sayangnya banyak pekerjaan yang tak bisa ia tunda. Pria itu pergi seraya menepuk-nepuk lembut pundak Hana seolah memberi wanita itu kekuatan. Tetapi  sepertinya Hana tak peduli, tatapannya yang kosong semakin menunjukkan bahwa mentalnya sedang tak baik-baik saja. Amarah yang terus membuncah di relung hatinya membuat wanita itu hilang kendali. Mata tajamnya menatap tajam botol-botol Soju yang sudah tak terisi.

 Tanpa berpikir panjang Hana membanting satu per satu botol itu ke lantai. Pecahan kaca pun berserakan di lantai berwarna putih. Hati, fisik, dan pikiran yang terlalu lelah membuat Hana mengusap wajahnya beberapa kali. Ia juga menjambak rambutnya sendiri sesekali untuk meluapkan semua emosi yang Hana rasakan dengan tangis histeris. Untunglah ia belum menjemput Hyunjin dari rumah ibunya. Tak bisa dibayangkan jika gadis kecilnya melihat dirinya hilang kendali seperti ini. Hana memilih membiarkan putri semata wayangnya menginap satu hari lagi di rumah sang ibu karena hari ini Hana ingin sendiri. 

Hana tahu bahwa menangis sampai air mata habis tak bisa mengembalikan keadaan. Maka dari itu ia mencoba untuk menghentikan kesedihannya dan bangkit kembali. Hal pertama kali yang ia lakukan adalah pergi ke kamar untuk menenangkan diri seperti apa kata Namjun yaitu tidur. Namun, pikiran Hana berubah ketika ia masuk ke dalam kamarnya. Sebuah koper besar yang bersandar di dinding memberikan Hana sebuah ide. Wanita itu lalu membuka lemari, mengambil koper, lalu memasukkan semua baju Seokjin tanpa tersisa. Iya, Hana tak ingin Seokjin tinggal bersamanya lagi. 

Usai membereskan semua barang suaminya. Park Hana mulai menyalakan ponselnya yang mati sejak keluar dari Hotel tempat Seokjin menginap. Puluhan pesan tiba-tiba masuk secara beruntun dan dua puluh lima panggilan tak terjawab. Bisa ditebak bahwa itu adalah pesan dari suaminya. Namun, Hana tak peduli ia sengaja tak membuka pesan dari sang suami karena tak ada gunanya. Mau apapun penjelasan Seokjin itu tak bisa mengubah fakta bahwa ia sudah berselingkuh. Seperti tekadnya di awal bahwa Hana ingin menggugurkan kandungannya maka dari itu dia tak menyerah. Jika memang aborsi ditangani oleh dokter adalah suatu hal mustahil. Hana akan melakukannya dengan mengonsumsi obat-obatan penggugur kandungan. Obat ini tak dijual bebas di apotek jadi satu-satunya cara Hana agar bisa mendapatkannya adalah melalui internet. Tak perlu waktu lama untuk mendapatkannya. Hana sudah memesan secara online dan menunggu barang datang. 

*****

Di rumah sendirian untuk sementara waktu memang membuat Hana sedikit tenang setelah sempat tidur selama dua jam. Kegiatannya sore ini adalah berkebun. Hana terlihat begitu bahagia kala menyirami bunga-bunga mawar  yang bermekaran. Keindahan kebun yang sudah ia rawat belakangan ini cukup membuat hatinya lebih baik. Kebahagiaan yang baru Hana rasakan tiba-tiba terpecah ketika ia mendengar suara pintu yang terbuka. Perasaannya campur aduk karena tak ada orang lain yang tahu password rumah kecuali Seokjin dan ibunya. Tapi mustahil jika nenek Hyunjin yang jauh-jauh datang kesini untuk mengantarkan putrinya pulang. Karena penasaran Hana masuk ke dalam rumah. Di ruang tengah tak disangka ia melihat Seokjin sudah berdiri disana. Tak ada satu patah kata pun yang keluar dari keduanya. Mereka hanya saling tatap dengan perasaan canggun. Namun Seokjin berusaha untuk mengajak Hana bicara. 

“Hana-ya,” panggil Seokjin. 

“Kenapa kau kemari. Bukankah event di Jeju baru selesai pada hari minggu?” tanya Hana dengan ketus. 

“Bagaimana aku bisa tetap di sana jika keadaan kita seperti ini,” jawab Seokjin yang hanya dibalas dengan senyuman sinis istrinya. 

“Keadaan kita? semua berawal dari ulahmu.. Bukankah disana kau ada Hyeri. Seharusnya kau tak perlu pulang karena sudah ada wanita yang kau cintai di Jeju. Hubungan kita sudah berakhir, Seokjin-ah,” timpal Hana seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dada. 

“Hana aku mohon jangan seperti itu. Aku tak mau jika kita bercerai.” 

