30. Sebuah Pesan

83 17 4
                                    

Baek Hyunjin mengikuti apa yang ibunya perintahkan. Dia berpamitan dengan teman-teman barunya seraya melambaikan tangan. Langkah kecil anak gadis itu membawa dia menuju ayah ibunya dengan wajah bahagia.  Sedangkan di sisi lain ada sosok ayah yang menetes air liurnya karena makanan yang Hana hidangkan. Apapun masakan istri Seokjin tak akan pernah kecewa. Perutnya sedari tadi sudah lapar. Apalagi usai kejadian di jalan raya yang hampir mengalami kecelakaan. Tekanan batin yang ia rasakan membuat perutnya keroncongan. 

"Wuah, sandwich kesukaanku," ujar Hyunjin dengan girang. 

"Tentu. Ibu sengaja membuatkan ini untukmu karena ini makanan kesukaanmu. Kau tahu Hyunjin-ah, sehari saja kau tinggal. Ibu sangat kesepian dan begitu merindukanmu," kata Hana yang mengelus rambut putrinya dengan penuh kasih sayang. 

"Apa ayah tidak pulang?" ucap Hyunjin sambil mengunyah sandwich dengan rakus. Remahan yang ada di pinggir mulut gadis itu pun Seokjin seka dengan lembut. 

"Tentu ayah pulang. Memangnya mau kemana lagi. Apa saja yang kau lakukan di rumah Sohee?" Kini berganti Seokjin yang bicara sembari mengunyah sandwich. 

"Ah benar. Semalam aku menyusun daftar kegiatan saat ulang tahunku. Aku membuat dua macam. Satu untuk kegiatan di Seoul dan satunya saat kegiatan di luar negeri," jelas Hyunjin panjang lebar seraya mengambil beberapa kertas bergambar yang sudah ia susun dengan rapi beserta keterangannya. 

Seokjin sangat paham maksud dari kata luar negeri. Cappadocia adalah kota yang ingin Hyunjin kunjungi agar bisa naik balon udara. Dan itu semua ada di negara timur tengah. Tepatnya negara Turki. Seokjin tak keberatan mau kemana pun putrinya ingin berkunjung. Tak ada yang jadi masalah bahkan persediaan uang pun sudah ada. Tinggal menentukan tanggal kapan mereka siap berangkat. Ini sudah menjadi rutinitas Hyunjin memberikan daftar liburan ulang tahunnya kepada sang ayah karena dia tahu bahwa sang ayahnya inilah yang berperan penting jadi tidaknya dia berangkat.

Dengan tatapan penuh kasih sayang Seokjin meraih kertas itu dan melihatnya dengan teliti. Hal pertama yang Seokjin baca adalah daftar kegiatan selama di Cappadocia. Di dalam gambar Hyunjin terlihat banyak sekali balon udara yang di bawahnya terdapat pemukiman  dari bebatuan. Lukisan putrinya tak begitu bagus tapi cukup bisa dipahami. 

"Hal pertama yang aku inginkan adalah naik balon udara disana. Pemandangan disana sangat indah. Aku sudah mencarinya di internet, Ayah. Musim panas adalah waktu yang tepat kalau berkunjung ke cappadocia karena semakin banyak balon udara yang dilepas," cerita Hyunjin penuh semangat. 

"Darimana Hyunjin tahu tentang Cappadocia?" tanya Seokjin yang terus saja memakan sandwich. 

"Dari ibu. Aku tanpa sengaja melihat ibu sedang mencari sesuatu di internet tentang cappadocia. Ibu bilang tempat ini adalah tempat impiannya dari dulu dan suatu saat ibu ingin pergi ke sana,” tutur Hyunjin yang kini sedang mengelap bibirnya dengan tisu. Seokjin yang merasa heran melirik istrinya sejenak karena Hana tidak pernah cerita apapun tentang cappadocia. Jujur Seokjin kecewa tentang ini. Ia bisa mengabulkan impiannya kapanpun kalau ia mau. 

“Kenapa kau tidak pernah cerita padaku?” tanya Seokjin pada Hana. Wanita itu hanya tersenyum tipis tanpa mau mengatakan apapun. 

“Lalu, aku ingin menaiki mobil jeep untuk mengelilingi Cappadocia. Melihat matahari terbenam, naik kuda, dan masih banyak lagi,” beo Hyunjin sedangkan sang ayah hanya bisa membolak-balikan gambar yang sudah putrinya buat. 

“Oke, deal. Tahun ini kita akan mengunjungi Cappadocia untuk merayakan ulang tahun Hyunjin. Apalagi ini adalah tempat impian ibumu.  Jadi tak ada hal yang harus aku pertimbangkan lagi.”  

“Yee, hore. Terima kasih, Ayah!” teriak Hyunjin kegirangan. 

Mendengar jawaban sang ayah Hyunjin sontak berteriak senang sembari melompat kesana-kemari. Tak lupa juga sebuah kecupan hangat dia berikan di pipi sang ayah. Betapa bahagianya Baek Hyunjin ketika mengingat bahwa hari ulang tahunnya akan dirayakan di salah satu tempat terindah di dunia. Tak hanya sang putri yang merasa bahagia. Park Hana juga sangat bersyukur dengan keputusan suaminya. Wanita cantik itu hampir  menangis ketika tahu bahwa tempat impiannya dari remaja akan ia kunjungi dua bulan lagi.

 BROKEN (MARRIAGE LIFE) Where stories live. Discover now