11. Sebuah Fakta

296 37 4
                                    

Cahaya mentari pagi yang tak begitu memancar lantang. Menjadi awal hari baru bagi semua orang termasuk satu keluarga kecil nan bahagia yaitu keluarga Baek. Pagi-pagi sekali Hana sudah berkutat dengan dapurnya untuk memasak menu makanan kesukaan suami dan putrinya. Dan saat semua masakan sudah siap di meja makan terlihat Seokjin beserta Hyunjin sedang menyantap sarapan mereka dengan lahap. Menurut keduanya koki terbaik di dunia adalah Park Hana. Seorang ibu bagi Hyunjin dan istri bagi Seokjin.

"Hyunjin-ah, apa kau sudah mengerjakan semua tugasmu?" tanya Hana yang sekarang tengah sibuk membenarkan dasi sang suami kesayangan. Sebenarnya Seokjin bisa saja memakai dasi sendiri. Hanya saja dia ingin bersikap manja pada sang istri.

"Aku sudah mengerjakan semua tanpa ada celah. Soal matematika semakin lama semakin terlihat mudah," jawab Hyunjin seraya menyantap Sandwich favoritnya.

"Wah, sepertinya putri ibu sudah semakin pintar sekarang. Namun, Hyunjin-ah, ibu akan selalu menjawab pertanyaan darimu dengan senang hati. Kita akan belajar bersama dengan cara menyenangkan," ujar Hana yang kini telah usai membenahi dasi sang suami.

"Berkat ibu aku bisa mengerjakan soal dengan baik. Ibuku memang orang tersempurna di dunia. Tak heran jika ayah jatuh cinta dan menikahi ibu."

Mendengar pujian dari sang putri tentu membuat hari Hana bahagia. Terlebih sang suami yang selalu ingin diperhatikan sepanjang hari. Apa pun itu Hana benar-benar bersyukur pada Tuhan karena sudah memberinya keluarga kecil nan bahagia dan hangat. Ia berharap akan akan terus seperti ini selamanya Bahkan, ia tak pernah menyesal berhenti dari karirnya yang merupakan seorang tenaga pengajar di suatu bimbel yang terkenal. Sebetulnya bisa saja setelah menikah Hana tetap menjadi wanita karir. Namun, dorongan untuk lebih berbakti pada suami dan anak lebih besar daripada uang.

"Sayang, bagaimana penampilanku hari ini?" tanya Seokjin antusias.

"Sempurna seperti biasanya. Aku bahagia punya suami tampan tapi juga sedih serta gelisah," keluh Hana yang kini sedang memakaikan jas hitam untuk Seokjin.

"Wae?" tanya pria bermarga Kimitu dengan ekspresi kesal.

"Aku takut gadis-gadis cantik di luar sana sedang mengincarmu. Zaman sekarang mereka tak peduli apakah si laki-laki sudah berkeluarga atau tidak. Yang penting mereka bisa mendapatkan pria yang mereka cintai," jelas Hana panjang lebar.

"Apa dunia sudah segila itu?" tanya Seokjin yang agak tak percaya ada orang jahat seperti itu di dunia ini. Hana pun mengangguk. "Lalu bagaimana denganku? Apa aku terlihat seperti pria yang tak setia." Hana menggeleng penuh senyum.

"Suamiku adalah orang yang setia. Aku bahagia bisa hidup bersamamu, Seokjin-ah."

Mendengar Hana yang hidup nyaman dan bahagia bersamanya merupakan suatu anugerah sendiri di pagi hari. Tentu kebahagiaan ini membuat ia semangat untuk bekerja. Bahkan sebanyak apa pun laporan yang menumpuk di perusahaannya seolah terlupakan berkat senyum indah sang istri di pagi hari.

"Yeobo, poppo," kata Seokjin seraya memanyunkan bibirnya. Sungguh untuk kali ini Hana lagi tak ingin bercanda. Wanita itu hanya tertawa kecil dan memukul pelan mulut suaminya. Seokjin tak protes. Ia juga ikut terkekeh karena tingkah manjanya.

"Hyunjin-ah, apa kau sudah siap?" tanya Baek Seokjin.

"Aku sudah siap ayah," ujar Hyunjin penuh semangat.

"Kalau begitu ayo kita berangkat."

"Let's go!" seru putri BaekSeokjin. Sebagai istri yang baik, Hana mengantar keberangkatan suami dan putrinya sampai di depan rumah. Hyunjin yang sudah berada di dalam mobil tak lupa membuka jendela dan melambaikan tangan pada sang ibu. Sedangkan Seokjin masih bersama Hana sembari memberi ciuman sayang di kening sang istri.

 BROKEN (MARRIAGE LIFE) Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