“Lalu kau mau apa? Semuanya sudah selesai Seokjin-ah. Jangan berharap aku akan kembali padamu. Dari awal aku sangat membenci perselingkuhan. Apapun alasannya aku tak bisa memaafkanmu. Kalaupun seiring berjalannya waktu aku memaafkan tapi untuk melupakan aku tak bisa. Aku ingin hubungan kita berakhir. Kau bukan lagi suamiku.”

“Sayang, aku mohon. Aku akan meninggalkan Hyeri jika kau menginginkan itu.”

“Ini bukan sekedar meninggalkan atau tidak tapi ini masalah kesetiaan. Aku bukan seperti wanita lain yang menyuruh suaminya untuk memilih. Untuk apa kita bertahan jika hatimu juga untuk wanita lain..”

“Hana-ya tapi aku masih mencintaimu. Aku tahu kau juga merasakan hal yang sama.”

“Aku memang masih mencintaimu. Sangat mencintaimu tapi aku tak mau hidup dibawah bayang-bayang perselingkuhanmu. Aku tidak bisa. Kalau pun kita memutuskan untuk memperbaiki semuanya tapi semua tak lagi sama bagiku, yeobo.” 

Seokjin tak bisa berkata-kata. Pria itu hanya menangis tanpa bersuara. Benarkah, rumah tangganya harus berakhir secepat ini? Benarkah ia akan meninggalkan istri dan putri yang begitu ia sayangi. Dadanya begitu sesak karena tangis yang penuh penyesalan. Melihat Baek Seokjin yang begitu terluka dengan keputusannya, Hana sama sekali tak menyesali pilihan yang sudah ia putuskan Biarlah ini menjadi pembelajaran untuk Seokjin bahwa kesetiaan dan keutuhan rumah tangga adalah diatas segalanya. Seolah tak peduli melihat Seokjin yang menangis. Park Hana kini bergegas menuju kamarnya yang berada di lantai atas untuk mengambil koper besar milik Seokjin, Dengan susah payah Hana mengangkat koper besar itu sendirian seraya menuruni tangga. 

“Aku ingin kau meninggalkan rumah ini,” tanya Hana tanpa berani memandang Seokjin. Ia tak tega sekaligus takut prinsipnya goyah karena melihat wajah sendu suami tapannya. 

“Apa kau serius?”  tanya Seokjin balik. Belum juga Hana menjawab pertanyaan Seokjin. Tiba-tiba rasa mual dan ingin muntah melanda wanita berparas cantik itu. 

“Huek….huek….” 

 Sensasi yang tak enak ia rasakan di dalam bagian perutnya. Wanita itu berlari secepat mungkin menuju kamar mandi yang tak jauh dari ruang tengah. Di dalam sana Hana memuntahkan semua yang sudah ia makan. Sebagai seorang suami yang belum resmi bercerai, Seokjin menghampiri Hana dan memijat-mijat kecil bagian belakang leher wanita itu. Hati Hana begitu gelisah karena takut Seokjin akan menyadari kehamilannya. Tak mau suasana semakin tak karuan. Hana memaksakan diri untuk berhenti muntah, menyiram sisa-sisa muntahannya, dan berbalik menatap Seokjin seraya membersihkan bibir dengan tisu toilet.

“Sayang, apa kau tak sedang enak badan?” tanya Seokjin penuh rasa khawatir. Hana tak menjawab. Ia malah mendorong tubuh Seokjin agar cepat keluar dari ruangan yang sama dengannya. 

“Pergilah, jangan lagi kembali ke rumah ini. PERGI!!” Teriak Hana seraya terus mendorong tubuh Seokjin keras-keras. Dorongan Hana yang terlalu kuat membuat tubuh Pria berbahu lebar itu  hampir terjatuh. Tak ada yang bisa pria itu lakukan kecuali menatap Hana dengan sedih. Demi apapun Hana tak peduli dengan tatapan menyedihkan suaminya. Emosi Hana semakin tak terkendali. Ia menyeret koper-koper itu dan meletakkan begitu saja di luar rumah. 

“Yeobo!”

“Aku bilang pergi!!”

TO BE CONTINUE


Memang diselingkuhin itu menyakitkan banget. Tapi apa kamu Harus gugurin kandunganmu Hana-ya karena ulah ayahnya. Kasihan Bayinya 😭

Btw maaf ya gais telat banget postingannya.  Kebiasaan hidup di RLKu  ribet nanget. 😭

Continue Reading

You'll Also Like

235K 25.5K 17
[Brothership] [Re-birth] [Not bl] Singkatnya tentang Ersya dan kehidupan keduanya. Terdengar mustahil tapi ini lah yang dialami oleh Ersya. Hidup kem...
304K 25.5K 37
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
73.4K 6.9K 30
Marsha Ravena baru saja diterima di salah satu perusahaan ternama, ia jelas sangat senang karena memang dari dulu itulah yang ia inginkan. tetapi kes...
804K 57.7K 47
[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa tidak mengeluh akan hidupnya. Bahkan ia de...