24. Hangat

98 15 8
                                    

“Bukankah ini hari Sabtu?” tanya Hana bingung. 

“Aku lupa jika hari ini ada meeting dengan kolega bisnisku. Sebelumnya aku sudah meminta mereka untuk mencari hari lain tapi tidak bisa. Ini sangat penting untuk peluncuran produk baru perusahaan makanya aku tak bisa menolak. Yeobo, maafkan aku jika hari ini aku tak ada di rumah,” ujar Seokjin penuh penyesalan. Hana tersenyum tipis sambil menatap Seokjin. 

“Kenapa kau harus minta maaf jika memang itu ada kaitannya dengan perusahaan,” jawab Hana penuh kelembutan yang disambut raut bahagia dari suaminya. Namun, reaksi berbeda ditunjukkan oleh Hyunjin. 

“Sungguh menyebalkan,” gerutu Hyunjin. Seokjin reflek melihat ke arah putrinya yang sedang uring-uringan. Kini pria tampan itu tersenyum seraya mengelus lembut rambut sang anak. “Bukankah ayah sudah janji akan mengajakku bermain golf hari ini?” protesnya. Menjelaskan hal-hal seperti ini pada Hyunjin adalah salah satu hal terberat baginya. 

“Hyunjin-ah, maaf jika hari ini ayah tak bisa menepati janji. Ayah benar-benar lupa jika ada pertemuan di kantor. Ayah janji sabtu depan akan mengajakmu bermain golf. Akan aku pastikan jika minggu depan jadwal benar-benar kosong. Ayah janji,” jelas Seokjin sembari mengacungkan jari kelingkingnya di hadapan wajah sang putri sebagai tanda perjanjian yang terikat. Hyunjin tak langsung setuju pada awalnya tetapi melihat wajah tampan nan menyejukan sang ayah membuat hati gadis kecil itu luluh. Ia pun pada akhirnya mengaitkan kelingking pada jari Seokjin. 

“Ayah benar-benar janji?” tanya Hyunjin. Seokjin pun mengangguk yakin. “Kalau begitu bolehkah aku pergi bermain ke rumah Sohee hari ini?” 

“Tentu saja kau boleh bermain ke rumah teman-temanmu. Mintalah ibu untuk mengantarkanmu.”

“Asyik, kalau begitu aku akan siap-siap,” ujar Hyunjin yang berlari penuh semangat menuju kamarnya. Tingkah laku sang anak membuat kedua orang tuanya tak sadar sedang melempar senyum masing-masing. 

"Jam berapa kau mulai rapat?"

"Jam sepuluh," jawab Seokjin. 

"Tapi ini baru jam delapan," timpal Hana sembari melihat jam dinding di dapur. 

"Aku harus mempersiapkan ruang rapat dan semuanya. Makanya aku berangkat lebih awal," sahut Seokjin. 

"Apa sekretaris barumu tidak masuk hari ini? Apa dia tidak tahu kalau perusahaan ada rapat penting?" Baek Seokjin tersenyum tipis mendengar pertanyaan dari sang istri tanpa mau menjawab. Pria itu mengecup singkat bibir Hana dengan lembut sebagai tanda bahwa ia akan berangkat. Tanpa mau mengatakan apapun. Seokjin bergegas menenteng tas kerjanya yang ia taruh di atas meja makan. Satu hal yang pasti bahwa Hana belum tahu jika Hyeri menjadi sekretaris Seokjin sekarang.

"Aku pergi dulu, sayang," pamit Seokjin. 

"Lalu bagaimana dengan makananmu? Kau harus harus sarapan sebelum rapat agar tenagamu terisi." 

"Bawakan saja ke kantor. Aku akan memakannya saat jam istirahat. Jangan khawatir. Kebetulan aku akan membeli beberapa kue untuk rapat nanti. Jadi, sekalian aku beli untuk sarapan. Bye." 

Dengan langkah terburu-buru Seokjin meninggalkan Hana sendirian di dapur. Wanita cantik itu hanya bisa berkedip beberapa kali sembari memikirkan banyak hal. Ada beberapa hal yang aneh terjadi pada suaminya. Kenapa semua persiapan rapat Seokjin yang tangani sendiri. Agak janggal namun Hana tak mau berpikir terlalu dalam. Mata wanita berambut panjang itu kini fokus pada dasi yang tergeletak begitu saja di meja makan. Tanpa basa-basi ia mengambil benda itu segera lalu berlari secepat mungkin menuju depan rumah karena suara mobil suaminya masih terdengar. 

"Yeobo," panggil Hana pada Seokjin yang ada di dalam mobil. Jendela kendaraan pun terbuka perlahan saat ia mengetuknya. "Dasimu tertinggal." 

"Ah, benar. Terima kasih," ujar Seokjin yang juga meraih dasinya. 

 BROKEN (MARRIAGE LIFE) Where stories live. Discover now