56. Pergi

174 35 11
                                    

“Selamat Nyonya Hana atas kehamilannya. Kandungan aja sudah berumur enam minggu. Sekali lagi selamat. Nanti saya resepkan vitamin khusus ibu hamil agar janin berkembang dengan baik,” ujar sang dokter yang terlihat begitu semangat dan antusias. 

“Dokter, bolehkah jika kandunganku ini digugurkan saja?”

“Maaf?” tanya dokter Hyejin seraya menatap Hana lekat-lekat. Ia hanya  takut jika pendengarannya yang salah. Park Hana tak langsung mengulang kata-katanya. Wanita itu menatap sedih sang dokter dengan perasaan campur aduk. 

“Apa boleh jika aku menggugurkan kandunganku?” tanya Hana dengan perasaan sakit yang luar biasa. 

Sejujurnya, kehadiran bayi ini adalah impiannya bersama Seokjin. Tapi jika keadaan mereka seperti ini. Hana memilih untuk menggugurkannya  daripada harus mengandung anak dari suami yang berkhianat. Mendengar pertanyaan pasiennya yang agak tak biasa tentu membuat dokter Hyejin terkejut dan tak percaya. Kenapa wanita ini harus memutuskan hal sekejam itu?  usai mengatakan hal yang agak konyol, Park Hana tak bisa membendung  tangisnya. Entahlah harus bagaimana dia harus bersikap.  Dari sini Dokter Hyejin  menyadari bahwa masih ada rasa cinta dari Hana pada  bayi yang dikandungnya. Seorang dokter profesional bukan dokter yang langsung menilai pasiennya begitulah cara dokter Hyejin bekerja. Ia memilih untuk mengajak Hana berbicara dari hati ke hati.

“Silahkan duduk, dulu Nyonya. Kita bicarakan di sana saja,” ucapnya dengan wajah teduh nan ramah. Hana tak punya alasan untuk menolak ajakan dari sang dokter. Tak ada hal lain yang Hana pikirkan kali ini terkait kehamilannya selain menggugurkan. “Jadi, bagaimana? kenapa Anda ingin menggugurkan kandungan? apa alasannya? apa ini adalah kehamilan di luar nikah? tanya dokter Hyejin. 

Pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya mudah dijawab entah kenapa menjadi sulit untuknya. Lidah wanita bermarga Park itu seolah kelu, tenggorokannya tercekat, bahkan dadanya pun terasa sesak. Hanya tangisan lah yang menjadi jawaban dari pertanyaan sederhana sang dokter. Sebagai sesama perempuan tentu rasa empati Dokter Hyejin tergugah dari dalam nuraninya. Ia mengulurkan sebuah tisu pada Hana. Berharap tak hanya air mata yang terhapus tapi juga luka yang perempuan ini rasakan. Karena orang normal akan menjawab dengan mudah pertanyaan yang ia ajukan bukan dengan tangisan. 

“Ini bukan kehamilan di luar nikah. Ini adalah buah cinta kami. Aku dan suamiku,” jelas Hana seraya mengusap tisu di pelipis matanya. Mendengar itu semua membuat kedua alis sang dokter bekerut. Ia sudah merasa ada yang tak beres. “Tapi suamiku memilih untuk mengkhianatiku. Dia berselingkuh dan hubungan mereka sudah sangat jauh. Aku hanya tak mau mengandung anak dari seorang pengkhianat.” Tentu jawaban Hana tak membuat Dokter Hyejin tergerak hatinya untuk menyetujui aborsi ini. Apalagi ini hanya karena masalah rumah tangga yang seharusnya tak sampai mengorbankan nyawa tak berdosa. Seolah tahu apa yang akan dikatakan dokter kandungan ini. Hana langsung melanjutkan kalimatnya. “Aku tak peduli dengan nasehat orang lain bahkan termasuk dokter sendiri. Maaf, jika aku terkesan jahat, Dokter, tapi aku tak mau mengandung bayi ini.” ujar Hana tanpa ragu sedikitpun. 

Jika keteguhan pasien sudah bulat, dokter tak bisa membujuk lagi. Aborsi di Korea tak dilarang asal sesuai dengan syarat yang berlaku. Aborsi dianggap tindak kejahatan jika janin sudah menginjak usia dua puluh minggu. Kalau untuk kesehatan itu pasti diperbolehkan tanpa persyaratan ketat. Namun, jika diluar itu pihak yang akan aborsi harus menandatangani surat persetujuan kedua belah pihak. Dokter Hyejin tak banyak bicara. Ia hanya tersenyum kecut seraya mengeluarkan sebuah surat persetujuan aborsi yang harus ditandatangani kedua belah pihak yaitu Hana dan Seokjin sendiri. 

“Sebelum melakukan aborsi Anda dan suami harus menandatangani ini. Itu sudah aturan. Kalaupun tanpa persetujuan suami, Anda masih berniat untuk melakukan aborsi. Itu sudah masuk ranah tindak kejahatan, Nyonya Hana. Jadi, maaf saya tak bisa membantu tanpa persetujuan suami Anda,” ujar Dokter.

 BROKEN (MARRIAGE LIFE) Where stories live. Discover now